Aku membelalakkan mata, terperanjat menatap keberadaan benda mungil yang tersenyum padaku dengan menampilkan sederetan angka digital terpampang jelas didepan penglihatanku.

Jam 7 lewat 16 menit, bukan angka yang kuharapkan.

Aku mulai bergegas melakukan ritual pagi dan sebagainya hingga akhirnya anak2 tangga yang kelihatannya sudah agak rapuh itu rela kusiksa kembali saat aku menuruninya dengan tergesa-gesa.

"Tsu-kun... kenapa terburu-buru?"

"A-aku terlambat, ibu... ohayo!"

"Sarapan du...,"

.

BLAM!

.

"Ya ampun Tsu-kun... Reborn, tolong berikan bento ini pada Tsu-kun ya." Nana tersenyum.

"Baiklah maman." Jawab Reborn cepat, kemudian berlalu dari hadapan ibu Tsuna yang selalu terlihat manis itu.

.


K0ush4fukuj1 represented multichap...

"Tonari no Gokudera-kun"

Adopted KHR chara from Amano Akira-sensei

.

.

RE:MEMBER!

.

- DON'T LIKE, DON'T READ-

.

.

I'M ALREADY WARN YOU!


.

Aku terengah-engah begitu memasuki pintu gerbang SMP Namimori yang selalu dijaga ketat oleh prefect bengis bernama lengkap Hibari Kyoya, sadis... ya! Kuat... apalagi! Tak ada siswa maupun siswi yang berani melawan kehendaknya, termasuk juga aku.

Dan sekarang dia tengah membuatku panik, keringat deras mengguyur dahi dan leherku karena pasalnya ketua komite yang menurutku mengerikan itu sedang menatap setiap gerak-gerikku dengan mata elangnya.

.

GLEK!

.

Bahkan menelan ludah pun rasanya seperti menelan batu besar yang harus memasuki lorong kecil. Ya ampun, kapan tatapannya itu teralih dariku?

"Yo Tsuna! Kenapa hari ini nggak semangat?"

Yamamoto Takeshi, sang bintang baseball di Namimori lagi-lagi berhasil membuatku terkejut dengan sapaan riangnya.

Lengan kirinya memeluk tengkukku sambil tersenyum dan dia berhasil membuat Hibari mengalihkan pandangannya dariku untuk menemukan mangsa empuk lainnya.

Syukurlah Yamamoto, kau menyelamatkan hidupku lagi... aku sungguh-sungguh berhutang budi padamu! (oke, Tsuna-pii mulai lebay! *jitak diri sendiri*)

"Yamamoto-kun tumben berangkat awal?"

"Ahahahaha, tadi sekalian bantu otou-san angkut beberapa boks ikan."

"SAWADAAAAA!"

Oh sial! Aku lupa bahwa setiap pagi, calon kakak-ipar(?) sudah setia menanti di balik pintu gerbang SMP Namimori.

Aku menatap langsung padanya dan dibalas dengan kepalan tangannya yang penuh balutan perban seakan dia selalu terluka setiap hari, maklum ketua Club Boxing.

Sasagawa Ryohei namanya, kakak dari Kyoko, gadis teman sekelas yang jarang kuajak ngobrol tapi aku menyukainya.

Kebiasaannya memanggil namaku dengan intonasi unik itu yang membuatnya terlihat sangat bersemangat dan enerjik, Yamamoto hampir setipe dengannya.

"Sawada! Ayo ikut club-ku! Ayo kita jadikan badan kita sehat dengan extreme!"

Aku hanya tersenyum dengan mimik muka aneh, malu? Sangat! Kenapa hanya aku yang diajaknya? Kenapa Yamamoto tidak? Jawabannya hanya satu... karena aku tak masuk club manapun yang menawarkan kehebatan mereka masing-masing saat penerimaan siswa/siswi baru waktu itu sementara Yamamoto sudah masuk jadi anggota reguler tim baseball di sekolah.

"Ma-maaf onii-chan, lain kali saja, kapan-kapan!"

"Baiklah! Akan kutunggu to the extreme!"

"Tsuna, yakin nih?"

"A-apanya?"

"Club Boxing... apa nggak lebih baik masuk Club seni lukis?"

Aku menoleh ke arah Yamamoto yang segera disambut dengan senyuman lebarnya yang khas.

Seni lukis? Yang benar saja... menciptakan lukisan ruang dengan garis proporsional saja aku tak mampu, apalagi melukis sesuatu yang menghebohkan macam Monalisa.

"Tsuna, mikirin apa?" Yamamoto terlihat cemas.

"Ah... ti-tidak... tidak ada." Jawabku singkat.

Seperti biasanya, Yamamoto kemudian menggiringku ke koridor sekolah yang cukup sepi hingga bisa mencium bibirku sepuas hatinya.

Lumatan itu tak hanya bertahan dalam detik tapi juga menit, dan tangannya mulai meraih pipiku untuk menahan supaya aku tak melepaskan daily reward darinya sebagai status "pacar" yang hampir genap 2 bulan.

"Yam... mmmhhnm... Yamamoto... mmhph... kun...,"

"Hn~?" Yamamoto melepaskan ciumannya dariku.

"Ka-kalau ada yang melihat bagaimana? Kalau Hibari-san melihatnya bagaimana?"

Yamamoto menepuk pundakku sekali, dia sama sekali tak menjawab dengan kata-kata, cukup hanya senyuman manis yang bisa membuat jantung ini berdebar-debar terus-menerus tanpa henti dan dia melanjutkan kembali kiss yang sempat tertunda itu dengan memasukkan lidahnya ke dalam mulutku, berusaha mencari pasangannya dan mengajaknya menari tarian waltz yang lama kelamaan menjadi tarian cha-cha.

Itu artinya dia menjawab tidak akan sebagai hasil pertanyaan yang tadi kulontarkan padanya.

Yamamoto semakin gesit memojokkanku ke dinding koridor yang memelukku dalam kedinginan, namun semua itu tak berarti apa-apa. Rasa dinginnya terkalahkan oleh kehangatan cinta teman sekelas sekaligus pacarku itu.

Di tengah-tengah suasana romantis itu, mataku menangkap sebuah sosok di ujung koridor tengah menatap perbuatan kami dengan mata green-dia* miliknya seolah dia baru saja menyaksikan sesuatu yang spektakuler.

Siapa dia?

Anak baru? Karena aku belum pernah melihatnya disekitar Namimori.

Tapi saat aku berkedip, orang itu menghilang dan bel masuk berbunyi nyaring.

Membuat Yamamoto melepaskan perbuatan ecchinya padaku, kemudian berjalan disampingku untuk masuk ke kelas.

.

. . .


.

"Apa ada yang perlu ditanyakan? Apa kalian sudah mengerti?"

"TIDAK ADA SENSEI!"

Jawaban sontak nan kompak anak-anak di kelasku membuat G-sensei membuat wajah datar, atau memang beliau berwajah datar? Itu masih suatu misteri Illahi(?).

"Kalian ini... tolong perhatikan sedikit sensei kalian yang tampan ini dong."

.

BHUU!

.

Tingkat kemasaman raut wajah G bertambah 13%, kenapa harus 13%? Karena angka 13 adalah angka keberuntungan author. (oke! Saya semakin ngaco gara-gara galau! *dijitak typer*)

Akan tetapi, G tetaplah G... seorang guru separuh baya yang memang sangatlah tampan dibalik tattoonya yang cukup lumayan artistik itu, sampai-sampai diam-diam aku mengaguminya sebagai seorang sensei bermasalah.

But, well... EGP!?

"Oke, tenang semuanya... hari ini ada kabar gembira buat kalian." Celetuk G.

"Kabar gembira?" koor siswa-siswi di kelasku, kecuali aku dan Yamamoto yang sedang sibuk menahan matanya agar tak tertutup kelopak mata alias tidur.

G tampak bersemangat, mengingat akhirnya perhatian murid-murid kelasnya memperhatikan dirinya.

"G-sensei, ayo bilang!" salah satu siswa penasaran, diikuti anggukan yang lain.

"Dengar baik-baik... tadi Kepsek bilang akan ada murid baru."

"Murid baru?" semua yang ada di kelas saling berpandangan.

"Namanya... tadi siapa ya namanya? Ah ya! Gokudera Hayato-kun."

G cepat-cepat membukakan pintu, dan mataku tak pernah lepas dari semua gerak-geriknya sementara Yamamoto sudah asyik terlelap dalam dunianya sendiri.

Siapa dia?

Jangan-jangan orang asing yang tadi aku lihat di ujung lorong koridor? Dan ternyata memang benar dugaanku kalau dia yang sekarang tengah melangkahkan kakinya masuk ke dalam kelas, adalah orang yang sama dengan si pemilik mata green-dia di koridor.

"Nah ini dia Gokudera Hayato-kun. Murid baru disini. Ayo perkenalkan dirimu."

"Ohayo. Nama Gokudera Hayato, baru pindah kesini kemarin. Yoroshiku!"

Seluruh isi kelas ber-sweatdrop ria, pasalnya mereka bingung dengan sikap siswa bernama kecil Hayato itu.

"Ano~ G-sensei, apakah Gokudera-kun adik G-sensei?" ujuar Kyoko tiba-tiba.

Benar!

Aku baru sadar akan hal itu, mungkin semuanya juga berpikir tentang hal yang sama pula.

Tapi aku tak mau ambil pusing, yang penting sekarang bagaimana caranya agar siswa baru itu membungkam mulutnya dan tak mengatakan kepada siapapun mengenai kejadian antara aku dengan Yamamoto.

"Semirip itukah? Dandanan style gaya rambut maybe." G mulai narsis.

"Sensei, saya boleh duduk sekarang?" pinta Gokudera.

"Ah ya! Disebelah Sawada saja ya, itu... yang rambutnya jabrik tapi muka imut."

WTH!

Aku terpaksa mengacungkan jari dan Gokudera mulai berjalan gontai ke arahku.

Yamamoto masih saja tertidur, kenapa G-sensei tak tahu soal ini? Andai Yamamoto terbangun tadi, pasti suara tertawanya sudah membahana karena menertawakan kekonyolan sensei.

"Oh... jadi kau Sawada Tsunayoshi?" ucap Gokudera setelah duduk.

"Eh? I-iya..."

"Temanmu hebat juga ya tadi."

"Ma-maksudmu apa?" balasku dengan lirih.

Gokudera tersenyum, dan senyuman itu pertanda sesuatu yang buruk bagiku.

Oh kamisama, tolong bantu bungkam mulut anak baru ini!

.


Entah bagaimana kisah ini terjalin(?) seperti benang. . .

But well. . . semoga yang suka langsung review dan yang ga' suka langsung kasih flame ^^
Oh iya, maaph banget baru nongol setelah hiatus sekian lama, sibuk di FB (HAPHA?)

Gomen ne kalo ada banyak kejanggalan disini, apapun bentuknya. . . #plak

Oh iya, chap kedua nyusul ya. . . mungkin beberapa abad(?) lagi ^^

Ada ide? #diinjek typer