"Eren..."

Terdengar oleh seorang Eren Yeager sebuah suara merdu. Lebih merdu daripada semua wanita yang pernah ditemuinya, termasuk Mikasa Ackerman yang selalu mendampinginya, atau Christa yang menjadi primadona di pasukkan kadet ke 103. Mata Eren yang terpejam tak dapat melihat sosok pemilik suara tersebut.

"Eren..."

Terdengar lagi suara yang memanggilnya. Kali ini laki laki. Menurut kualitas suara laki laki ini, sepertinya ia memiliki kekhawatiran yang besar padanya. Entah mengapa ia membayangkan bahwa laki laki yang sedang memanggilnya ini adalah ayahnya sendiri, Grisha Yeager.

Ayahnya?

Eren langsung bangun terduduk mengingat pesan ayahnya untuk menguak keberadaan titan kepada manusia dengan membuka ruangan bawah tanah rumahnya di Shinganshina.

Tapi, yang didapatinya justru jauh dari ekpetasinya.

Eren bangun dan mendapati bahwa ia berada di kamar yang asing dengan beberapa benda benda yang tak pernah ia temui sebelumnya. Ada kotak yang memperlihatkan sesuatu yang bergerak. Atau sesuatu yang disuntikkan ke tangan kanannya.

Tapi bukan itu juga yang bisa membuat seorang Eren Yeager terdiam, merasa lebih asing dari sebelumnya.

Disana ada seorang wanita pirang dengan seorang pria paruh baya yang wajahnya menjadi cerah melihat dirinya bangun. Si wanita hampir ingin menangis, seakan Eren adalah adik kesayangannya. Dan seorang pria gemuk yang menghela napas bahagia di dekat pintu.

"... Siapa kalian?"

LINKIN HORIZON

by Ambar Albatros

.

.

Part one : Dunia Baru

.

.

.

.

"Siapa kalian?" tanya Eren dengan pandangan awas. Apa mereka musuh? Atau kawan? Ataukah mereka adalah penduduk di distrik terdekat?

Emangnya kapan terakhir kali Eren berubah menjadi titan ya?

"Dimana Mikasa?" Eren menanyakan nama orang yang ia ingat pertama kali, tentu saja dalam hal ini Mikasa lah orang terdekatnya.

"Whoa whoa, tunggu Eren." ujar laki laki separuh baya tersebut. "Apa kamu tidak mengingat keluargamu sendiri?"

"Eh?" respon Eren. Yang ia ingat, ayahnya menghilang setelah terakhir kali mereka bertemu. Waktu itu ayahnya memberikan kunci ruang bawah tanah dan menyuntikkan perangsang titan kepadanya. Sedangkan ibunya telah dimakan titan waktu kasus titan kolosal dulu.

"Dan siapa itu Mikasa?" tanya wanita pirang dengan khawatir. "Apa dia pacarmu?"

"Bukan," bantah Eren. "Dia saudaraku!"

Pernyataan Eren cukup membuat wanita itu kaget di tempat duduknya, dekat dengan kasur yang ditempati oleh Eren saat ini. Sesaat kemudian, wanita itu memegang tangan kanan Eren dan berkata dengan cukup halus. "Aku kakakmu, Tessa Yeager. Dan laki laki yang berada di sebelahku adalah ayah kita, Cade Yeager. Apa kamu ingat, Eren?"

Melihat Eren yang menggelengkan kepalanya, sang ayah menepuk pelan pundak putrinya tersebut. "Kamu ingat kan apa yang dikatakan dokter barusan, sayang? Mungkin ia mengalami hal 'itu'."

"Tapi yah..." bantah Tessa sebelum mengalihkan pandangannya kembali kepada Eren. "Eren, mungkin kamu lupa, tapi kamu kecelakaan. Waktu itu, kamu dan ibu sedang mengendarai mobil. Dan ternyata ada truk yang menabrak kalian. Karena kecelakaan itu, ibu meninggal dan kamu mendapatkan luka parah di sekitar kepala."

"Dan kamu tertidur selama sebulan penuh," tambah ayahnya. "Mungkin Mikasa yang kamu maksud hanyalah saudaramu di dunia mimpi tersebut."

Tampaknya kalimat terakhir yang dilontarkan Cade dapat diterima akal semuanya. Laki laki gemuk di dekat pintu juga mengangguk anggukkan kepalanya. Bahkan Eren pun memukulkan tangannya yang dikepal ke tangannya yang terbuka dengan pelan, tanda kalau ia juga setuju dengan pernyataan tersebut. Mungkin saja selama ini ia hanya bermimpi tentang titan titan yang menjadi predator untuk manusia, dan beberapa manusia ternyata bisa menjadi seperti mereka, termasuk dirinya. Dan, ia merasa kalau kisah seperti itu hanya khayalan tingkat tinggi, tidak mungkin ada titan di dunia ini kan? Itu kan hanya legenda kuno.

Wajah Eren yang cukup cerah karena setuju dengan perkataan ayahnya itu kembali muram. "Kalau begitu, kenapa aku tidak dapat mengenali kalian?"

"Kata dokter yang menanganimu, luka yang kamu dapatkan di kepalamu disebabkan oleh benturan saat kecelakaan tersebut, jadi mungkin kamu mengalami amnesia saat kamu bangun nantinya," jelas Tessa, sambil tersenyum tipis kepada Eren.

"Oooh, begitu ya?" ujar Eren. "Jadi, aku ini mengalami amnesia? Lalu bagaimana caranya biar aku ingat semuanya lagi?"

"Entahlah, tak banyak yang mengetahui bagaimana caranya agar amnesia dapat disembuhkan. Kalau mau sih, benturin lagi aja kepalamu sekeras kerasnya biar balik lagi," kelakar laki laki gemuk yang dari tadi berada di dekat pintu. Ayah dan putrinya yang mendengar kelakar itu langsung memandang laki laki tersebut dengan kesal. Yang dipandang pun mengundurkan diri dari ruangan tersebut.

"Jadi..." Eren mengalihkan pembicaraan dengan menunjuk sebuah kotak dengan gambar yang bergerak, dan mengeluarkan suara.

"... aliansi militer AS dengan mereka resmi dihentikan." Ya, itu suara yang terdengar ketika Cade dan Tessa mengslihkan pandangan mereka ke benda yang ditunjuk oleh Eren.

"Itu... apa?"


Lima tahun telah berlalu.

Sekarang Eren sudah berumur 15 tahun. Eh tunggu, rasanya ia tidak bertambah tua. Bukan bukan, kisah mimpinya soal titan itu yang majuin umurnya sampe 15 tahun, di lima tahun yang lalu tersebut. Dan sekarang ia sedang asik-asiknya tiduran di atas sofa kamarnya. Mau bagaimana lagi, sekolahnya sudah mengadakan libur duluan. Dan sekarang orangnya bosan setengah mati. Eren lagi semales-malesnya menjawab panggilan, chatting, maupun mention dari teman-temannya di media sosial yang ia miliki. Ia mengecek HP-nya sebentar, melihat notifikasi, dan mematikan kembali layarnya lantaran bosan. Melempar gadgednya pelan ke kasur, Eren merebahkan diri kembali ke alam kebosanan.

Sebuah dering singkat terdengar dari satu satunya sumber suara yang berada di atas kasur. Dengan malas, sang pemilik manik hijau kekuningan tersebut mendatangi kasurnya dan menyambar benda tersebut. Dilihatnya ada notifikasi di Twitter, dengan username mikasamiya, yang langsung membuat Eren panik sendiri. Masalahnya, 'mantan' ketua kelasnya itu bisa dibilang sangat kejam. Dengan berbekal intelegen dan kedisplinan ala Jepang yang tinggi, seorang Mikasa Amamiya, nama lengkapnya, dapat meruntuhkan anak anak nakal di kelasnya. Eren hampir mendapatkan 'hukuman' berbahayanya hanya karena ia adu argumen dengan salah satu temannya yang bisa dibilang mirip dengan Jean. Ah, dikaitkan dengan mimpi itu lagi. Mual Eren mengingat seberapa menyebalkannya kedua orang tersebut. Seperti pinang habis dibelah dua, tapi bedanya disini, di dunia nyata ini, Eren beragumentasi dengan kebohongan terbesar milik 'kembarannya' Jean tersebut.

Eren langsung saja melihat sebutan dari Mikasa. Ternyata, ia mengundang seluruh teman sekelasnya untuk mengadakan prom night buat perpisahan sekolah. Eren juga diajak oleh Mikasa, tentu saja. Dalam sebutannya, prom night akan dilaksanakan lima hari lagi di rumah Mikasa. Tepat saat Eren akan membalas kicauan milik sang ketua kelas, tiba tiba ada suara truk pengangkut datang ke rumahnya. Cih, si ayah pasti membawa yang aneh aneh. Berpikir demikian, Eren langsung mengintip jendela kamar yang satu satunya dapat melihat ke arah suara itu datang, dan sudah didahului oleh kakaknya.

"Apa-apaan itu?!" umpat sang kakak spontan.

"Ada apa, Tessa?" tanya Eren. Ah, tampaknya ia tak dapat ikut prom night nih. Perasaannya ga enak dengan barang yang baru dibawa ayahnya kali ini.

"Liat aja sendiri." Sang kakak, dengan kesalnya, langsung ngacir. Eren melihat laptop yang dibawa oleh sang kakak tersebut menampilkan sosok seorang pria yang sedang kebingungan. Mengalihkan pandangannya dari laptop tersebut, Eren mencoba menengok kembali apa yang menjadi perhatiannya barusan.

Sebuah... Truk? Sudah usang lagi.

"NGAPAIN COBA?" Eren berteriak saking kagetnya. Memang, ayahnya, Cade Yeager, seorang robotik. Tapi, tidak sampai sebegitunya juga dong. Bawa bawa truk usang, mau dibuat apa coba? Eren pun ikut ikutan kakaknya ke lantai bawah sambil mengutuki ayah sendiri.

Emang gila punya ayah seperti itu...


"Sebuah TRUK?" Tessa berjalan cepat ke arah sang ayah, Cade Yeager, diikuti oleh Eren. "Ayah, jangan bilang kalau kau menggunakan uang kita untuk membeli barang rongsokkan ini."

"Tenang saja, dia memakai uangku, 150 dollar." Lucas menjawab pertanyaan Tessa.

"Untuk uang gajimu," sambung Cade.

"Gaji apa?" Lucas menyandarkan dirinya pada sebuah pagar kayu.

"Gaji yang akan kaudapatkan."

"Kapan?"

"Tak akan pernah. Kita bangkrut," potong Tessa sambil berjalan kembali ke dalam rumah. Eren sedikit terjengit. Bangkrut? Terus gimana dengan sekolahnya nanti dong?

"Sudah kuduga," ujar Lucas. Eren langsung mengikuti kakaknya ke dalam rumah.

"Sayang," Tessa berhenti, diikuti oleh Eren. "Bisakah kau tidak mengganggu hubungan pegawai dan atasannya?"

"Kukira kita rekan bisnis," sangah Lucas

"Lihat, aku kekurangan uang."

"Tess..." panggil Eren, diikuti oleh sang kakak yang menoleh ke arahnya.

"Aku harus membelikannya gaun dansa. Apa harus kutolak itu?"

Tessa langsung mengalihkan pandangannya ke arah dua pria yang sedang berdialog.

"Seharusnya kau juga menolak teman kencannya," sanggah Lucas, lagi.

"Tidak, aku rela mengantar, dan menemaninya." Cade bahkan memotong Tessa yang ingin berbicara.

"Tak ada orang yang mau pergi ke pesta dansa bersama ayahnya. Itu aneh." Lagi lagi, Lucas berhasil menyanggah perkataan Cade.

"Bukan itu masalahnya-"

"Memang itu masalahnya." ujar Tessa, dengan wajah yang lelah.

"Jangan kau ikut campur. Kau tahu jenis mesin truk itu?" Cade mengalihkan pembicaraan. "Akan kuambil suku cadangnya."

Kemudian Cade memandang Tessa dengan lekat. "Sayang, celanamu pendek sekali."

"Ambilkan air dingin dan pengering." Tessapun berjalan kembali ke dalam rumah.

"Eren, kamu bantu kakakmu." Eren yang sedari tadi bingung akan jalan pembicaraan keluarganya tadi, akhirnya mengikuti Tessa ke dalam rumah.

Dan, entahlah. Eren tidak tahu mau ngomong apa tadi sama Tessa.


Eren baru saja keluar rumah, di malam hari. Kadang, ia butuh udara segar, apalagi ia mendapatkan masalah ketika ia minta untuk membatalkan undangan Mikasa. Mikasa ngamuk di timeline. 'Udah cape cape aku bikin rencananya, ada yang minta batalin lagi. Ga ngerti akan pengorbananku apa?' kira kira seperti itu yang dikicaukan oleh Mikasa.

Ketika ia ingin menoleh ke atas, melihat bintang, ia melihat siluet sang ayah berlari ke dalam gudang. Eren yang jadi penasaran mengikuti sang ayah ke dalam gudang. Ketika ia sampai ke dalam gudang yang juga sebagai bengkel robotik sang ayah, ia mendengar gumaman sang ayah.

"Tak bisa dipercaya!" Ujar sang ayah. Eren dapat mencium bau gosong dari dalam gudang.

"Benar benar tak bisa dipercaya. Ya Tuhan!" Eren dapat melihat sang ayah yang berjalan ke arah tengah ruangan.

"Aku harus menghasilkan uang dari barang barang di sini untuk keluargaku." Sang ayah, Cade Yeager, semakin berjalan ke arah sebuah truk yang berada di tengah tengah gudang tersebut. Dan berhienti tepat di depan truk usang tersebut.

"Ayolah, rongsokan tua. Hari penghakiman."

Cade, sang ayah, menatap lekat lekat sang truk hingga merasakan kehadiran Eren. Ia membalikkan badannya untuk melihat sang buah hati.

"Eren," panggilnya.

"Y-ya?" sahut Eren.

"Sini bantu ayah."

Bersambung...


YEEEEEEE, akhirnya selese juga ; w;)7 Bagaimana, ide Author pas Author nonton TF4 di bioskop 2 kali ini? Bagus kan :D

Hebat yak, nontonnya kapan, publishnya kapan... Author sebenarnya bingung sama beberapa alur disini, jadi ada beberapa yang author potong. Begitulah resiko kalau masukkin karakter baru di sebuah cerita yang udah padet (kataku loh ya), apalagi jadi tokoh yang bisa mempengaruhi tindakan sang tokoh canon. Udah gitu, crossover pula.

Oh iya, gaje kan pas awal awal? Author sebenarnya bingung waktu bikinnya. Bagaimana caranya Eren bisa mengganggap fandom aslinya sebagai mimpi itu... ribet. Yaudah, jadinya ya gitu, ambigu.

Author juga sebenarnya ada kekurangan. Kalau ada yang salah, tolong dimaklumi ya. Plus, tolong di review juga, biar Author tahu kesalahan Author tuh apa. Kalau mau rekues juga boleh, asalkan tidak di luar alur TF4. _(:D

I'm out~