I Love You, Chef!

Story by Rainy_elfath

Diclaimer: Semua Chara adalah milik Masashi Kisimoto

Rating: T

Warning: OOC, typos

Cerita ini hanya fiksi yang dibuat untuk kesenangan, saya harap tidak menimbulkan kebencian, pertengkaran, dan amarah.

Selamat menikmati!

Saat ini aku sedang menunggu Anko Senpai untuk makan malam di Restoran kesukannya. Anko senpai memang tergila-gila pada masakan Italia terutama pasta maka malam ini yang katanya malam perdana seorang chef muda yang handal menjadi kepala koki di Carbonara, Restoran italia yang terkenal. Ia yang selalu membaca majalah gourmet selalu tahu info-info terbaru dari dunia masakan dan restoran.

"Temari chan, maaf aku terlambat aku ingin menjadi berbeda saat menikmati masakan Koki Shikamaru Nara jadi aku pergi ke salon untuk merapikan rambutku. Bagaimana?" tanyanya yang baru saja datang dengan model rambut yang dibuat lebih anggun sehingga mmebuatnya tampak menawan.

"Lumayan. Tapi apakah dengan mengganti model rambut masakannya akan tambah enak?" tanyaku bingung.

"Ih bukan begitu Temari chan. Dengan membuat model rambut yang baru mungkin saja kepala koki akan jatuh cinta padaku," jawabnya sambil malu-malu tersipu.

"Hah? Mana bisa. Bukankan koki selalu berada di Dapur? Bagaimana mungkin ia akan jatuh cinta pada pelanggan?" tanyaku heran sambil kami mulai berjalan menuju Carbonara.

"Temari chan, di Restoran kita bisa meminta untuk bertemu dengan kepala koki, jadi aku akan melakukannya dan ia akan jatuh cinta padaku," jawabnya sambil senyum-senyum gak jelas. Kami melanjutkan perjalanan menuju Carbonara yang terletak di daerah Ropongi.

Saat kami sampai di Restoran Carbonara kami langsung ditunjukan tempat kami oleh seorang pelayan yang tampak misterius dengan masker yang menutupi mulut dan hidungnya. Rambutnya keperakan menambah karisma dirinya.

"Silakan duduk nona-nona cantik," ujarnya sambil menarik kursi dan mempersilakan kami untuk duduk. Wajahnya yang misterius itu membuat ia terlihat begitu tampan.

"Silakan ini menunya. Jika sudah memilih silakan panggil aku lagi untuk memesan," ujarnya dengan memancarkan aura karismatik hingga bisa membuat para wanita jatuh cinta kepadanya. Pelayan itu kemudian pergi dan melayani pelanggan yang lain.

"Anko senpai kamu akan memesan apa?" tanyaku sambil membuka lembaran-lembaran menu untuk mencari makanan yang ingin kumakan. Tapi cukup lama tidak ada jawaban. Saat kulihat ternyata Anko senpai masih memperhatikan pelayan yang tadi.

"Anko senpai! Hei!" aku memanggilnya lagi sambil menepuk bahunya agar ia sadar.

"Aah, dia tampan sekaliii Temari chan," ujarnya setelah sadar dari gejala penyakit jatuh cinta.

"Kamu jatuh cinta padanya senpai?" tanyaku sambil agak menyondongkan badan dan mengecilkan suara.

"Sepertinya begitu," jawabnya sambil tersipu malu.

"Lalu bagaimana dengan kepala koki?" tanyaku lagi.

"Dia untukmu saja. Kamu belum punya kekasih kan," jawabnya enteng.

"senpai ini mudah tertarik dan jatuh cinta pada lelaki," ujarku sambil membuka-buka menu.

"Ya begitulah. Tapi aku yakin kali ini aku akan bertahan," ujarnya sambil menutup buku menu dan memamnggil pelayang yang mengenakan masker tadi.

"Kalau begitu semoga berhasil senpai," ujarku juga menutup buku menu karena sudah menemukan hidangan yang ingin kusantap malam ini.

Pelayan bermasker itu kemudian datang ke meja kami kemudian menanyakan menu yang ingin kami pesan. Aku memesan Ravioli musim panas sedangkan Anko senpai memesan Ratatouille. Anko senpai sempat berkenalan dengan pelayan bermasker itu dan namanya adalah Hatake Kakashi. Kakashi pergi meninggalkan meja kami setelah Anko senpai berhasil meminta nomer ponsel dan mendapatkan kedipan matanya. Setelah ia pergi Anko senpai benar-benar tenggelam dalam dunianya.

Aku menunggu hidangan yang kami pesan datang dengan memperhatikan sekeliling ruangan. Aku melihat orang yang tengah menikmati makanan yang mereka pesan. Wajah mereka begitu bahagia. Berbincang sambil tersenyum penuh kebahagiaan.

"Makanan ini sangat enak Sasori. Termakasih sudah mengajakku kemari. Ini makanan terenak yang pernah kumakan," ujar seorang nenek yang sudah sangat sepuh kepada seorang lelaki berwajah imut berambut merah. Aku perhatikan wajah nenek itu terlihat sangat bahagia.

"huaaa" seorang balita lelaki menangis tak karuan membuat suasana disekitar sangat gaduh hingga seorang pelayan membawakan pesanan mereka.

"Adik kecil, ini hadiah dari kepala koki. Berhenti menangis ya dan ayo tersenyum!" ujar si peayan seraya memberikan sepiring pasta Ravioli yang dibentuk seperti permen dan berwarna-warni seperti permen. Kemudian anak lelaki tersebut memakan hadiah dari kepala chef tersebut dan ia kemudian tersenyum dan berkata 'enak sekali'. Anak lelaki itu kemudian menyantap hidangan yang di sediakan dengan lahap.

Pelayan kemudian datang membawakan pesanan kami. Aku yang tak sabar untuk menikmati hidangan yang kupesan segera saja kumasukan potongan ravioli musim panas yang kupesan kedalam mulut dan saat kukunyah keju yang ebrada di dalamnya melumer dalam mulutku. Begitu lembut pasta yang sedang kunikmati ini. Harmoninya dalam mulutku benar-benar terasa sedang menikmati musim panas yang penuh gairah.

"Temari chan, bagaimana?" Tanya Anko senpai membuyarkan konsentrasiku dalam menikmati hidangan ini.

"Ini sangat enak senpai," ujarku seraya tersenyum bahagia. Aku mengerti perasaan mereka yang menikmati hidangan yang dibuat oleh koki utama. Benar-benar sangat enak.

"Benar kan? Apa kataku, chef ini sangat handal. Ia masih muda bahkan lebih mudah daripada kita tapi sudah mampu membuat masakan selezat ini. Ia benar-benar berbakat," ujar Anko senpai seraya menikmati hidangan yang ia pesan.

Aku setuju dengan pendapat Anko senpai bahwa koki ini berbakat tapi yang kunikmat dalam sepiring Ravioli bukan hanya keahlian seseorang dalam membuat masakan tapi yang kurasakan juga adalah sejumput cinta. Ya ada cinta dalam masakannya yang aku nikmati sekarang hingga membuat perasaan menjadi bahagia. Ah, Aku jatuh cinta.

"Aku jatuh cinta pada si pembuat masakan ini. Ia benar-benar mengagumkan," ujar seraya mengelap sisa makanan yang mengotori sekitar mulutku. Anko senpai tersenyum seakan ia mengerti perasaanku. Aku benar-benar ingin lari ke dapur dan bilang "I Love You, Chef!"