Secara denotatif, 'Ayolah, kumohon' adalah kalimat permohonan yang terlampau baik. Dan secara konotatif, Do Kyungsoo muak setengah mati dengan pernyataan tersebut.
Barangkali ia harus berhenti menatap mata tidak-sipit Yixing yang dibesar-besarkan. Atau mungkin, ia sebaiknya menendang pemuda keturunan Cina itu keluar dari apartemennya sejak tiga puluh menit lalu. Oh ... seharusnya aku memiliki rencana untuk membunuhnya. Tapi, biasanya hal-hal yang diinginkan tidak pernah berkonvergen — maka dari itu, sepuluh menit kemudian, Yixing keluar dari apartemen Kyungsoo dengan senyum cerah.
Akhir pekan memang selalu berjalan dengan buruk.
Sekarang minggu pertama di bulan Januari dan Kyungsoo setengah meyakinkan dirinya sendiri bahwa hal yang paling bijaksana untuk dia lakukan saat ini adalah kembali tidur. Tapi, ketika langkah-langkah gegasnya menuju kamar terasa semakin melambat, Kyungsoo mempertanyakan kesadarannya yang mungkin saja mulai menguap.
Pikirannya sudah terdistraksi; oleh ketukan keras di pintu apartemennya pada pukul delapan pagi, mata memohon Yixing, dan ujaran, 'Mereka hanya anak-anak, Kyungsoo. Tidak akan ada yang dirugikan di sini!' Serta, 'Ayolah, kumohon' yang beberapa kali berepetisi, menguasai setiap silabel pada pemikirannya, sampai saat ini.
Kyungsoo hanya seorang guru konseling biasa, pada sebuah sekolah dasar, yang ia ajar selama lima jam setiap minggunya. Tidak ada yang menonjol dari dirinya, kecuali julukan Satansoo yang terkenal di kalangan teman-teman semasa kuliahnya dulu, atau mungkin juga sifatnya yang keras kepala dan terkadang suka bermulut pedas. Tapi, tak lebih dari semua itu, Do Kyungsoo biasa-biasa saja.
Dan pernyataan 'mereka hanya anak-anak' agak membuat Kyungsoo mual. Tidak ada anak-anak yang melakukan penyerangan terhadap orang secara sembarang, tidak ada anak-anak yang mendekam di panti rehabilitasi, dan tidak, tidak ada anak-anak yang berusia tujuh belas tahun.
Namun, satu jam kemudian, Kyungsoo menemukan dirinya sendiri berdiri tegang di depan sebuah pintu kaca besar, bersiap memberikan anak-anak bimbingan konseling.
.
.
Long Way Down
by dingleberrys
.
.
Ketika sesuatu terasa seperti tersangkut di tenggorokan dan ada sedikit rasa di mana isi perutmu merangkak naik, Kyungsoo meremas tangannya dengan gerakan kasual — salah satu dari sekian filosofi logisnya mengenai kegugupan.
Yixing tersenyum terlalu lebar di sampingnya, menatap dengan binar dan sekali-dua kali berujar, kau hebat Kyungsoo! yang pada kenyataannya sudah ia ucapkan lebih dari lima kali. Semua ini sia-sia.
Terdengar geraman rendah dan debum-debum keras dari dalam ruangan. Kyungsoo merasa sesuatu mengaliri punggungnya dan dia berharap panti rehabilitasi payah ini setidaknya menyediakan akomodasi berupa pendingin ruangan, tapi tentu saja itu tidak akan terjadi — dia membuka jas hitam tajamnya. Gagasan memakai pakaian hitam rapi seperti pekerja kantor adalah ide terburuk yang pernah ada. Tapi, para psikiater memakai itu, dan yang bertugas di sini seharusnya adalah psikiater, bukannya guru konseling sekolah dasar.
"Sepuluh menit lagi," ucap Yixing pelan, kemudian berkata 'Kau hebat Kyungsoo!' sekali lagi sebelum akhirnya berjalan menjauh, melintasi lorong.
Kyungsoo menghela napas, melirik pintu di sampingnya, dia tidak tahu apa yang ada di dalam sana. Panti rehabilitasi ini terletak di pinggir kota dengan ruang lingkup yang tidak ramai, dan bangunan ini benar-benar jelek. Hampir separuh ornamennya telah memudar dan di sepanjang lorong terasa sepanas neraka. Tempat ini lebih mirip seperti penjara terpencil daripada bilik pengampunan dosa — yang, diiming-imingi kebebasan setelah mendapat metode psikologis dari para tenaga ahli. Omong kosong.
Kyungsoo tertawa dalam hati.
Seharusnya dia sedang tidur di rumah.
.
.
"Oh, hai, Bocah!"
Adalah yang pertama kali didengar Kyungsoo ketika salah satu kakinya telah menapak di dalam ruangan.
Suasana menjadi hening dalam sesaat sebelum akhirnya kembali gaduh, membuat Kyungsoo terdiam di tempatnya, memandangi isi ruangan; bercat putih bersih, memiliki pendingin ruangan, beraroma jeruk segar dan ... ditempati oleh tujuh orang pemuda. Tujuh orang pemuda yang berpakaian seperti pengacau di toko makanan dua puluh empat jam.
Oh. Benar. Anak-anak.
Seorang pemuda dengan rambut memanjang sedikit ke bawah, yang tadi menyapa Kyungsoo, mematikan rokoknya, melemparnya ke seberang ruangan dan melompat duduk ke sebuah sofa besar di tengah-tengah ruangan. Dia berteriak kepada yang lainnya untuk segera berhenti dengan kegiatan mereka. Tiga orang yang sedang bergulat di sudut ruangan mengerang jengkel, namun akhirnya bergabung di sofa. Sedangkan tiga orang lainnya yang sedang mengacak-acak perabotan di seluruh ruangan ini tertawa meledek melihat Kyungsoo, mereka berlarian menuju sofa, ikut duduk berdesakkan.
Dan Kyungsoo masih terdiam di tempatnya, bingung ingin melakukan apa sampai salah satu di antara mereka berdeham keras, lalu membuang ludahnya ke arah Kyungsoo dan berteriak, "Hei, Bocah! Kau adalah Orang Bodoh Penyembuh Penyakit Jiwa yang ke tujuh, jadi langsung saja pada intinya; kami —" dia menunjuk dirinya dan yang lain dengan seringai, "—bukanlah orang-orang yang perlu mendapat metode psikologis konyol untuk mengobati kejiwaan kami. Kalian tidak perlu mengurung kami di bilik pengampunan dosa ini karena semuanya hanya sia-sia," katanya penuh penekanan. Pemuda lainnya menahan cengiran di balik senyum malas.
Dia berdiri dan meninju seorang pemuda berkulit kecokelatan di sampingnya. "Oh, sial, aku muak melakukan hal ini terus! Tidak adakah dialog lain yang lebih keren?" tanyanya dengan raut wajah tidak terima, pemuda cokelat yang terkena pukulannya hanya mengusap darah di sudut bibir sebelum tertawa ringan.
"Oh, ayolah, kau Leader, Junmyeon!"
"Menyampaikan kalimat-kalimat klise itu memang sudah jadi bagian tugasmu."
"Enyah saja sana ke neraka, berengsek!"
Dan ketika mereka semua siap saling berguling di lantai, Kyungsoo seolah mendapat kesadarannya kembali. Dia berjalan ke tengah ruangan, ke sebuah meja yang berhadapan langsung dengan sofa dan memukulnya kuat. Mendadak dia merasa muak dengan apa yang terjadi.
"Dasar bodoh!" seumur hidupnya, Kyungsoo bersumpah dia tidak pernah mengeluarkan suara sekeras itu. Gelombang amarah sudah menguasai pikirannya sampai-sampai ia ingin memukul apa pun. "Apa yang kalian ketahui? Bajingan kecil seperti kalian seharusnya bersyukur masih ada orang-orang yang ingin membantu mengatasi kebodohan kalian!"
Kyungsoo terengah, dirinya seperti menelan gumpalan pahit ketika menatap pemuda-pemuda di hadapannya. Ruangan tenggelam dalam hening untuk waktu yang lama, Kyungsoo menunduk, membiarkan kepalanya mendingin sebelum kembali menengadah dan berdeham pelan.
"Aku akan memulainya," katanya, tanpa berupaya memberikan senyum atau pun membuat nada suaranya jadi terdengar menyenangkan. "Aku, Do Kyungsoo, seorang guru konseling sekolah dasar, akan memberikan bimbingan konseling selama seminggu kepada kalian. Terimakasih dan ... sampai jumpa di pertemuan berikutnya!"
Dengan itu, Kyungsoo keluar dari ruangan dengan langkah pelan hingga dirinya menghilang di balik pintu. Selama beberapa saat, ruangan masih diselimuti oleh keheningan sampai seorang pemuda berambut merah gelap tertawa terbahak-bahak.
"Astaga, sial, dia menyenangkan!" teriaknya.
Dan yang lainnya mengangguk setuju.
...
[i]Junmyeon
Keesokan harinya, Kyungsoo datang lewat sepuluh menit dari jam seharusnya dan dia hanya memakai kemeja biasa dan celana kain. Ketika dia membuka pintu, sebuah potongan kertas kecil-kecil beterbangan di sekitar wajahnya, lalu seorang pemuda setinggi dirinya tertawa dan berlari ke tengah ruangan dengan jari tengah terangkat. Kyungsoo menghela napas.
Kali ini, pemuda-pemuda itu tidak segera duduk di sofa, dan si pemuda berambut panjang tidak meneriaki teman-temannya seperti kemarin. Mereka tidak berhenti karena kehadiran Kyungsoo, mereka tetap pada kegiatan masing-masing bahkan saat Kyungsoo sudah berada di mejanya, mengeluarkan catatan dan mulai menulis.
Pemuda yang kemarin sebagai pembicara — Si Leader Junmyeon, melemparkan sekaleng penuh cat tembok berwarna hitam ke dinding membuat yang lain bersorak heboh. Dia tersenyum tipis, melirik ke arah Kyungsoo yang juga sedang melihatnya. Dia menaikkan alis mengejek dan memutuskan untuk menghampiri Kyungsoo, dia duduk di sofa.
Kyungsoo balas memberikan senyum tipis.
"Jadi, Leader Junmyeon, bisakah kauperkenalkan teman-temanmu?" tanya Kyungsoo sembari bersandar di kursinya.
Junmyeon kembali menaikkan alis, kemudian berdecih. "Dasar amatir, bukankah seharusnya kau sudah mempelajari riwayat hidup kami dari sebuah clipboard?" dan dia menggeram ketika Kyungsoo mengangkat bahu. "Holy shit, lalu apa yang kaulakukan dari tadi?"
"Tentu saja hal yang tidak berkaitan dengan kalian! Kau tahu? Aku habis membaca serial terbaru kisah porno, apa yang lebih baik dari itu?"
Junmyeon menendang meja di depannya dan Kyungsoo tertawa.
"Persetan! Aku melakukan ini bukan karena pengaruh darimu, aku melakukan ini karena ini adalah sebuah keharusan. Aku ingin kau mengingat kami —"
"— sebagai pria paling keren di muka bumi ini, yehet!"
Junmyeon mendengus ke arah pemuda tinggi dengan tato di seluruh permukaan lehernya itu, kemudian dia kembali memandang Kyungsoo. "Nah, dia itu Sehun. Dia yang paling muda di antara kami, dia itu paling patuh — tentu saja hanya kepada kami, kata-katanya tidak pernah bermutu, tapi dia yang paling pandai minum bir!"
Kyungsoo sebenarnya sudah mempelajari tentang pemuda-pemuda itu dari Yixing. Bagaimana kepribadian dan masa lalu mereka, tapi Kyungsoo hanya ingin melakukan ini saja. Dia kembali menatap Junmyeon yang masih berceloteh tentang seseorang bernama Sehun, dari tatapannya bahkan sudah menunjukkan bahwa dia begitu mengenal dan menyayangi Sehun, sekalipun penampilannya menolak kenyataan tersebut.
"— lalu Minseok. Oi, Minseok, tunjukanlah wajah tampanmu!" teriakan Junmyeon membuat seseorang yang bernama Minseok menoleh, dia sedang merobek buku-buku di semua tempat. Ketika dia menatap Junmyeon, dia tidak melakukan apa yang Junmyeon minta, melainkan melemparnya dengan sepatu sambil berteriak, 'Mati saja, berengsek!'
"Dia yang paling tua, tapi sifatnya yang paling menjijikan."
Kyungsoo mengangguk dan mencondongkan tubuhnya ke depan. "Ada apa antara dia dengan buku-buku?"
"Berengsek, jangan banyak bertanya!" ucap Junmyeon keras. "Dia kalah truth or dare dengan Jongin, jadi dia harus membelah semua buku di ruangan ini menjadi dua. Buku di ruangan ini ada lebih dari dua ratus. Dia bisa membentuk otot lengan dengan semua itu, dia tidak keberatan."
Oh, pikir Kyungsoo. Minseok juga melemparinya tadi dengan kertas.
"Kemudian Jongin. Dia yang di pojok sana, sedang tidur — dia memang tukang tidur. Di antara kami semua, dia yang paling berengsek, tapi hatinya selembek bubur bayi. Oh, dia benar-benar bangga dengan kulit hitamnya, aku benar-benar jijik!" ada sebuah senyum yang ditahan, membuat Kyungsoo mendengus dalam hati, sedikit terkejut. Tak apa, mungkin nanti.
Junmyeon menjilati bibirnya sesaat sebelum kembali berbicara. "Jongdae adalah yang paling manis. Dia memang sangat kurang ajar, tapi dia mengurus kami semua dengan baik." dia menujuk pemuda yang sedang mengumpulkan botol-botol bir dan menaruhnya di lemari pendingin.
"Siapa lagi? Oh, Chanyeol dan Baekhyun. Mereka sedang main kartu di sana. Yang berambut merah bernama Chanyeol dan yang berambut panjang bernama Baekhyun. Chanyeol adalah bajingan sejati, dia senang dengan leluconnya sendiri, mantan pacarnya ada di mana-mana, dan dia malas mandi. Sedangkan Baekhyun, dia sangat berisik. Kegemarannya adalah berteriak dan membuat semua orang kesal, tapi dia takut dengan Minseok. Minseok pernah menghajarnya sampai nyaris mati! Itu salahnya, sih, dia mengejek Minseok yang tidak kuat minum," ucapnya lagi, sedikit tawa kecil melesak keluar, membuat Kyungsoo kali ini benar-benar tertegun.
Sejak awal, Kyungsoo mempertanyakan presensi Junmyeon yang disebut oleh yang lainnya sebagai pemimpin. Padahal, pemuda itu sama berengseknya dengan yang lain. Perkataannya selalu kasar, senang merendahkan, bahkan Kyungsoo masih bingung dengan kejadian kemarin, ketika Junmyeon memukul Jongin, tapi yang dipukul hanya tertawa. Namun sekarang Kyungsoo tahu jawabannya.
Junmyeon adalah pemuda baik.
.
.
"Dengar Junmyeon, aku akan mengatakan ini; aku bukanlah psikiater, aku sama sekali tidak hebat. Aku lebih senang menghajar kalian satu per satu daripada memberikan kalimat-kalimat motivasi yang sesungguhnya hanya omong kosong, tapi, aku serius, jangan bertindak bodoh. Kalian cukup membiarkan aku di sini selama seminggu, jika kalian mengusikku, aku benar-benar akan mengganggu kalian seumur hidupku dan jika ada kesempatan, aku akan mengeluarkan isi perut kalian untuk makan malam anjingku!"
.
[tbc]
