Aaaaa! Aaaaa! Sebenarnya ini di tengah-tengah testing. Tapi begitu ngebaca puisi ini di soal testing bahasa Indonesia, nggak nahan kepingin bikin fanfictioooon!
Mohon maaf karena Hug and Kiss kepeksanya berenti. Akan saia lanjutkan nanti pas liburan. Sementara itu, fiction ini dulu yang bisa saia persembahkan untuk pembaca semua. Selamat membaca ^^
Di Langit Hitam yang Dulu
DISCLAIMER
Final Fantasy VII: Crisis Core © Square Enix
Karakternya ciptaan Tetsuya Nomura
Di Langit Hitam yang Dulu (puisi) ciptaan Ira Rahayu
Malam ini aku tinggal lebih lama lagi. Melalui atap yang berlubang itu aku menatap angkasa.
Di mana kau kasihku…
Yang tiba-tiba saja jatuh dan melubangi atap gereja ini. Yang menyebutku Malaikat. Yang mata birunya mengusir ketakutanku akan langit terbuka. Yang namanya tak pernah terhapus sedetik pun dari hatiku.
Aku ingin menghabiskan lebih banyak waktu bersamamu, meski hanya sedikit lebih lama. Karena walau hanya sebentar saja, berdua denganmu membuatku bahagia.
Aku berterima kasih kepada bunga-bungaku yang manis, yang tumbuh dan menjadi alas yang menyelamatkanmu. Aku berhutang budi pada atap rapuh ini atas pertemuan kita. Dan tiada henti aku bersyukur kepada Gaia. Karena kita ditempatkan di bawah langit yang sama. Dan karena langit yang sama itu telah menyatukan kita berdua, aku bersyukur lebih lagi.
Yang aku harapkan, untuk selamanya kamu dan aku terus bersama. Sayang seribu sayang, langit mana yang kautatap sekarang bahkan aku tak tahu.
Di mana kau menabur rindu…
Di langit malam yang ungu…
Atau di langit abu-abu…
Lihatlah ke atas. Betapa kosongnya angkasa. Apa kamu menyadarinya? Ataukah mungkin angkasamu penuh kejora, kejora-kejora yang berkelap-kelip senantiasa?
Hatiku ragu.
Mungkinkah di langitmu kini, ada banyak bintang? Mungkinkah?
Mungkin pun, aku terus bertahan. Aku masih bertahan.
Aku masih di sini…
Di langit hitam yang dulu…
Langit yang tetap sama meski tahun-tahun berlalu.
Yang bertabur bintang-bintang semu…
Karena satu-satunya bintang yang nyata telah pergi. Dan ketika mentari bersinar, bintang itu masih belum kembali. Hanya rasa kantuk yang terasa nyata, tanda telah satu malam kulewati tanpa menutup mata. Tanpa berhenti memikirkanmu. Tanpa berhenti berharap.
Mataku turun ke tumbuhan di dasar bumi. Bunga-bunga yang menua bersamaku ini adalah saksi. Bahwa meski harapanku tak dapat membawamu kembali, aku tak sedetikpun berpaling.
Dengan gaun merah jambu…
Dan bunga yang telah layu…
Aku selau ada di sini.
Dan hari ini, masih dalam penantian ini, hujan datang menitik. Kutinggalkan bunga-bungaku. Dan kupanjatkan doa untukmu.
'Pulanglah, Sayang. Pulang.'
Sebab aku masih menunggu. Selalu menunggu. Tak pernah berhenti menunggu.
-Di Langit Hitam yang Dulu-
Di mana kau kasihku
Di mana kau menabur rindu
Di langit malam yang ungu
Atau di langit abu-abu
.
Aku masih di sini
.
Di langit hitam yang dulu
Yang bertabur bintang-bintang semu
Dengan gaun merah jambu
Dan bunga yang telah layu
.
-selesai-
Special thanks kepada Ida Rahayu, sang pencipta puisi "Di Langit Hitam yang Dulu" yang telah menggugah hati saia.
