Prompt 1

A Boots With A Stiletto Heel

Fic by : Leche82

Pairing : LeviEren, very light ErwinArmin

Setting : AU, eksekutif muda x model. OOC kayaknya, hahahhaha.

Disclaimer : Semua karakter SNK miliknya Hajime Isayama, soalnya kalau saya yang buat jadinya pasti homo OvO /dor

Note : Prompt dari temen 'boots stiletto heel' + 'eren in leather' + 'esmud!Levi' campursari 'teasing!Armin', coz Eren and leather is yummeehh HAHAHAHA /dihempas/ pengennya jadi fic oneshot panjang tapi nanti deh huhuuhu maaf ya guys QvQ /keburumales

.

.

.

Eren Jaeger, tahun ini berusia 19.

Eren Jaeger, anak muda tampan dengan helai rambut coklat yang halus dan berkilau saat sinar mentari menempanya. Membuat para wanita iri.

Eren Jaeger, si pemilik bola mata warna zamrud kemerlap. Sekali lihat dan yang lain akan memujanya.

Eren Jaeger, seorang model dengan postur tubuh idaman tiap individu.

Eren Jaeger, pacar Levi Ackerman. Sebentar lagi jadi Eren Ackerman.

Eren Jaeger, anak muda tampan sekaligus cantik. Model, dan pacar Levi Ackerman, si eksekutif muda.

"Hey Armin, kau yakin dengan pilihan baju hari ini?" Eren menatap bayangan dirinya sendiri di depan cermin. Mempelajari pakaiannya hari ini, untuk pemotretan. "Jaketnya ketat sekali, aku merasa seperti memakai kulit kedua!"

Suaranya mendesah tak nyaman. Karena tidak semua baju model yang terlihat keren dan menarik pasti nyaman untuk dipakai, sekedar informasi. Armin Smith—temannya, sekaligus si pirang sukses dengan bisnis clothing brand ternama bersama suaminya Erwin Smith—menoleh. Ia memperhatikan tubuh Eren lekat-lekat, dari ujung rambut hingga ujung kaki.

Helai coklat itu telah dipoles gel, sepertiga dari masing-masing sisinya disemprot hairspray dan dijepit ke belakang. Poni tengah Eren dibiarkan begitu saja. Ada sapuan makeup disana, eyeliner hitam dengan ujung ala mata kucing, eyelid yang dipertegas eyeshadow dark brown, alis yang disisir rapih dan dipertajam ujungnya, bedak beige, lipgloss light brown, dan sentuhan terakhir yang baru saja selesai dibubuhi make-up artisnya, eyeshadow 4 warna—smokey eye—yang membuat zamrud cemerlang Eren terlihat semakin menonjol.

Choker hitam dengan aksen berlian putih bentuk wajik ditengahnya melingkar nyaman di leher Eren. Sedikit kebawah dan Armin bersiul kecil untuk temannya. Tubuh atasnya dibalut sleeveless shirt abu-abu tua yang agak longgar, fingerless leather gloves yang sederhana untuk jemarinya. Namun, luarannya, si jaket leather hitam ketat itu membuat tiap lekuk tubuh atas Eren menjadi jelas. Pemuda pirang menahan tawa, agaknya bingung karena Eren memprotes atasannya dan bukan bawahannya. Well, hot pants dengan bahan leather yang sama seperti jaket, membentuk bokongnya dengan sempurna dan Eren tidak protes?

Armin tersenyum dan mengangguk, menyilangkan kakinya dengan nyaman diatas kursi putar.

"Nope. Kau terlihat luar biasa dengan baju itu , Eren. Aku malah bingung, celanamu tidak terlalu ketat, kan?" Ia menekankan kata luar biasa, karena saat ini sahabatnya memang terlihat luar biasa.

"Nooo, celananya membentuk bokongku dengan sempurna."

Oh, si model dan celana pendeknya. Armin akhirnya tertawa.

"Levi menyukainya, ya?"

Eren menoleh, mengerutkan alisnya sembari merona. Ia memutuskan untuk memberi Armin sedikit peletan lidah dan kembali mempelajari busananya.

"Ah iya, sepatunya apa?"

"Hmm.. Apapun sepatunya, aku berani jamin Levi akan memberiku nilai 100, plus."

.

.

.

Levi, eksekutif muda dengan titel 'pacarnya Eren Jaeger ', si model muda yang tengah naik daun. Ia tak pernah protes dengan pakaian apapun yang dikenakan kekasihnya, tidak. Walau terkadang, menurutnya, Eren mengenakan pakaian yang aneh dan yeah, terlalu terbuka. Biasanya ia akan protes dalam bentuk lain—di ranjang—dan memberi tatap tak suka pada Armin. Oh ya, Armin teman terbaik kekasihnya yang membuat Eren menjadi model.

Seperti kali ini, ponselnya bergetar saat ia tengah menghadiri rapat. Makian kecil mendesis dari mulutnya, ia paling tidak suka diganggu ketika rapat. Levi baru saja mau mematikan ponselnya saat judul email masuk itu berhasil membuat satu alisnya naik.

Sender : The young blonde

Sub : Leather, stiletto heels, and Eren. Good?

.

.

.

"Aku tidak mau lagi pakai ini—" Eren setengah meraung, menunjuk kasar setelan sepatu yang ia pakai. "—kakiku sakittt—" Armin membendung senyum. "—Armin!"

"Tapi konsepnya memang seperti itu, Eren. Jadi sekarang pakai saja sampai kelar, masih 2 jam lagi, loh?"

"Boleh kubuka dulu sebentar?"

Armin menatap wajah memelas Eren, menggeleng cepat setelahnya dan mendapati desah protes Eren. Lagi, untuk kesekian kalinya sejak pemuda itu mengetahui bahwa ia harus mengenakan boots. Bukan sembarang boots karena boots yang satu ini memiliki stiletto heels.

Hellsnya 6 inch.

Fucking boots with stiletto heels.

Hey, dia bukan model wanita. Please.

"Oh ayolah, kenapa tidak model wanitanya saja yang pakai kenapa harus aku?"

"Tapi kaki jenjangmu terlihat semakin indah, Eren."

"Tapi pegal—"

"Tapi Levi suka."

Eren sontak terdiam. Ia menatap Armin, setengah terkejut melihat si pirang memamerkan layar tabnya. Sebuah email balasan dari Levi, kekasihnya, dengan ketikan singkat penuh makna.

'Jangan suruh Eren membuka sepatunya sebelum aku sampai disana.'

.

.

.

"L-Lev.."

Suara Eren berada diantara mengesah dan mendesah. Mengesah karena rasa tak nyaman dan takut ketahuan, mendesah karena ia merasa hasratnya memburu. Kenapa?

"Aku suka saat kau memanggilku 'Lev', it's new sexy."

Oh tentu saja. Berada di ruang ganti yang sempit, dengan dindingnya yang tipis serta pintu tanpa kunci, disaat kau terperangkap diatas meja rias dan tubuh kekar kekasihmu bukan hal yang ingin kau perlihatkan pada dunia, kan? Eren butuh privasi, dan sayangnya Levi-nya saat ini tidak butuh privasi.

"Leev.. J-jangan disini—"

"Kenapa tidak?"

Ya kenapa tidak? Dua manik obsidian Levi telah terbalut hasrat mendalam saat ia tiba di tempat pemotretan Eren, dan tidak butuh waktu lama baginya untuk merubah hasrat itu menjadi napsu maksimal. Memangnya kapan lagi ia dapat melihat kekasihnya dalam balutan pakaian yang begitu.. menggoda? Eren mungkin sudah beberapa kali mengenakan bahan leather, tapi make upnya hari ini? Dan jangan lupakan boots sepaha with stiletto heel—6 inch—yang dikenakan kaki jenjang itu. Ia sudah mengira-ngira akan diapakan Erennya dalam kencan darurat mereka di ruang ganti.

"Ini di ruang gant—aahh—"

"Ssshh.. Kau tak mau yang diluar sana mendengar suara erotismu, kan?"

Bokong sempurna itu ia raba, remas-remas perlahan demi kepuasan jemarinya dan seharga desahan Eren. Yummy, leather pants agaknya memang dirancang untuk keperluan seperti ini, atau itu yang diamini Levi. Jemarinya menepuk keras kedua pipi bokong Eren, memberi stimulus lain. Jemari si pemuda mencengkram kuat blazer Prada Levi.

"Mmmmhh—"

"Eren, berapa harga celana pendekmu?"

"Ap-apa?"

"Tsk. Harga celana tidak masalah, nanti kubeli."

Dua obsidian memaku zamrud Eren dalam, engahan napas itu kontras dengan rona merah yang menambah rias wajahnya. Levi meluncurkan senyum culasnya, menjilati bibir ranum Eren sebelum mengecupnya rakus.

"Nnnggh.."

"Celanamu akan kurusak, and that fucking boots stay on."

"K-Kinky!"

"Problem, dear?"

.

.

.

Levi mungkin tidak akan mengakuinya dengan frontal.

Tapi Armin hari ini berhasil membuatnya terangsang. Fucking horny.

Erennya begitu seksi, cantik, menggoda. Dan Levi suka itu.

Fucking leather. Fucking make up. Fucking boots with stiletto heels.

.

.

.

End (?)

hahahahahhahaha /o/ maaf ya eyen, nggak bisa nolak eyen pake baju menggoda gini ahuahuahuaha / /berlalu