Aku berjalan melewati para siswa yang sibuk bergosip di koridor. Ckck mereka ini seperti tidak ada kegiatan lain saja, pagi hari sudah membicarakan orang lain. Kelasku ada di ujung koridor jadi perlu waktu beberapa menit untuk sampai ke sana. Jam masuk sekolah masih setengah jam lagi jadi aku bisa sedikit bersantai.
Saat memasuki kelas, aku di sambut oleh kedua teman baikku-Yok dan Kritsina.
"Oi Book, sini cepat!" Kritsina menarik tanganku agar duduk di sampingnya.
"Apa?" tanyaku setelah meletakan tas sekolahku di meja. Kami duduk saling berhadapan dengan Yok yang menggeser kursinya agar menghadap ke belakang.
"Apa kau kenal pria ini?" tanya Yok seraya menunjukan sebuah photo di ponselnya. Aku mengernyitkan dahi berpikir.
"Eum, sepertinya dia salah satu teman kekasihku" jawabku. Aku memang sepertinya pernah melihat laki-laki itu.
"Ah sudah aku duga, dia pasti teman Frame. Mereka satu universitas" ucap Yok menggebu.
"Memangnya kenapa sih?" tanyaku masih belum mengerti arah pembicaraan ini.
Kritsina memukul lenganku-yang aku akui sedikit menyakitkan-pelan. "Tentu saja dia ingin mencari pacar dan dia mengincar teman dari kekasihmu itu" ucapnya menunjuk-nunjuk Yok dengan bibirnya. Yok langsung mencoba memukul pria jadi-jadian di sampingku.
"Apa kau bisa membantuku?" tanya Yok menatapku penuh harap.
"Bantu apa?" balasku
"Kau mintakan nomornya dari kekasihmu itu" jawabnya masih menatapku penuh harap. Aku mengernyit mempertimbangkan permintaannya.
"Aku tidak tahu apa dia gay atau bukan. Tapi akan aku mintakan pada Frame" ucapku yang di sambut dengusan Kritsina dan senyuman lebar Yok.
"Kau memang yang terbaik" seru Yok.
"Bisakah kau memintakan nomor seorang pria tampan untukku" kini giliran Kritsina yang meminta, tapi aku langsung menolaknya.
"Aku tidak mau membuat nasib orang itu sial karena mempertemukan denganmu" ucapku dan Kritsina langsung mencubit lenganku keras. Aku sampai memekik kesakitan.
"Aku ingin sekali memukul mulutmu itu!" ketusnya. Aku langsung menertawakannya bersama Yok.
"Oh, atau kalian bisa ikut denganku ke kampus Frame sepulang sekolah nanti" ucapku yang di sambut anggukan semangat dari dua temanku.
"Ahhh, aku tidak sabar untuk bertemu dengannya" aku dan Kritsina hanya memutar bola mata kami saat mendengar gumaman pemuda di depan kami ini.
--00--
"Maaf Book, hari ini aku tidak bisa menjemputmu" ucap Frame di seberang telepon. Aku menganggukan kepalaku.
"Tidak apa-apa. Aku bisa pulang sendiri" jawabku
"Kalau begitu hati-hati lah"
"Emm, bye-bye" ucapku mengakhiri panggilan kami.
Aku beralih menatap kedua temanku yang sudah memasang senyuman di bibir. Aku ikut tersenyum. "Ayo!"
Dan kami mulai perjalanan ke kampus Frame yang hanya membutuhkan 30 menit dari sekolahku. Kami ke sana menggunakan mobil Yok yang sudah stand by di depan gerbang bersama dengan supirnya.
Di dalam mobil kedua makhluk di sampingku sangat berisik mengenai apa yang akan mereka lakukan jika sudah di sana. Bahkan berebut pria tampan yang belum ada wujudnya saat ini. Haahhh, aku harus bersabar karena berteman dengan mereka.
Kedua temanku ini memang sedikit berbeda, bagaimana aku mengatakannya ya. Pokoknya mereka tidak seperti pria pada umumnya. Tapi mereka sangat percaya diri dan dulu juga mengajarkanku agar aku harus percaya diri. Itu lah kenapa aku menyukai berteman dengan mereka. Dulu aku cenderung pendiam dan pemalu.
"Book!" aku tersentak kaget saat merasakan pukulan di lengan kiriku. Aku melotot kearah Kritsina. "Sakit, Bodoh" gerutuku.
"Aku sudah memanggilmu berulang kali, tapi kau hanya tersenyum tidak jelas" Dia membalas menggerutu.
"Ada apa?"
Kritsina menunjukan sebuah tas bermerk padaku. "Bagaimana, apa ini cocok untukku?" dia tersenyum lebar padaku seraya menaik-turunkan alisnya.
"Terlalu bagus" komentarku. Tas itu memang sangat bagus.
"Ini memang bagus" balas Kritsina bangga.
"Tidak cocok untukmu" tambahku. Kritsina langsung melotot padaku.
"Mulutmu itu seperti Yok, minta di pukul" gerutunya meletakkan tasnya ke jok belakang. Ckck ternyata milik Yok.
"Hey, Yok. Apa kau yakin ingin berkenalan dengan pria di photomu tadi?" aku menatap Yok yang duduk di samping kananku.
"Em" dia mengangguk dengan senyumannya.
Aku tidak tahu apa teman Frame yang itu stright atau gay. Karena tidak semua teman Frame itu sama seperti kami.
Tak terasa kami sudah sampai di depan universitas Siam. Kami turun dari mobil dan berjalan menuju gerbang.
"Wahh, benar mereka tampan-tampan" aku hanya memutar bola mata malas saat mendengar gumaman Yok dan Kritsina.
"Kritsina, kau jangan membuatku malu" gerutuku.
"Panggil aku Christina, Book!" balas Kritsina menyenggolku dengan lengannya.
"Aku sedikit malu karena menjadi pusat perhatian" ucap Yok tapi wajahnya menunjukan senyuman lebarnya seraya menatap sekeliling. Memang banyak mahasiswa yang menatap ke arah kami, mungkin mereka heran karena ada anak SMA di sini.
"Apa kita harus masuk ke sana?" tanya Kritsina
"Em, tapi kalau kau ingin di sini silahkan saja" balasku lalu melangkah memasuki gerbang kampus bersama Yok. Aku masih bisa mendengar gerutuan Kritsina yang mengikutiku.
Aku dan kedua temanku memutuskan duduk di bangku taman, kami lelah karena berputar-putar di kampus besar ini.
"Kenapa kau tidak menghubungi kekasihmu itu, Book? Aku sudah lelah" rengek Kritsina.
"Jika Frame tahu aku di sini, dia akan langsung mengantarku pulang" balasku. Aku menghembuskan nafas lelah.
"Book" panggil sebuah suara dari belakang, aku menoleh dan tersenyum mendapati p'Fuse dan p'Tee di sana.
"Hey p'Fuse, hey p'Tee" sapaku. Kedua makhluk di sampingku langsung menegapkan tubuh mereka saat melihat pria tampan di sana.
"Hey, Book" balas p'Fuse tersenyum.
"Kau di sini dengan...?" p'Tee menunjuk kedua temanku.
"Oh, aku bersama temanku p'. Kritsina dan Yok" ucapku mengenalkan Yok dan Kritsina kepada kedua pria di depanku.
"Apa yang kau lakukan di sini? Mencari Frame?" tanya p'Fuse. Aku menggelengkan kepala.
"Aku hanya mengantar temanku" ucapku tidak sepenuhnya berbohong.
"Ooh, mau aku panggilkan Frame?" tawar p'Tee yang langsung aku tolak.
"Tidak perlu p', aku tidak mau mengganggu Frame, dia terlihat sedang sibuk"
"Ya, kami sedang persiapan untuk penampilan kami di ulang tahun kampus ini" jelas p'Tee. Dia mengacak rambutku lalu pamit pergi.
"Jika kau ingin menemui Frame, dia ada di ruang musik. Kau tanya saja jika mau ke sana" ucap p'Fuse sebelum pergi dengan p'Tee. Aku mengangguk seraya tersenyum.
"Mereka tampan sekali, bisa kah kau mengenalkanku pada mereka lebih dekat?" aku menepis tangan Kritsina yang memegangi lenganku.
"Tidak, mereka itu sepasang kekasih. Kau tidak mungkin di lirik" ketusku. Aku memekik sakit saat Kritsina lagi-lagi memukulku.
"Padahal menurutku keduanya sangat tampan, walau pun p'Tee lebih tampan" ucap Yok. Aku membenarkan ucapannya.
"Mereka sudah lama bersama, dan setahuku selama ini tidak pernah ada yang bisa menjadi orang ketiga diantara mereka" balasku.
"Tapi aku rasa jika orang itu aku, mungkin si tampan (Tee) akan tergoda" cetus Kritsina. Aku dan Yok hanya tertawa tak menanggapi.
"Sudahlah, ayo kita pulang" ajakku lalu bangkit dari dudukku bersiap untuk meninggalkan tempat ini.
Saat dalam perjalanan menuju gerbang depan tidak sengaja aku melihat kekasihku, Frame. Sepertinya ia sedang bersama seseorang-yang tidak aku lihat dengan jelas karena posisi kami terhalang sebuah pohon.
"Kalian duluan saja" ucapku pada Kritsina dan Yok lalu lari meninggalkan keduanya untuk melihat kekasihku dan aku tertegun saat mendapati Frame sedang berlutut memegangi kaki seorang wanita.
"Frame!" panggilku dengan suara sengaja aku keraskan.
Frame menoleh dan terkejut mendapati diriku. Aku mendekatinya dengan tatapan meminta penjelasan.
"Book?" ia bangkit dan berdiri di hadapanku. "Bagaimana kau bisa di sini?" aku tidak suka nada bicara yang ia gunakan padaku.
"Kenapa? Kau merasa terganggu?!" balasku menatapnya kesal.
"B-bukan seperti itu. Aku hanya terkejut" aku hanya mendengus mendengar ucapannya.
"Apa yang sedang kau lakukan dengan wanita itu?" tanyaku menunjuk wanita di belakang Frame dengan daguku.
Baru saja Frame akan menjawab tapi dering ponselku menghentikannya. Aku menjawab panggilan yang ternyata dari Yok.
"Kalian pulang saja, aku akan pulang bersama Frame"
"Iya-iya, akan aku tanyakan nanti"
"Em,hati-hati. Bye" aku memasukan ponselku ke saku lalu kembali menatap Frame.
"Dia tadi tertabrak olehku dan kakinya terkilir. Aku hanya mencoba membuat keadaannya lebih baik" jelas pria di depanku.
"Dengan memegangi kakinya dan menatapnya seperti itu?" tanyaku sarkas. Aku bisa melihat Frame membuang muka dan menghela nafas, lalu ia menatapku kembali.
"Aku hanya mengecek kakinya Book, dan tidak ada yang aneh dengan tatapanku" ucapnya. Aku hendak membalasnya tapi Frame langsung memotong ucapanku.
"Oke! Aku minta maaf. Sekarang kita antar dia pulang"
"Kenapa harus? Aku lihat dia baik-baik saja" protesku masih menatap kesal kekasih tampanku.
"Karena aku yang menabraknya, sayang." balasnya. Tapi aku masih kukuh kalau wanita itu baik-baik saja.
"Tapi aku lapar, aku ingin cepat pulang"
"Oke, setelah kita antar dia pulang. Kita akan makan di restoran favoritmu" ucap Frame, dia mengambil tasnya yang tergeletak di rumput. Frame memapah wanita itu, dia melingkarkan tangan wanita itu di lehernya dan ia memegang pinggang wanita itu.
"Aku maunya sekarang!" aku melipat tanganku di depan dada, dan menatap pemandangan di depanku dengan iritasi.
"Ayolah, Book. Aku mohon mengerti lah. Kita akan semakin lama kalau kau masih keras kepala" ucap Frame menatapku memohon pengertian. Ia berjalan melawatiku seraya memapah wanita itu.
"Aku tidak suka! Aku tidak suka melihatmu memegang orang lain seperti itu." ucapku menatap punggungnya yang berhenti di depanku. Aku maju selangkah dan memegang lengan kirinya.
"Bisakah kau mengesampingkan sikap kekanakanmu saat ini? Aku benar-benar sudah muak!" ucapan pelan itu benar-benar memukulku telak di ulu hatiku. Rasanya sangat sakit, aku masih terdiam saat Frame menyentak tanganku dan pergi begitu saja.
Pandangan mataku memburam, aku tidak bisa menahan air mataku ini. Hatiku terasa benar-benar sakit. "Memiliki anak sepertimu sangat memuakan!" aku mencengkram dada bagian kiriku yang terasa sangat sesak saat mengingat kenangan menyakitkan itu.
"Kau menyedihkan. Tidak ada satu pun orang di dunia ini yang menginginkanmu!"
--00--
Tbc
