Title : Never Say Good Bye Anymore
Genre : Hurt/Comfort, Angst
Length : Chapter 1
Main Cast : Kibum, Jaejoong
Cast : Kibum, Jaejoong, Yunho, Siwon.
Pair : YunJae (untill the end)
Warning : Yaoi, gaje, hasil remake, typos
Cinta, luka, pengkhianatan, balasan lara, dan pengorbanan yang terkubur kepalsuan. Harapan yang jauh dari asa yang tengah dirajutnya. Penyesalan mendalam, kala kenyataan menggerus habis kepalsuan yang selama ini memenuhi isi kepala.
"Kibum ah, kami akan menikah…"
Namja manis itu melengkungkan senyum tulus, tanpa luka, meski perih masih nyata dirasanya.
Ia hanya membuang pandangannya sekilas. Menatap pejalan kaki yang tergesa menyelamatkan diri dari gerimis mendadak ini.
"Aku akan datang hyung, itupun kalau kalian mengundangku" balasnya tenang. Mengalihkan tatapan matanya kembali pada sepasang namja dihadapannya.
Senyum Kibum tak pudar, satu hal yang membuat sepasang kekasih itu semakin sulit mengatasi ketegangan. Terlebih lelaki cantik yang tak juga mengangkat wajahnya, menyibukkan diri dengan meremas jemarinya dibawah meja. Merasa bersalah pada apa yang ia putuskan dalam jalan cerita percintaannya.
"Jae… bukankah kau ingin mengatakannya sendiri tadi?" bisik lelaki tampan yang menyadari kecemasan namja cantik disampingnya.
"Atau aku saja yang menyampaikannya?" tambah lelaki itu lagi.
Masih dengan kepala tertunduk Jaejoong menggeleng tak setuju, menggenggam lengan kemeja sang namja chingu. Meminta padanya untuk memberikannya sedikit waktu.
Dengan sabar Kibum menunggu kalimat namja cantik itu.
"Bisakah kau memberikan undangan ini untuk Yunho?" ujar Jaejoong setelah ia sanggup menata intonasi nada bicaranya.
Kibum mengamati gerakan tangan Jaejoong yang menyodorkan undangan padanya. Dengan teramat jelas tertera dua nama lelaki itu disana. Sekali lagi Kibum menyunggingkan senyum tulus, mengangguk mantap tanpa memikirkan apapun.
"Dan ini undangan untukmu…" satu lelaki lainnya menyodorkan kertas yang sama.
Saat itulah kedua mata mereka bertemu. Hanya sepersekian detik, Kibum tak mau hatinya kembali terluka. Baginya semua sudah berakhir.
"Siwon hyung tak perlu khawatir, aku akan datang nanti"
"Kau bisa datang bersama Yunho kan? Jaejoong akan tenang jika melihat mantan kekasihnya menghadiri pernikahan ini"
Detik itulah tatapan Kibum berubah datar. Senyumnya hilang, ia justru terkekeh miris. "Ia merestui kalian, tak perlu mencemaskan namja tolol itu" ucapnya sarkastik.
Kalimat yang Kibum lontarkan cukup membuat sepasang kekasih itu terkejut. Tak menyangka Kibum yang biasanya membela Yunho mati-matian sampai berucap seperti itu.
"A-apa terjadi sesuatu?"
Kibum menggeleng sebagai respon yang ia berikan pada apa yang Jaejoong tanyakan.
"Yunho hyung sudah bahagia sekarang, dan aku percaya restunya akan selalu kalian dapatkan"
"Yang jelas akan kuberikan undangan ini padanya, kalian tak perlu cemas. Aku pergi dulu hyung, jam makan siangku sudah habis. Annyeong.."
Seperginya Kibum dari kafe itu, Jaejoong mengusap sudut matanya. Entah sejak kapan genangan kristal bening itu ia simpan, sesak yang ia rasakan membuat batinnya kembali bergejolak.
Siwon yang menyadari hal itu bergegas memeluknya. Menamenginya dari keraguan yang tengah namja cantik itu alami.
"Aku orang terjahat yang hidup di dunia ini… Kibum tak akan pernah memaafkanku, kau lihat senyumnya tadi? Bagaimana ia bisa— hukss… Wonnie ah… aku— aku tak pantas melakukan hal ini padanya. Aku tak berhak merebutmu darinya, aku—"
"Ssst… tenangkan dirimu Joongie ya, kau tak merebutku darinya. Inilah jalan yang kita pilih bersama, kumohon jangan kau sesali"
"Siwonnie, aku—"
"Saranghae Jae… kaulah yang kucintai, bukan Kibum atau siapapun juga. Percayalah padaku"
Kibum berjalan pelan menembus hujan. Langkahnya tak tergesa, sengaja membuat tubuh itu terguyur dinginnya sang sumber kehidupan.
Sesekali ia berhenti, menengadah lurus, menantang gelapnya langit malam.
Hujan…
Malam…
Dan kini ia sendirian…
Tak lagi berada dalam hiruk pikuk keramaian, tak lagi menggunakan topeng yang harus ia pasang dalam melayani setiap pelanggan.
Tepat sekali bukan? Kini ia tak perlu menahannya lagi, ia bisa bebas mengekspresikan perasaannya. Menumpahkan segala keputus-asaan yang ada.
Lewat tiga hari sejak pertemuannya dengan dua lelaki itu, dan esok mereka akan terikat selamanya. Terkait dalam belenggu yang nyata. Meski terjamah, tak akan ada akhir yang bahagia baginya.
Kibum paham…
Dia hanya kurang berusaha. Sulit yang ia rasa membuat segalanya kian rumit.
"Yunho hyung… kau dan cinta bodohmu itu benar-benar…"
Gumamannya tak terselesaikan. Bola matanya terasa perih, terhantam tetes demi tetes hujan yang tak juga berhenti. Ia memejamkan mata, merasakan gletser panas yang meluncur jatuh menuruni paras manisnya.
"Jika cinta itu mati, kau tak perlu ikut mati bersamanya. Pesan konyolmu itu yang membuatku bertahan sampai saat ini hyung…"
"Jaejoong hyung?" gumam Kibum tak percaya.
Langkah kakinya terhenti begitu saja, kala ia mendapati sosok Jaejoong yang terduduk letih di dekat pintu apartemennya. Kibum bergegas menghampirinya, menepuk pelan lengan sang hyung. Membuat pijar berlian namja yang tengah terlelap itu perlahan terbuka.
"Kibum-ah…"
"Apa yang Jaejoong hyung lakukan disini?"
Satu pertanyaan langsung tanpa basa-basi itu membuat Jaejoong menunduk. Ragu dengan jawaban yang bahkan tak dapat ia pikirkan. Keputusannya menemui namja manis ini setelah sekian lama, kemunculannya yang tiba-tiba, dan ikatan yang Siwon tawarkan padanya.
Kenekatan dengan nol alasan.
Jaejoong menggigit bibir bawahnya, sama sekali tak berani menatap balik sosok manis dihadapannya.
"Masuklah hyung, akan kubuatkan coklat panas untukmu"
Gemericik shower terdengar samar dari balik pintu. Jaejoong tahu betul Kibum tengah sibuk membersihkan tubuhnya yang basah kuyup. Kini ia ditinggal seorang diri dalam ruangan yang amat ia kenali.
Pandangan matanya menyusuri tiap sudut apartemen mungil ini. Tak ada yang berubah semenjak terakhir kali ia melihatnya.
Disana, disalah satu meja, berjajar rapi bingkai foto sang pemilik apartemen. Jaejoong mengamatinya satu persatu, tersenyum kecil kala foto itu turut menunjukkan eksistensinya dalam kehidupan Kibum. Tawa bahagia mereka, senyum tulus tanpa dosa, serta garis takdir yang tak serumit saat ini.
Sampai pada bingkai terakhir, senyum indah itu perlahan pudar.
***
"Hyung memikirkannya?"
Jaejoong terkejut. Menarik jemarinya menjauhi bingkai foto dalam jangkauannya. Ia menoleh tepat dimana Kibum kini berada.
Namja manis itu sibuk mengusap surai kecoklatan miliknya menggunakan handuk kering. Memandang diam Jaejoong yang tampak kikuk menjawab pertanyaannya.
"Jangan memikirkannya lagi…"
"Apa?"
"Jangan memikirkan si pengkhianat itu. Siwon hyung sudah kau dapatkan. Dia begitu mencintaimu, tegakah kau melukainya?"
Diam…
Nafas Jaejoong tercekat. Diantara amuk badai yang terjadi di luar sana, salju beku tiba-tiba saja mengurungnya. Tanpa kata, ia hanya memandang balik namja yang lebih muda darinya itu.
"Maafkan aku…" balasnya singkat. Hanya dua kata yang mampu diucapkannya, dua kata yang mewakili segalanya.
"Untuk apa? Dari awal hyung tak memiliki kesalahan padaku, tak ada yang perlu kumaafkan. Lebih baik hyung pulang. Akan kupesankan taksi untuk—"
"Ada yang ingin kukatakan pada Yunho, bisa kau bawa aku menemuinya?" potong Jaejoong pada kalimat tak sempurna Kibum.
"…"
"Sebelum aku menikah, ada satu hal yang ingin kukatakan padanya"
"Katakan padaku, aku janji akan menyampaikan langsung pada Yunho hyung"
Hening…
Tak sepatah katapun keluar dari bibir mungil itu. Keduanya hanya saling memandang. Jaejoong tahu, meski Kibum menerima kehadirannya saat ini, tapi tak cukup bagi batinnya yang merana. Namja manis itu, dia tak sedikitpun merubah tatapan matanya. Penuh luka dengan gores derita yang kentara.
Menunduk, sadar betul Jaejoong tak pantas memandang balik sosok itu. Ia hina, rendah, dan tak seharusnya menampakkan muka dihadapannya. Berbagai hal yang terjadi pada sosok itu dua bulan terakhir ini dialah biang keladinya. Merebut nafas yang telah menjadi miliknya, menjadikan hidup namja manis itu tak lagi berbinar seperti hari-hari sebelumnya.
Namun sadarkah Kibum rasa bersalah yang menggelayuti benak Jaejoong saat ini? Terasakah olehnya? Penyesalan yang tak dapat Jaejoong ungkapkan, dan derita yang juga ia rasa?
Tak pantaskah jika Jaejoong meminta satu hal padanya? Harus memohon seperti apa? Menemuinya, menatapnya, dengan menekan kuat harga diri yang ia sendiri yakini tak dimilikinya lagi, dan berakhir seperti ini?
Jaejoong menggigit bibirnya, menyapu sudut ruangan itu menggunakan ekor matanya. Resah yang menekan diri itu membuat kerasionalan mengambang tak bertuan.
Saat itulah ekor matanya menangkap selembar kertas yang amat ia kenal. Tergeletak manis dibawah meja dengan dasar beberapa buku yang tak diketahuinya. Penasaran, kaki jenjangnya melangkah perlahan. Tak jauh dari posisinya tadi, hingga kertas mengkilap dengan harum mawar merah telah berada dalam genggamannya.
Manik matanya membulat, terkejut dengan apa yang ditemukannya. Tak mengerti, tapi tak mau berburuk hati. Ia hanya memandang penuh tanya sang pemilik apartemen. Dan hal pertama yang dilihatnya saat fokus itu tertuju pada namja manis itu hanyalah kapanikan yang tersirat dalam paras ayunya.
Gemetar, meski hanya beberapa detik Jaejoong tentu menyadarinya.
"Kenapa undangan ini masih ada padamu? Bukankah kau sudah berjanji akan memberikannya pada Yunho?"
Tak ada jawaban. Entah mendapat keberanian dari mana, Jaejoong mendekati namja manis itu.
"Kau berbohong kan? Kau tak ingin Yunho datang bukan? JAWAB AKU KIM KIBUM!"
"Apa untungnya bagimu hyung? Tak ada bukan? Tak akan ada bedanya ia hadir atau tidak"
"Tentu ada, aku—"
"Memperlihatkan padanya jika kau dan Siwon hyung bahagia? Tak perlu kau lakukanpun, Yunho hyung akan—"
"TIDAK! AKU TAK SEPICIK ITU!"
"LALU APA?! YUNHO HYUNG MENGKHIANATIMU HYUNG, HARUSKAH KUINGATKAN SAKIT HATIMU ITU?!"
Sunyi...
Kibum terengah, kesal dan sesak yang ditahannya tak terbendung lagi. Kepalan tangannya mengeras, menatap bengis sosok cantik itu. Nalarnya hilang beberapa saat. Tak peduli pada apa yang telah dijanjikannya. Emosi yang kini menggenggam kuat jiwa itu.
Telunjuk itu mengarah pada bingkai-bingkai foto yang berada tak jauh darinya. Kim Kibum, mengarahkan jari telunujuknya tepat pada bingkai yang terdapat siluet foto mereka bersama. Tanpa satu sosok, Jung Yunho.
"Kau ingat itu hyung? foto itu diambil beberapa bulan lalu, tepat dihari ulang tahunmu. Apa yang terjadi saat itu? namja chingumu sendiri, dia yang paling kau harapkan kehadirannya, malah melupakanmu begitu saja. Menyibukkan diri berkencan dengan gadis yang tak pernah kau kenal sebelumnya. Kau melupakannya?"
Dingin.
Nada bicara Kibum teramat dingin.
Celah yang Jaejoong coba untuk menutupnya kembali terbuka.
Memori yang ia kubur berhamburan begitu saja.
Merangsek kuat menghujam kepalanya. Berputar ulang tanpa daya yang tak dapat dicegahnya.
Kuat. Keras. Dan tepat sasaran.
Kenangan itu kembali hidup. Asa yang ia punya tak dapat menghalaunya.
Begitu jelas dan kentara. Tak samar sedikitpun.
Bayangan sosok itu. Paras tampannya. Senyum menenangkannya. Serta torehan nyeri yang ia dapatkan. Kebejatan moral yang tergambar jalas tanpa sekat, bersanding dengan pengkhiatanan yang Yunho lakukan.
(Jaejoong PoV)
Nyaris akhir Januari beberapa bulan yang lalu, aku masih mengingatnya dengan jelas. Merasakan tekstur lembut yang berpadu dengan gairah penuh nafsu. Mendengungkan geraman kesal yang tak dapat kulupakan begitu saja. Serta tatapan tajam yang tersirat dendam membara.
Dia seperti setan.
Demon yang terbebas dari jerat kekang. Menyembul keluar dari sarang.
Menghujam tubuhku tanpa ampun. Mengabaikan rintih kesakitan yang kusuarakan. Menutup mata dari pedih yang kurasa. Melampiaskan kekesalan dengan hukuman yang tak pantas dilakukannya.
Malam itulah, aku dihadapkan pada Jung Yunho yang tak pernah kukenal sebelumnya. Jung Yunho dengan aroma alcohol yang mengoyak kehormatanku, menggerus janji suci yang dahulu sempat ia lontarkan padaku, tak kan menyentuhku sebelum aku benar-benar menyandang marga yang sama dengannya. Namun detik itu, ia membabi buta menodaiku.
Aku tahu, segalanya kian memburuk sejak satu tahun terakhir ini. Tautan suci yang kami genggam erat tercelup dalam kubang kotor penuh kenistaan. Seolah segala kebahagiaan yang terjadi bertahun-tahun sebelumnya hanyalah khayal semata.
Kebohongan asal mulanya, dan berakhir dengan pengkhianatan yang tak berperasaan.
TBC!It's me, ZoaChan. yang akunnya ga bisa dibuka gegara lupa ama pw sendiri *pundung.
di FF ini yang jadi main cast adalah Kibum eonni *plak. dan Joongie eonnie *plakplak.
tapi tak bisa dipungkiri Jung Yunho adalah ujung tombak isi cerita #halaaahhh
kritik dan saran saya terima^^
dan terimakasih banyak untuk MissChoi, Jung hana cassie, iruma-chan, park ji hyun, ichigobumchan, Kim haehae, sha, wonniebummie, kaiazz, RistaMbum, zakurafrezee, Mara997, DewiDestriaPutri, Snowysmiles, thepaendeo yang sudah meyempatkan diri review di The Real Demon.
tentang sekuel fic itu akan saya pikirkan lagi. hehehe...
