Disclaimer: Saya tidak meng-claim character dari Naruto maupun Kuroshitsuji, saya hanya meminjam beberapa character dari keduanya.
Warning: pertarungan berdarah, yaoi/shounen-ai yang tidak suka kedua itu lebih baik kalian pergi. lol Dan yang suka enjoy the show!
Uzumaki Naruto. Mungkin sebagian dari kalian mengenal siapa diriku dan kehidupan kelamku dimasa dimana aku harus menghindar dari orang-orang sekelilingku yang ingin melihatku mati. Hal itu terus kulakukan hingga akhirnya aku masuk kedalam ninja akademi untuk menjadi seorang genin. Semenjak itu aku keluar dari zona amanku dan mencoba secara perlahan untuk mendapatkan seorang rekan dan meningkatkan kekuatannya.
Tahun demi tahun berlalu. Lingkaran kehidupan yang ku jalani kian lama kian membesar. Akhirnya aku mendapatkan sebuah team, mendapatkan misi, bertemu dengan musuh, membunuh seseorang dalam misi untuk pertama kali, dan lain-lain. Karena pengalaman hal itulah yang membuatku tak peduli lagi akan menghindar dari orang-orang yang masih saja mencari cara untuk membunuhku. Dan akupun akhirnya mengerti mengapa mereka membenciku, yaitu karena seekor youkai yang tersegel dari dalam diriku. Mereka yang telah termakan akan rasa amarah dan dendam tak dapat membedakan antara dirinya dengan youkai yang terpenjara begitu dalam pada dirinya.
Walaupun begitu aku mengerti mengapa 4th Hokage memilihku dan tak memiliki rasa dendam kepadanya. Percaya tidak percaya, aku begitu bersyukur karena hal itu. Jika saja 4th Hokage memilih anak lain untuk dijadikan container pastinya aku tak dapat bertemu dengan Kurama (Nama dari kyuubi/youkai yang tersegel didalam diriku) dan menjadikannya seorang partner terbaik yang tak pernah ku bayangkan sebelumnya.
Aku belum memberitahu teamku ataupun Hokage tentang persahabatan yang kujalani dengan Kurama dan memilih waktu yang tepat untuk itu. Saat ini aku sudah berumur 18 tahun. Aku telah mengalahkan Madara dan Obito, sekaligus meyakinkan Sasuke untuk kembali kedesa Konoha. Dan aku pun telah mendapatkan kepercayaan dan rasa hormat dari seluruh penduduk Konoha, sesuatu hal yang dia harapkan semasa kecil dulu.
Kehidupanku yang kupikir telah tenang berubah saat tiba-tiba Tsunade, Hokage ke 5 (Disini Kakashi belum dilantik menjadi seorang Hokage ke 6) memanggilku dan teamku untuk menghadapnya dan memberikan kami sebuah misi. Disitulah yang dapat kukatakan petualangan yang sebenarnya telah dimulai.
XXxxXX
"Naruto. Tsunade-sama menantikan kehadiranmu." Ucap seorang anbu bertopeng kelinci yang muncul secara tiba-tiba.
Naruto yang tengah bersender pada pohon merasa jengkel karena sudah menganggu ketenangan dirinya. Dia mengibaskan tangannya malas kearah anbu tersebut dan berkata, "Baiklah. Aku akan kesana, beri aku beberapa menit."
Membungkuk singkat Anbu tersebut kembali menghilang dengan kepulan asap kecil.
"Mau apa nenek itu memanggilku." Gerutu Naruto pelan. Dia menyapu rambutnya dengan telapak tangan dan mendesah pelan. "Sungguh menyebalkan sekali."
Mengambil jaketnya dan memakaikannya kembali sebelum menghilang dalam sekejap.
~Skip~
"Yo, Oba-chan.. Ada apa memanggilku?" Naruto mengamati sekelilingnya, menyadari jika team 7 dan jounin Shikamaru telah berada disana. Bahkan Kakashi yang berpredikat telat sudah berada disini.
"Yo, Shika!"
"Naruto." Shikamaru mengangguk kearahnya.
"Naruto, darimana saja dirimu?!" Geram Tsunade. Mengabaikan ucapan Naruto, dia melempar scroll kearah Naruto. "Kalian mendapatkan misi kelas S dan kali ini dirimu yang akan menjadi ketuanya, Naruto."
"Kenapa tidak Kakashi-sensei atau Shikamaru?! Aku belum berpengalaman dalam memimpin kelompok dan aku orangnya ceroboh.. Bagaimana kalau sesuatu terjadi-"
Kakashi menghentikan ocehan Naruto. Tangannya mengacak-acak rambutnya pelan sambil menunjukkan senyuman matanya. "Aku dan yang lain akan membantumu, Naruto. Jadi tak perlu khawatir dengan hal itu." Ucapnya meyakinkan.
Tersenyum lega. Naruto menganggukkan kepalanya, mendesah kencang. "Baiklah aku akan mengambilnya."
"Aku ingin kalian melakukannya saat ini juga. Jadi ambillah semua perlengkapan yang yang diperlukan dan segera pergi dari sini." Perintah Tsunade dengan tegas.
"Hai, Hokage-sama!"
~Skip~
Shikamaru memasukkan kunai, shuriken dan beberapa baju kedalam scroll dan menaruhnya di saku khusus untuknya menaruh scroll. Dia tahu misi kali ini membutuhkan waktu lebih lama dari misi yang biasa dia dapatkan, oleh karena itu membawa baju tambahan bukanlah ide yang buruk.
"Aku pergi dulu, Oto-san. Ka-san." Teriaknya, menutup pintu dengan pelan dari luar.
"Aku dapat merasakan jika misi ini akan sangat merepotkan."
~Skip~
"Yo, Naruto!"
Naruto memutar badannya saat mendapati seseorang memanggilnya. Menyeringai lebar, dia melambaikan tangannya dengan cepat saat mendapati Shikamaru berjalan kearahnya. "Yo, Shika!"
"Kau sudah berada disini dari tadi, Naruto? Bagaimana dengan yang lain?" Shikamaru memberi salam kepada Kotetsu dan Izumo yang tengah menjaga gerbang dan berdiri disebelah Naruto, menyilangkan tangannya dan bersender pada tembok.
Mengendik bahunya, Naruto menyilangkan tangannya mata birunya menatap sekilas kearah Shikamaru sebelum melihat . "Aku hanya perlu mengambil baju, karena untuk senjata seperti kunai dan lainnya selalu kubawa setiap saat." Jawabnya.
"Hmm.. Begitu."
Keheningan yang nyaman terjadi antara mereka berdua sampai satu per satu anggota lainnya muncul dengan Kakashi yang terakhir muncul.
"Jadi kalian siap untuk berpetualang?" Dengan ceria Kakashi memasang senyum mata khasnya sambil menepuk tangannya kencang. "Kita tak punya banyak waktu jika hanya berdiam diri disini. Ayo minna-san!"
Mereka menggumamkan kata serapah dari balik desahannya dan mendelik tajam kearah Kakashi, kecuali dengan Sai yang hanya menunjukkan senyuman canggungnya.
"Perjalanan ini akan sangat merepotkan." Gerutu Shikamaru yang langsung disetujui oleh Naruto yang berjalan disebelahnya.
~Skip~
Naruto mengerang memegangi perutnya yang terasa bergejolak dan mungkin tak lama lagi akan memuntahkan semua isinya. Badannya yang lemas terkapar di lantai bersender pada tong-tong minuman, sesekali dia menangkup mulutnya saat merasakan isi perutnya naik dari lambung.
"Dickless wajahmu terlihat sangat pucat." Ucap Sai secara terang-terangan, berjongkok tepat dihadapan Naruto mengamati wajahnya.
Menggeram lemah, Naruto mengerling tajam kearah Sai. "Ini tidak lucu Sai." Desisnya sebelum menutup kembali mulutnya disaat kapalnya terhempas ombak. "Aku benci naik kapal.." Erangnya. Rasanya dia ingin sekali mati saat ini juga.
"Sai berhenti menggoda Naruto dan bergabunglah dengan yang lain." Kakashi berkata, mendekati mereka berdua.
"Hai, sempai." Sai menyeringai sekilas kearah Naruto dan beranjak pergi.
"Ini makan pil ini. Mungkin akan membantu." Kakashi menyodorkan segelas air dan pil kearah Naruto. Berjongkok didepannya, mengamati muridnya yang dengan cepat memasukkan pilnya kedalam mulut dan menegak segelas air putih. "Aku tak menyangka orang sepertimu dapat mabuk laut, Naruto." Candanya, mencoba mencairkan keadaan. Dia mengambil gelas dari tangan Naruto.
Mendengus lemah Naruto menyenderkan kepalanya dengan kedua tangannya berada di perutnya. Mata birunya terlihat bersinar saat menatap kearah Kakashi. "Lucu sekali, sensei."
Kakashi tersenyum, tangannya meraih kepalanya dan mengacak-acak rambutnya dengan lembut. "Bergabunglah dengan kami jika dirimu sudah merasa baikan, Naruto. Sakura sudah menyiapkan makanan untuk kita." Ucapnya dan beranjak pergi.
'Kit, sudah merasa baikan?' Akhirnya Kurama angkat bicara saat dirasa sudah aman untuk berbicara.
"Begitulah.. Lebih baik dari sebelumnya." Jawab Naruto pelan, mengamati anggotanya dalam diam. "Kurama, menurutmu aku pantas untuk menjadi seorang leader?"
"Jika dilihat dirimu yang selalu ceroboh, bodoh, keras kepala, menurutku dirimu cocok menjadi seorang ketua. Dirimu yang ceroboh karena lebih mementingkan keselamatan orang lain daripada dirinya sendiri, bodoh karena tak memikirkan konsekuensinya dalam melakukan suatu hal, keras kepala saat menolak tawaran yang akan menjebloskan orang lain merupakan ciri-ciri seorang leader."
"Aku tidak tahu harus tersanjung atau merasa jengkel mendengar jawabanmu." gumam Naruto. Dia dapat merasakan Kurama mendengus kencang. "Tapi.. Terima kasih."
Naruto menghela nafas panjang. Matanya menatap awan yang sudah menggelap dan bintang-bintang mulai bermunculan. Dia belum pernah melihat begitu banyaknya bintang dalam satu tempat dan melihatnya secara langsung tak dapat dia sembunyikan rasa takjubnya. Saking terlalu terfokus, Naruto tak menyadari jika sebuah chakra hitam mengelilingi dirinya hingga Kakashi berteriak kearahnya. Tetapi sebelum dapat dia bereaksi, chakra tersebut sudah menyelubungi tubuhnya dan hal terakhir yang dapat dia ingat adalah teman-temannya meneriaki namanya sebelum ikut terhisap kedalam pusaran chakra tersebut.
~Di lain tempat dan dunia~
"Sebastian!" Teriak Ciel dari dalam kantornya yang luas. Kepalanya bertumpu pada telapak tangannya, menatap bosan kearah luar melihat anjing iblis yang tengah bersama dengan ketiga pelayannya.
Suara ketukan terdengar dari arah luar dan pintu terbuka secara perlahan. "Ada apa, tuan muda?" Sebastian melenggang masuk kedalam dan membungkukkan badannya sekilas.
Memutar kursinya, Ciel menatap Sebastian dengan tatapan dingin. "Bawakan aku makanan yang manis-manis." Perintahnya.
"Tidak bisa, tuan muda. Aku sudah membawakanmu 1 jam yang lalu."
Ciel berdecak kencang. "Setidaknya bawakan aku teh.." Gumamnya disaat dia membenamkan kelapanya.
Keheningan terjadi setelahnya hingga terdengar sebuah nampan diletakkan diatas dengan suara dehaman pelan.
"Bagaimana dengan puding karamel, tuan muda. Hanya untuk terakhir kalinya." Sebastian sembari tersenyum. Dan, sebelum Ciel dapat membalas perkataannya suara derapan sepatu terdengar dari arah luar, mengalihkan perhatian mereka.
"Sebastian-san!!!" Finnian mendobrak paksa pintu membuatnya terlepas dan ambruk kelantai.
"Finnian.." Ciel memijat pelipisnya dan menghela nafas berat.
"Maafkan aku, tuan muda. Tetapi aku.. Maksudku Bald yang menemukannya duluan sebelum meberitahu Mey dan Mey.."
"To the point Finnian." Sela Ciel dengan jengkel.
"A-ano.. Bald menemukan seseorang tergeletak tak sadarkan diri di ruang dapur!" Finnian berkata cepat.
Mendengar hal itu, secara spontan Ciel berdiri dari tempat duduknya dengan ekspresi tak percaya. Belum ada sekali pun orang asing yang berhasil masuk tanpa sepengetahuan Sebastian dan mendengar hal ini adalah suatu hal yang baru untuknya.
"Sebastian, cepat liat penyusup itu dan bawa kemari!" Perintah Ciel.
"Baik, tuan muda." Jawab Sebastian. Membungkuk badannya dengan tangan kanannya memegang dadanya sekilas.
~Skip~
"Bald." Sebastian melenggang masuk dan melihat Mey dan Bald berada disana, berjongkok membelakangi dirinya. "Bagaimana keadaan penyusup itu?"
"Ah Sebastian.. Dia masih tak sadarkan diri dan tak bergerak sama sekali. Jika saja aku tak melihat dadanya yang naik-turun mungkin aku sudah mengira jika anak ini sudah mati." Ucap Bald.
Sebastian melangkah maju mendekati mereka dan mendapati seorang anak remaja dengan umur sekitar 18 atau 19 tahun keatas. Anak tersebut memiliki rambut berwarna kuning terang dan memiliki tanda lahir? seperti kumis pada kedua pipinya, membuatnya terlihat seperti seekor kucing atau rubah?. Beberapa luka dan darah terlihat di sekujur tubuhnya dan benar apa yang dikatakan dengan Bald, jika saja dia tak melihat dadanya yang bergerak, dia dapat mengira jika anak ini sudah mati.
"Apa yang akan kita lakukan dengannya, Sebastian?" Tanya Mey sembari membersihkan darah penyusup tersebut dengan kain.
"Tuan muda menginginkanku untuk membawanya ke kantornya." Sebastian terdiam untuk beberapa waktu mengamati sosok tak sadarkan diri tersebut. "Kerja bagus kalian. Kali ini biarkan aku yang mengambil alih, kalian bisa melanjutkan pekerjaan yang tadi teralihkan." Lanjutnya.
'Bukankah ini menarik?' Pikirnya sembari menyeringai lebar, mata merahnya sekilas terlihat menyala.
Terima kasih sudah meluangkan waktu untuk datang dan baca fanfic pertama saya! Bagaimana menurut kalian suka/biasa saja/tidak?Tolong vote juga ya:
1. Sebastian Naruto
2. Kakashi Naruto
3. Kurama Naruto
