Disclaimer: Manga dan anime Haikyuu sepenuhnya adalah milik Haruichi Furudate. Adapun saya sama sekali tidak mengambil keuntungan materiil dalam peminjaman tokoh-tokoh untuk dipergunakan di dalam fanfiksi ini. Adapun kalian seminimalnya belilah komik Haikyuu yang sudah diterjemahkan secara legal ke bahasa Indonesia jika komiknya sudah tersedia di toko buku di kotamu.

.

Pamit

.

Shoyo sedang berjalan di pusat perbelanjaan ketika sekelompok reporter dan kameraman menghampirinya. Dengan senyuman manis yang dibuat setulus mungkin, mereka meminta si jingga menyisihkan waktu untuk mereka sebentar.

"Kau pernah menyesal?" Si reporter menanya Shoyo ketika dia selesai berbicara entah apa di depan kamera yang secara langsung menyiarkan liputan itu. Si jingga mengangguk pelan. Dengan senyuman tipis, dia berkata, "Ya. Tentu saja pernah."

"Penyesalan terbesarmu apa?"

Ia masih mempertahankan senyumannya meskipun tatap cokelatnya enggan melihat pelototan kamera yang secara langsung menuju padanya. Dilihatinya orang-orang yang berlalu lalang di belakang si reporter dan krunya. Katanya pelan meskipun terdengar dan terekam jelas oleh mikrofon yang didekatkan ke bibirnya oleh si reporter, "Aku menyesal setengah tahun lalu aku tidak mencoba nekat."

"Nekat bagaimana?"

Mata cokelat si jingga berkaca-kaca dan senyuman tipisnya yang sedari tadi ia berikan menjadi ganjil adanya meskipun ia usahakan agar hatinya kembali tegar. "Aku menyesal tidak mencoba nekat mengempeskan ban mobil Papa, dulu itu. Jika aku mengempeskannya, Papa dan Mama akan membatalkan wisata mereka. Sehingga kecelakaan itu tidak akan terjadi. Kecelakaan yang membuat Papa meninggal dan Mama—" Shoyo menggigiti bibir bawahnya dengan getir. Setetes air matanya jatuh ketika ia kembali berujar setelah diam dua detik, "—Mamaku lumpuh dan amnesia. Dia lupa kalau dia memiliki seorang anak. Dia lupa kalau dia memiliki aku."

-disambung di chapter selanjutnya besok