2 minggu kemudian…

Hari tampak berhujan. Langit kelabu yang tak hentinya menumpahkan air untuk bumi, tanpa mempedulikan orang-orang yang bernaung di bawahnya.

Salah satu dari mereka adalah para superhero Pulau Rintis. Yaya, Ying, dan Fang. Mereka semua berjalan pelan, sembari menghindari genangan air di jalanan.

"Bagaimana kalau kita ke kedai KokotiamTok Aba untuk meminum Special Hot Chocolate-nya?" ujar Yaya tiba-tiba.

"Hm."

"Bolehlah."

Keduanya hanya menyahut pendek dengan suara lesu.

.

"Gopal?" Yaya memandang heran Gopal yang sepertinya telah duduk di kedai Tok Aba dari tadi. Padahal waktu di sekolah Gopal menolak pulang bersama mereka dengan dalih ada urusan.

"Aku sedang menunggu Boboiboy…" suara lirih Gopal membuat mereka terperanjat.

"Dia… dia pasti pulang terlambat kan? Pasti dia dihukum menyikat toilet atau semacamnya oleh Cekgu Papa kan? Dia…"

"Gopal," Tok Aba yang dari tadi membuat pesanan menepuk bahu Gopal, "Atok tahu kau sedih, tapi tak baik seperti ini terus."

"Atok sendiri tak sedih Boboiboy meninggal?!"suara Gopal tiba-tiba meninggi.

"Bukan itu maksud Atok… Atok memang sedih, tapi-"

"CUKUPPPP!" teriak Ying.

Setelah meneriakkan hal tersebut, Ying langsung melesat pergi menggunakan kuasanya.

"Ying!" Yaya dengan menggunakan kuasanya juga pergi menyusul Ying.

Fang, satu-satunya tersisa melangkah mendekati Gopal, lalu langsung memukulnya.

"Lemah."

Hanya itu yang dia katakana sebelum melangkah pergi meninggalkan kedai yang diselimuti keheningan.

.

.


THE COST OF POWER (SEQUEL)

DISC: BoBoiBoy © Animonsta, The Cost of Power adalah milik Fanlady. Saya hanya membuat sekuel, tidak mengambil keuntungan apapun dalam fanfic ini.

Warning: Sekuel, remake dari fanfic yang sudah berlumut, OOC, little crossover, Typo(s), ancur, ide ngaco, dll

Summary: [REMAKE] Sebuah jurus misterius yang bernama Edo Tensei membuat mereka harus berhadapan lagi dengan teman mereka, dan juga… perasaan mereka. Sekuel dari The Cost of Power milik Fanlady, little crossover.


Meskipun Yaya kini terlihat sibuk membuat biskuit, namun pikirannya masih bercokol pada peristiwa tadi.

Dia mengejar Ying sampai ke rumahnya. Saat di depan rumahnya, Ying hanya diam dan membelakangi Yaya. Tapi terlihat jelas dia menggunakan lengannya untuk menyeka matanya berkali-kali. Hingga akhirnya dengan mata sembab dia meminta Yaya untuk pulang.

"Tidak apa-apa kok. Aku hanya… perlu waktu. Boboiboy pasti tak akan suka kalau kita bersedih seperti ini. Hehehe."

Sedih? Tentu saja. Siapa yang tak bersedih saat sahabat baiknya meninggal dalam keadaan mengenaskan seperti itu?

Meskipun berkali-kali dia mengatakan pada dirinya bahwa perkataan Ying benar, bahwa ia tak boleh bersedih terus-terusan karena pasti BoBoiBoy akan sedih juga di dunia sana, tapi tetap saja…

Tes…

Yaya terperangah saat menyadari air matanya mengalir.

"Kenapa… aku tak bisa berhenti bersedih?" isak Yaya tertahan, tak mampu menahan air matanya yang terus mengalir tanpa henti.

.


Blarrr!

"Arrrrggghhh!"

Fang berkali-kali menghantamkan serangan bayangannya ketembok rumah kosong. Terus-menerus sampai tenaganya terkuras.

"Hosh… hosh…"

Fang jatuh berlutut ke tanah, di depan tembok yang kini sudah tak berbentuk akibat serangan yang bertubi-tubi.

"Dasar Boboiboy… waktu hidupnya saja sudah menyebalkan, saat mati lebih menyebalkan lagi…" umpat Fang kesal.

Fang menggertakkan giginya saat mengingat pertempuran terakhirnya dua minggu lalu, kalau saja dia dan teman-temannya tak terkena tembakan pembius Adu Du, mungkin Boboiboy tak perlu mati. Dan teman-temannya tak perlu terpuruk seperti ini.

"Semua ini terjadi, karena aku lemah…" Fang merutuk dirinya sendiri, "Aku harus semakin kuat lagi, agar aku bisa menggantikan peran Boboiboy!"

"Menjadi kuat sendirian tidak akan membantu, Pang…"

Fang tersentak, lalu melirik ke jam tangannya. Entah bagaimana caranya sambungan komunikasinya dengan Kapten Kaizo bisa terhubung otomatis sehingga Kaizo bisa mendengar kata-katanya.

"Ka-kapten?! Kenapa anda-"

"Kematian Boboiboy adalah kehilangan yang besar, karena kita kehilangan salah satu penjaga Bumi yang paling hebat. Tapi kau tidak bisa menumpu semuanya pada dirimu, Pang. Jika kau mati, siapa yang akan memimpin mereka?"

Fang terdiam.

Kaizo ada benarnya. Meski dia tak mau mengakuinya, Boboiboy telah menjadi pemimpin tak resmi dari kelompok kecil superhero mereka, bahkan semuanya pun bertumpu saat dia meninggal, mereka semua langsung jatuh.

"Lalu apa yang harus aku lakukan, Kapten?"

"Kau harus memimpin mereka, Pang. Bantu mereka bangkit dan meningkatkan kekuatan mereka."

Fang kembali terdiam. Dirinya tidak begitu terbuka bagi orang lain, berbeda dengan Boboiboy yang ramah dan disukai banyak orang. Bagaimana caranya dia bisa menjadi seorang support bagi kawan-kawannya?

"Tapi Kapten, Aku…"

"Dan lagi…" Kaizo tiba-tiba tersenyum, "Aku ingin melihat kemampuan memimpin dari orang yang sejak kecil mendapat pengajaran langsung dari Sang Pemberontak Legenda."

Fang tersentak. Sedetik kemudian ekspresi wajahnya yang mulanya ragu berubah menjadi penuh keyakinan.

"Baiklah."

.


Dua minggu kemudian

Kompleks Pemakaman Pulau Rintis tampak sepi di tengah derasnya hujan dan gelapnya malam.

Sesosok makhluk tampak berdiri di tengah kompleks pemakaman tersebut. Tampaknya tak terganggu oleh derasnya hujan atau dinginnya udara. Satu tangannya tampak memegang sebuah gulungan kertas dengan model jepang.

Dia berjalan perlahan. Berjalan dari satu nisan ke satu nisan lainnya. Kakinya lalu berhenti di salah satu nisan. Kilasan cahaya dari kilatan petir memperlihatkan tulisan yang tertulis di nisan tersebut.

BOBOIBOY

Tanggal Lahir : XX-XX-XXXX

Tanggal Kematian : XX-XX-XXXX

Sebuah senyum tersungging di wajahnya.

"Saat yang tepat untuk merebut Bola Kuasa dan menghancurkan mereka hingga tak bersisa…"


TBC or DISCONTINUE or DELETE


A/N: *ehem* halo, ada yang merindukan saya?

Huwala… sudah berapa abad saya hiatus dari fandom ini? HWEE AKU KANGEN KALIAN SEMUAAAAAAA *meluk readers satu-satu*

Oke, setelah sekian lama saya hiatus akibat kehidupan SMA yang ternyata sangat berat, saya memutuskan me-remake fanfic-fanfic lama saya. Saya gak janji segera, soalnya selain hujan tugas dan ulangan, tahun ini saya kembali mengikuti proyek penelitian yang pastinya akan sangat menguras waktu dan tenaga.

Kenapa di remake? Karena menurut saya karya lama saya sangat abal, apalagi gaya menulis saya sudah banyak berubah. Gak semua di remake sih, ada juga kok yang dilanjut. Jadi lihat saja nanti…

Untuk Fanlady, saya mohon maaf sebesar-besarnya telah menghilang lama sekali. Sebenarnya terbesit niat untuk mendiscontinuedkannya, tapi entah kenapa saya tidak tega, apalagi yang namanya janji itu harus ditepati T_T

Saya usahakan fanfic ini segera lanjut. Minimal gak sampe setahun lah~~~

TUNGGU KELANJUTANNYA YA!

REVIEW! REVIEW! REVIEW!

.

.

.

.

.

.

.

.

Author: *menyerahkan pentungan ke Fanlady*

Fanlady : "Eh, kenapa kamu memberi pentungan ke saya?"

Author: *menunjuk kepala* "Silakan pukul kepala saya Fanlady-san, saya memang kurang ajar telah menelantarkan fanfic ini selama berabad-abad…"

Fanlady: "E-eehhhh?!"