The School of Blood © Saiya Mika-chan
Genre: Humor, Mystery, Romance, Tragedy, and Horror
Warning(!): OOC, Typo(s), Abal-abal, dan Garing. :p
Fairy Tail © Hiro Mashima
Pair: NaLu, GrUvia and JeRza.
~OoO~
Namaku adalah Lucy. Aku murid sekolah Fairy! Aku baru saja pindah kesekolah ini. Dan tempat ini tampak banyak orang anehnya.
"Lucy-san! Hari ini tubuhmu tampak luar biasa seksi!"
Aku yang mendengar hal itu hanya tertawa datar. "Ha… Ha… Ohayou."
Baiklah kira-kira hal menarik apa yang terjadi hari ini?
~OoO~
"Hime, anda lupa membawa makan siang."
"Terimakasih, tapi bukankah aku sudah bilang jangan mengikutiku ke sekolah?" tanyaku sweatdrop dan merutuk diriku yang memiliki pelayan bernama Virgo. Kuakui ia memang sangatlah perhatian padaku, tapi sifatnya itu kadang membuatku malu.
"Apa anda akan menghukumku?"
Dan, kalau dia merasa dirinya bersalah pasti dia akan bertanya seperti itu. Aku ingin banget menendangnya ke kutub utara, tapi enggak bisa. Bagaimana bisa? Aku bukanlah penyihir seperti yang dibuat Hiro Mashima-sensei, aku hanyalah seorang murid biasa yang hanya belajar dan belajar.
"Bukan. Lalu buat apa kamu membawa drill!?" tanyaku melongo saat melihat ditangan kirinya ia membawa sebuah drill. Buat apa coba?
"Ah, Lu-chan. Ohayou!"
"Halo."
Aku menoleh kearah mereka. Levy, Jet dan Droy. (Droy: "Kenapa Jet selalu didekat Levy?" T-T)
"Levy-chan. Gokigen yo*?" sapaku menampilkan senyuman ala putri. Tapi, sepertinya aku mengatakan sesuatu yang salah pada mereka sehingga wajah mereka tampak bingung begitu.
"Goki*?"
Waduh salah lagi.
"Aa.. Ohayou gozaimasu!" sapaku tersenyum paksa setelah mendengar pertanyaan mereka. (Virgo: "Hime, apa anda akan menghukumku?llLucy: "Iya!"llVirgo: "Apa hukumannya, Hime?"llLucy: "Liat saja.")
Sebelum pindah kesini, aku belajar di sekolah kaya khusus wanita. Jadi seperti itulah kata sapaan kami. Karena terbiasa dengan seperti itu makanya aku sangat menyukai kebebasan disini. Mengerti kan maksudku?
"Minna, Ohayou!" sapaku sambil melambai-lambaikan tanganku kearah mereka. Sebelum benar-benar menginjakkan kakiku masuk,
BYUR!
Air membasahi rambutku. Hah… Malang sekali nasibku ya, Minna? Apalagi, banyak teman-temanku yang mentertawai ku. Kecuali, Wendy, Mira.
"Lu, Lucy-san, daijobu desuka?" tanya Wendy, murid FA yang paling muda(?), memberiku sehelai handuk. Entah darimana ia dapatkan atau memang dia bawa atau jangan-jangan dia maling?
"Arigatou, Wendy." Jawabku mengambil handuk itu dengan wajah merah padam dan muncul perempatan berwarna merah di dahiku.
"Hey! Siapa yang usil?!" seruku dengan nada marah, kesal, serem(?), horor pada mereka yang tadi menertawaiku.
"I-itu ulah Natsu-san, Lucy-san." Jawab gadis berambut biru entah kenapa sudah disampingku. Namanya Juvia Loxar. Orang ini memang suka sekali muncul secara tiba-tiba. Misterius amat.
"Natsu!" geramku meliriknya dengan tatapan tajam. Tapi Natsu entah kenapa jadi terobsesi begitu.
"Lihat! Apa yang kamu lakukan! Aku ingin mengerjai Gray dengan itu." Serunya membela dirinya. Aku berkacak pinggang mendengar 'pembelaan diri' alanya.
"Hah?" tanyaku sweatdrop.
"Orang bodoh seperti apa yang bisa terkena jebakan itu?"
"Kau ini—"
Aku dan Natsu pun bertengkar hingga memunculkan asap-asap ditempat bertengkar kami.
~Normal Pov~
"Oi, Oi, pagi-pagi kalian berdua kok sudah panas sih?" tanya laki-laki berambut jabrik berwarna hitam yang kita kenal bernama Gray-sama.
"Kamu lihat sendiri, bagaimana sih?" tanya Lucy berhenti sebentar untuk menyahuti pertanyaan yang tak jelas itu. Sekarang posisi Lucy duduk diatas punggung Natsu. Kakakaka... Sakit kan Natsu? Bakakakaka!
"Seharusnya kamu yang kena!" teriak Natsu kesal. Gray masih berdiri lalu melirik kearah mereka dengan tatapan watados andalannya.
"Mana mungkin aku kena jebakan anak-anak seperti itu?" tanya Gray lalu duduk di kursi yang tanpa sadar kursi itu sekarang menjadi tanda warning(!).
Lucy yang mendengar hal itu menyipitkan matanya, "Anak…Anak?"
Natsu menyeringai lebar melihat rencana untuk menjebak Gray akan berhasil.
"PANAAAASS!" Gray meloncat keatas begitu merasa bokongnya merasakan rasa panas yang sangat panas(?). Sudah kita duga. Itu pasti kerjaan Natsu yang usil.
"Batu panas membara dikursinya?" tanya Bisca kaget.
"Sadis sekali!" timpal Alzack ikutan kaget.
"Itulah pria!" timpal Elfman seakan menyetujui rencana Natsu untuk mengusili Gray. Kowaii ne?
"Sialan, itu membakar bokongku tau!" geram Gray memasang wajah marah. Backgroundnya entah kenapa jadi sedingin es.
"Hahaha.. Mau berkelahi? Aku sedang panas nih!" tanya Natsu dengan semangat membara seperti api. Gray dan Natsu saling beradu dahu dan beradu deathglare. Api dan Es? Kowaii nee! Tabasco dan Es batu? *pundung*
"Maju sini kau, brengsek!" jawab Gray menarik kerah baju dirinya sendiri sehingga kelihatan sedikit dada datar Gray.
Uwaa! #Efek-efek sibling(?)#
"Gray, bajumu." Ujar Juvia dengan wajah yang sudah memerah, tapi wajahnya tetap menampakkan wajah datar seperti biasa. Lho? Bukannya, seharusnya matanya akan berubah jantung atau minimal lah dia mimisan. Tapi, Mika mengubahnya menjadi misterius(lho?). Gray melihat kearah tubuhnya dan ternyata ia sudah telanjang total. (Taukan maksudku gimana? Jangan suruh aku jelaskan. Nanti Mika jadi nossebled.)
"Jangan telanjang, bodoh!" seru Lucy melotot kearah Gray. Wendy langsung menutup mata dengan wajah memerah.
"Waduh!" ujar Gray kaget. Dan cepat-cepat memakai seragam FA nya. Natsu hanya tertawa ngakak sambil guling-guling kemana-mana bahkan sampai nabrak meja, namun ia tidak merasakan sakit karena saking lucu nya.
"Sudah cukup! Pelajaran akan dimulai. Semuanya duduk kembali!"
JRENG! JRENG! JRENG!
Sang titania datang ke kelas FA. Ah, ya. Kedudukannya hanya sebagai OSIS bukan TITANIA. Dan ingat, ini sekolah bukan penyihir! :D
"Aye!/Aye!" sahut Natsu dan Gray entah kenapa tiba-tiba jadi berteman begitu. Erza membenarkan posisi kacamatanya lalu melirik Natsu dan Gray dengan tatapan tajam menusuk dan duduk-atau-aku-cincang-kalian-dengan-senjata-ku!
Mengerti tatapan itu, Natsu dan Gray langsung terbirit-birit ketempat duduknya. Wendy melihat hal itu hanya mangap. Juvia hanya melirik Gray begitu ia melewati bangkunya walau hanya sekejap mata. Tatapan seorang stalker.
~Lucy Pov~
Sekalipun para berandalan, mereka selalu menurut pada ketua Osis, Erza Scarlet. Kenapa bisa, ya? Dan juga, entah bagaimana, dan kenapa, guru kami adalah seekor kucing berwarna biru. Aku bahkan tak bisa melihatnya. Aku tau ia pasti sedang meloncat-loncat untuk menggapai mejanya yang sangat tinggi baginya, tapi harusnya ia juga meminta tolong pada siapapun yang bersedia menolongnya.
"Dia mendongkol?" tanyaku melihat Happy-sensei pundung.
"Sensei, jangan menyerah!" sahut Wendy khawatir tapi dari nadanya sedang berusaha menyemangati Happy.
"Ara, ara."
Gadis berambut putih panjang membantu Happy naik ke mejanya.
"Silahkan, sensei. Beritahukan aku jika memerlukan bantuan."
"Aye! Aku berharap bisa menggunakan magic dan mempunyai sayap."
"Jika anda mempunyainya, maka akan mudah naik ke tempat yang lebih tinggi daripada ini kan?"
Aku menatap Mira dengan wajah kagum. Mira-chan sangat cantik, dan baik hati. Dia adalah idolaku. Idola berat malah. Tapi aku mana mau menunjukkan gaya-gaya seseorang yang sedang ngeliatin idolanya. Kayak seorang stalker. Apalagi aku semakin ketakutan dengannya walau ia idolaku.
Flashback
"Jika ada pria ingin kencan kakakku, maka pria itu harus lebih Gentleman, daripada aku."
"Bukan. Ini bukan seperti itu, lagipula aku bukan pria."
End Flashback
"Berdiri! Katakan, Aye Sir!"
"Aye, sir!"
Aku mengetuk-ketukkan pulpenku di kertas berwarna putih yang berisi soal. Biar kuberi tahu, pelajaran yang ia(Happy-sensei) ajarkan seperti "Klafikasi ikan" atau "sejarah ikan" atau "bagaimana cara membuat ikan dengan rasa yang enak".
Aku hanya bisa berpikir 'Sekolah macam apa ini?' sambil bersweatdrop ria.
End Lucy Pov
~OoO~
"Aku lelah…" gumam Levy.
"Ganbatte, Levy!" ucap Jet dan Droy memberi semangat pada teman setimnya.
PRIT! PRIT!
Bunyi peluit terdengar di telinga mereka, sehingga mereka menoleh secara kompak.
"Hey, kalian! Jangan berenang disini jika bukan pelajarannya! Mengerti?" tanya seorang gadis berambut biru muda yang hanya memakai bikini biru tua. Sementara Crux hanya sweatdrop melihatnya.
"Uh, siapa dia? Aku benci dengan Aquarius yang suka ngatur-ngatur itu." Umpat Jet dengan aura-aura hitamnya(?). Droy juga mengeluarkan aura-aura hitam(?) itu. Levy yang mendengarnya hanya bisa terdiam cukup lama.
"He-hey," lerai Levy dengan nada takut-takut.
"Karena kalian telah melanggar, kuhukum kalian!" kata Aquarius dengan nada juteknya.
BRUSH!
Air meluap, sehingga Levy, Jet dan Droy mental diatas siswa-siswi Fairy Academy. Lucy menatap kejadian itu dengan mulut menganga dan tiga garis biru di rambut blondenya. Sementara itu, dibelakang Lucy, seseorang mengamati Lucy dengan seringaian khas di bibirnya.
'Hm, sepertinya permainan akan dimulai, Lucy-chan. '
~To Be Continiue ~
Saiya Mika: Nah! Ini dia, cerita pertamaku. Chappie pertama memang mirip FT OVA 2! Tapi, chappie dua sampai selanjutnya, beda kok! :) Heheheh, oya... Buat 'romance' nya kayaknya aku enggak bisa memperbanyak deh buat beberapa chapter kedepan. Soalnya, aku lebih mementingkan genre misteri sama horrornya. Humor nya juga kayaknya dikit. xp Tapiii... Aku usahain ada yah!
Yosh! Itu dulu yah! Perkenalan buat Saiya Mika yang gaje bangett. Review yaw! Review!
