Married?!

A Taekook fanfiction by Rain

Remake dari Novel "Istri Kontrak" by Syafrina Siregar dengan beberapa perubahan.

.

.

.

Kim Taehyung setengah berlari menyusuri lorong rumah sakit siang itu, sesekali ia membungkuk sekilas pada petugas ataupun pengunjung yang tak sengaja ditabraknya. Langkahnya semakin dipercepat ketika melihat pintu lift yang hampir tertutup. Tangan kanannya menerobos ke tengah-tengah pintu lift, hingga pintu lift kembali terbuka dan ia masuk kedalamnya.

Menarik napas lega, tanpa sengaja ekor matanya melirik seorang pemuda yang berdiri persis di sampingnya. Diam-diam Taehyung menilai penampilan lelaki itu dari ujung kepala sampai kaki.

Rambut hitam legam, kulit pucat dengan mata bulat yang indah dan juga bibir kissable yang terlihat sedikit pucat. Tubuhnya lumayan tinggi, dibalut dengan kaos putih lengan panjang dan celana jeans hitam yang pas di tubuhnya. Penampilan yang sederhana namun mampu menarik perhatian seorang Kim Taehyng.

'Cantik' pujinya dalam hati.

"Ehm... maaf, ruangan VVIP di lantai berapa ya?" Taehyung mencoba membuka percakapan sambil menunjukkan rectangle smilenya, senyuman yang biasanya selalu berhasil membuat gadis-gadis juga lelaki terpesona.

Pemuda itu melirik Taehyung dengan kening yang berkerut,

"Maaf, saya hanya pengunjung. Bukan pegawai bagian informasi." Jawabnya datar.

Sungguh, rasanya Taehyung ingin sekali menjedukkan kepala ke pintu lift saat mendengar jawaban pemuda itu. Dingin sekali. Pemuda itu bahkan tidak mempan dengan pesona yang coba ia tebar beberapa saat tadi.

Ketika lift berhenti di lantai tiga, pemuda itu segera bergegas keluar. Setelah sebelumnya sempat melirik tajam kearah Taehyung, membuatnya meringis. Entah kenapa Taehyung merasakan desiran halus di hatinya ketika manik indah itu menatap kerahnya. Belum selesai dengan lamunannya, tiba-tiba saja ponsel Taehyung berdering.

"Yeobosseo, Hyung."

"Taehyung, kau dimana? Appa sudah menunggumu sejak tadi." Suara Kim Seokjin -kakak keduanya- terdengar.

Taehyung menepuk kepalanya pelan. Kenapa ia bisa lupa kalau tujuan dia pulang dari London dan bergegas ke rumah sakit ini adalah untuk menemui Appanya yang terkena serangan jantung?

'Semua gara-gara namja judes tadi' pikir Taehyung.

"Iya, Hyung. Aku sedang di lift sekarang."

Setelah pintu lift terbuka Taehyung segera mematikan sambungan dan bergegas menuju ruangan tempat Appanya di rawat. Di depan sana berdiri beberapa orang yang ia kenal seperti Kim Namjon -suami Seokjin, Baekhyun -kakak pertamanya, Park Chanyeol -suami Baekhyun dan juga Jung Hoseok pengacara sekaligus sepupunya.

"Kenapa lama sekali sih?" Gerutu Baekhyun kesal.

Taehyung hanya tersenyum sambil menggaruk lehernya yang tidak gatal. "Maaf, Appa baik-baik saja kan, Hyung?"

"Kau lihat saja sendiri di dalam." Jawab Baekhyun lemah.

Taehyung mengernyit mendapati hyungnya yang terkenal bermulut pedas itu terlihat menahan tangis. Tanpa membuang waktu ia segera masuk dan di dalam sudah ada Seokjin, juga Jimin dan Yoongi -pasangan 'suami istri' yang juga sepupunya.

"Bagaimana keadaan Appa, hyung?" Tanya Taehyung. Ia menghampiri Seokjin yang duduk di samping ranjang Tuan Kim.

Seokjin tersenyum lemah, mengusap jemari sang adik yang menyentuh bahunya. "Sudah lewat masa kritis, tapi Dokter bilang sewaktu-waktu bisa saja kambuh."

Taehyung segera merengkuh Hyung berhati lembut itu kedalam pelukan. Ia tak habis pikir, Ayahnya yang terkenal aktif itu kini harus terbaring lemah di ranjang rumah sakit.

Tak lama, sepasang mata Tuan Kim yang semula terpejam perlahan-lahan terbuka, tatapannya langsung tertuju pada Taehyung yang berada tepat di samping ranjangnya.

"Taehyung, kau pulang?" Nada tak percaya terdengar jelas disana, membuat Taehyung meringis.

"Ya Appa. Aku pulang."

"Syukurlah... kapan kau akan menikah?"

Taehyung tersedak air liurnya sendiri.

Menikah? Oh, seharusnya ia sudah bisa menebak hal inilah yang akan Ayahnya tanyakan padanya.

"Appa... yang terpenting sekarang itu adalah kesehatan Appa."

"Justru itu. Aku tidak bisa sembuh dan sehat jika pikiranku masih tidak tenang. Di keluarga kita hanya kau saja yang belum menikah, bahkan Jimin yang seumuran denganmu saja sudah menikah sejak tiga tahun lalu." Cecar Tuan Kim.

Taehyung sontak gelagapan. Ia menatap bergantian Seokjin, Yoongi dan Jimin, bermaksud meminta pertolongan. Namun ketiganya hanya mengangkat bahu seolah tak peduli. Sial.

"Appa, umurku masih 29 tahun." Cicit Taehyung pelan, merasa segan jika harus membantah Ayahnya dengan keras.

"Itu bukan alasan Taehyung. Bagi Appa, usia itu sudah cukup matang untuk membina sebuah keluarga. Berhentilah main-main dan mulailah membina hubungan yang serius. Appa hanya ingin melihat semua anak Appa menikah dan berkeluarga, memastikan ada yang menjaga dan merawat kalian sebelum Appa menyusul Eomma kalian disana."

Ruangan seketika hening, semua yang ada disana sontak menahan napas mendengar penuturan Tuan Kim.

"Appa, jangan bicara begitu." Lirih Seokijn menahan tangis. Namjoon yang memang ikut masuk bersama yang lainnya tadi segera menghampiri Seokijin dan memeluknya.

"Waktuku tidak lama lagi Taehyung. Dokter bilang sisa waktuku hanya 6 bulan, bahkan kurang. Appa... hanya ingin melihatmu menikah."

"Appa, Dokter itu bukan Tuhan. Lagipula memangnya Appa sakit apa sampai Dokter memvonis seperti itu,?" Sanggah Taehyung mencoba mengalihkan pembicaraan.

"Tae, Appamu memang tidak ingin memberitahukan penyakitnya, tapi segala pengobatan sudah dilakukan." Ucap Hoseok, Pengacara yang usianya hanya terpaut beberapa tahun diatasnya.

"Dan hasilnya?" Desak Taehyung tak sabar. Hoseok menggeleng lemah membuat Taehyung tertunduk lesu.

"Jadi, apa kau sudah punya calon?" Suara Ayahnya kembali terdengar.

"Eum, sebenarnya saat ini aku memang sedang dekat dengan seseorang-"

"Siapa? Apa dia seperti gadis yang tempo hari kau bawa itu? Yang hanya tahu cara memasak air? Atau yang satunya lagi? Yang hanya tahu cara berburu barang-barang mewah di Mall?" Balas Tuan Kim telak.

Taehyung bungkam. Urung menceritakan perihal Bae Irene, gadis yang tengah dekat dengannya saat ini. Sementara di belakangnya, Taehyung dapat mendengar suara kikikan dari Jimin dan deheman Yoongi.

"Kau tahu kan, Appa sama sekali tidak mempermasalahkan soal orientasimu. Appa hanya berharap jika orang yang akan menjadi pendampingmu kelak adalah seseorang yang baik, yang bisa mengerti dan mengurus semua kebutuhanmu dengan baik."

Taehyung menarik napas dan menghembuskannya kuat-kuat, berulang kali. Namun beban di dadanya tak juga terangkat. Ditatapnya satu persatu penghuni ruangan itu -yang juga tengah menatapnya, sebelum kemudian menyambar tas ransel yang tadi di bawanya dan melesat keluar ruangan.

.

.

.

Kedua tangan Jungkook saling meremas di pangkuan. Sungguh merasa gugup dan resah menunggu vonis apalagi yang akan di ucapkan Dokter Kang padanya.

"Jadi bagaimana Dok?"

Dokter Kang meletakkan hasil pemeriksaan Jungkook di meja dan menatap pasiennya itu, "Seperti yang pernah saya katakan sebelumnya, penyakitmu ini bukanlah penyakit ringan yang akan sembuh hanya dengan meminum obat dan istirahat saja Kook-ah, perlu adanya tindakan operasi untuk mengankat penyakit itu dari dalam tubuhmu."

Jungkook mengangguk lemah.

"Saya tahu kekhawatiranmu akan resiko yang ada. Tapi, jika sudah sejak dini di tangani, maka resiko itu masih bisa diperkecil." Jelas Dokter Kang lagi.

"Saya mengerti Dokter. Berikan saya waktu untuk berfikir."

"Jangan terlalu lama berfikir, Kook-ah. Kita harus segera mengambil tindakan sebelum penyakitmu bertambah parah."

Jungkook hanya tersenyum menanggapinya, sebelum memutuskan untuk undur diri dari ruangan Dokter Kang.

.

.

.

Hoseok tengah asyik memandangi Taehyung yang sibuk melamun di ruangannya. Wajah Taehyung kelihatan kusut dengan mata yang memerah karena kurang tidur. Sesekali tangannya mengacak dan menjambak surai merahnya sendiri sambil mengerang frustasi, membuat penampilannya terlihat semakin berantakan.

"Tae-ya, berhenti menarik rambutmu seperti itu atau urat syaraf otakmu juga akan ikut tertarik nantinya." Canda Hoseok tak lucu.

Taehyung berdecak, "Mianhae Hyung, aku hanya bingung."

"Apa yang kau bingungkan eoh? Tinggal turuti kemauan Appamu, menikahlah. Selesai." Jawab Hoseok enteng.

Taehyung mendelik tajam, hyung nya ini bicara begitu mudah seperti sedang mengatakan bahwa 1 ditambah 1 sama dengan 2.

"Kau pikir menikah semudah itu apa? Lagipula dengan siapa? Mengingat Appa menolak keras tipe-tipe yang dimiliki mantan-mantanku, aku tidak mungkin begitu saja menikahi Irene noona kan?" Cicit Taehyung di kalimat terakhir.

Hoseok menyeringai, "itu karena gadismu saat ini sama saja dengan mantan-mantanmu dulu, iya kan?"

Taehyung terdiam membuat Hoseok tersenyum puas. "Pabbo !"

"Yah ! Aishh !" kembali Taehyung mengacak surai maroonnya frustasi.

"Kenapa sih Appa harus mengancamku dengan penyakitnya? Kenapa tidak dengan hal lain saja? Mencoret namaku dari daftar warisan misalnya."

Hoseok terkekeh, "Itu karena Appamu tahu kau tidak akan mempan dengan ancaman seperti itu. Sudah, menyerah saja dan ikuti kemauan Appamu."

"Tapi bagaimana caranya Hyuuung?" Rengek Taehyung, ia benar-benar sudah pada batasnya.

"Ck, Korea itu luas Taehyung. Masa' iya dari sekian juta warga yang masih single kau tidak bisa mendapatkan satu di antaranya?"

"Lalu menurutmu, aku harus keliling Korea selatan ini untuk mengadakan audisi pencarian istri idaman yang sesuai dengan harapan Appa, begitu?" Sengit Taehyung, bibirnya mencebik kesal namun beberapa saat kemudian ia terdiam.

Audisi ya? Hmm... sepertinya tidak ada salahnya dicoba.

"Hyung, kau punya kertas?"

Hoseok mengernyit heran, namun tetap menuruti permintaan Taehyung. Memberikan kertas dan pulpen padanya. Beberapa saat Taehyung sibuk menulis sambil sesekali melirik kalender sebelum akhirnya tersenyum puas.

"Hyung, pasang iklan ini di koran nasional selama tiga hari berturut-turut." Ucapnya sambil menyerahkan kertas itu. Hoseok menerimanya dan membaca awal kalimat yang tertulis disana,

'Dicari wanita/pria (uke) yang bersedia untuk menjalani pernikahan kontrak,'

"Apa kau gila?!" Pekik Hoseok dengan suaranya yang melengking. Telinga Taehyung bahkan sampai berdenging.

"Yah, itu satu-satunya cara menemukan calonku dengan cepat. Oh iya, rahasiakan hal ini dari Appa dan juga pasutri titisan iblis itu, Oke?" Katanya sambil bangkit dari kursi. Entahlah, Taehyung tidak tahu bagaimana jadinya jika pasangan itu sampai tahu rencana gila nya ini, Jimin yang kelewat usil dan Yoongi yang menyeramkan jika marah. Taehyung lupa jika masih ada Baekhyun yang merupakan perpaduan antara keduanya, ckckck.

"Tapi apa kau yakin Tae?" Tanya Hoseok memastikan.

Taehyung menggedikan bahu, "Molla, tapi tak ada salahnya di coba, kan?" ia nyengir kemudian.

"Ah, dan aku akan membutuhkanmu jika ada surat-surat yang harus di urus. Terimakasih sebelumnya, aku pulang dulu ya Hyung, annyeong."

Hoseok hanya geleng-geleng kepala menghadapi tingkah sepupu yang sudah dianggapnya dongsaeng itu, dibacanya lagi tulisan Taehyung dalam kertas tersebut, menyunggingkan senyum saat membaca kembali kata 'uke' dalam tanda kurung.

Dasar, Bocah itu. pikirnya.

Entah bagaimana reaksi keluarga Kim jika mengetahui ide gila ini. Mencari istri lewat iklan? Terlebih, pernikahan kontrak? Yang benar saja?!

.

.

.

.

To Be Continue

.

.

.

A/N :

Eum... hai... saya penulis baru di fandom ini, salam kenal ^^

Oia fic ini dlu udah smpat di publish di akun fb cma dengan pair berbeda, kalo ada Readers-san yang merasa pernah baca, mngkin kita pernah berkecimpung di fandom yg sama sebelumnya#plak

Well... adakah yg tertarik ff ini di lanjut?