Canon. Nejisaku, Saisaku slight Nejiten, SaiIno
Maybe ooc, gaje, typo(s)
Naruto punya Om Mashashi.
Dua pasang kaki tersebut terus meloncat dati satu atap kea tap yang lain. Suasana gelap yang menyelimuti bumi sedikit terusir oleh lampu dari penduduk.
"Argh."
Ketua ANBU dari klan Hyuuga itu menghentikan langkahnya sejenak saat dirasanya nyeri tak tertahan menyerang dadanya. Tampak Rock Lee yang berada di depannya tidak mengetahuinya dan tetap melanjutkan langkahnya.
Hyuuga Neji melanjutkan langkahnya kembali, menyusul rekannya yang mulai menjauh. Pemuda itu kembali berhenti tatkala langkah Lee juga berhenti. Ia melihat pemuda berambut bob itu sedang menyunggingkan senyum kea rah seseorang. Pemuda berambut coklat panjang tersebut segera tahu apa yang menyebabkan pemuda di depannya itu menghentikan langkahnya.
"Sakura? Apa yang sedang kau lakukan?" Tanya Lee pada gadis yang sedang menekuk lututnya di datas atap.
"Ah, Lee. Tidak ada, aku hanya bosan," jawab gadis bermata emerald itu masih dengan posisinya. Sejenak ia alihkan tatapannya pada pemuda di belakang Lee yang langsung mengalihkan muka saat mereka bertemu pandang.
"Kau mau kencan denganku? Tapi nanti setelah aku pulang dari kantor hokage, aku ingin melaporkan misiku dulu padanya," tawar Lee.
Sakura Nampak berpikir. "Emm, lain kali saja, Lee, aku sedang tidak bersemangat pergi kemanapun," jawab gadis berambut seindah bunga sakura itu.
Terlihat pemuda yang menawarkan kencan padanya itu menghela napas. Bayangan Neji terbang ke saat-saat dimana ia baru tersadar dari koma beberapa tahun silam saat pengejaran Sasuke.
Flashback
"Ini sebuah keajaiban," ujar seorang perawat di dekatnya, ia hanya menutup matanya tapi tidak tertidur. "Ini semua berkat Nona Sakura, dia memang kunoichi yang paling bias diandalkan," kata perawat itu kembali pada seorang gadis di dekatnya.
"Hmm, iya," jawab gadis bercepol tersebut.
Lama Neji dalam keadaan seperti itu hingga matanya terbuka saat perawat sudah pergi.
"Kau sudah sadar, Neji?"
Neji menolehkan kepalanya kearah gadis di sebelahnya. "Tenten.."
End of flashback
Pandangan Neji kembali kearah Sakura yang sedang mengungkapkan rasa penyesalan karena tidak bias menerima tawaran kencan Lee. Pemuda itu segera mengalihkan pandangannya kembali saat pandangannya bertemu kembali dengan gadis itu.
"Sebaiknya kita segera ke kantor hokage, Lee," suara baritone Neji memperingatkan Lee yang menunda langkah mereka.
"Emm, baiklah, aku pergi dulu, Sakura. Sampai jumpa!" Ujar Lee mengucapkan salam perpisahan.
Mereka berdua mulai melangkah kembali, tapi te tiba-tiba terhenti saat Neji mulai merasakan nyari di dadanya kembali menyerang. Kali ini lebih sakit dari yang tadi. Suara rintihannya membuat dua orang lainnya segera menghampirinya, sesak napas mulai menyerangnya juga. Tak berap lama, tubuhnya jatuh dan hampir menabrak tanah andai saja Lee tidak segera menolongnya.
"Neji!Neji! ada apa?"
"Sebaiknya kita segera membawanya ke rumahku, rumah sakit masih lumayan jauh darisini," ujar Sakura diikuti anggukan Lee.
~000~
Cakra hijau mulai menguar dari telapak tangan gadis didikan Godaime hokage tersebut. Konsentrasinya sedikit buyar tatkala Lee berteriak-teriak frustasi seperti yang pernah dilakukan Naruto.
"Aduh, bagaimana ini? Aku..bagaimana ini? Bagaimana?"
"Lee! Berhentilah, kau membuatku tidak bias konsentrasi! Sebaiknya kau segera melapor ke kantor hokage, tidak usah menundanya, biarkan Neji-san ada disini."
Sejenak terlihat raut ragu di wajah pemuda itu. Tapi sejurus kemudian dia mengangguk dan mengatakan 'baiklah'. Tak berapa lama, gadis bermata emerald itu hanya bersama Neji Hyuuga yang terlihat kesakitan dengan wajah yang ketakutan meskipun matanya terpejam.
"Sakura, aku datang!"
Suara seseorang kembali membuyarkan lamunannya. Tapi gadis Haruno itu tidak memperdulikannya, dia sudah tahu siapa yang dating mengunjungi rumahnya mala mini dan malam-malam sebelumnya. Tidak lain dan tidak bukan adalah mantan anggota Root, Sai.
"Kau sedang ap-" pertanyaan Sai terhenti saat dilihatnya seorang pemuda yang kini tertidur di atas sofa. Pemuda bermata sekelam malam itu hanya diam memandang apa yang dilakukan oleh rekan setimnya.
"Taruh saja makanannya di belakang, Sai. Aku sedang tidak lapar," ujar Sakura tanpa menghentikan kegiatannya.
"Maaf, aku tidak bawa makanan. Aku kesini berniat mengajakmu pergi, tapi kelihatannya kau tidak bias pergi, aku disini saja, menemanimu."
Sakura hanya diam, tidak berniat membalas kata-kata Sai. Gadis it uterus mengeluarkan cakranya dengan wajah serius seolah yang ada di depannya kini bukan seseorang yang biasa-biasa saja.
Sai hanya diam dan melangkah, mendekat kearah Sakura dan duduk di salah satu sofa. "Apa yang terjadi dengannya?"
"Luka yang didapatnya saat misi, membuka kembali luka yang pernah membuatnya koma dulu," ujar Sakura dengan wajah cemas.
"Apa tidak sebaiknya dibawa ke rumah sakit?"
"Hari ini rumah sakit sedang tutup karena ada masalah dengan pembagian kerja."
Sai mengeluarkan sapu tangan dari dalam Sakura, kemudian mendekat ke arah Sakura dan mengelap kening gadis itu yang sedang mengalirkan peluh. "Jangan dipaksakan, kau terlihat sangat lelah," ujarnya kemudian.
Sejenak terlihat garis kemerahan di pipi gadis Haruno tersebut. Tapi segera menghilang saat rintihan kembali lepas dari bibir Neji.
Wajah Sai kembali kaku saat dilihatnya Sakura terlihat terlalu memperhatikan teman yang setahunya adalah teman jauh karena dia jarang atau tidak pernah melihatnya berbicara dengan pemuda klan Hyuuga tersebut.
"Tadi Ino mencarimu," ujar Sakura memecahkan keheningan diantara mereka.
"Aku?" Tanya Sai.
"Iya, dia mencarimu seharian. Kenapa ka uterus menghindarinya? Apa kau tidak menyukainya? Ino terlihat cantik dan-"
"Aku memang tidak menyukainya. Aku hanya menyukai-" kata-kata Sai terpotong lagi oleh rintiha Neji. Terlihat raut kesal di wajah pemuda itu.
"Jangan begitu, kau tidak seharusnya mengatakan itu sebelum kau mengenalnya lebih jauh, dia orang yang baik meskipun dari luar dia terlihat seperti Naruto," ujar Sakura lagi.
"Memang apa urusannya denganmu?"
Sakura menghentikan sejenak kegiatannya dan menatap pemuda berambut hitam itu. Tidak biasanya Sai berkata seperti itu.
"Apa urusannya denganmu? Aku suka atau tidak padanya, apa urursanmu, Sakura? Sejak kapan kau begitu memperhatikanku?"
"Aku temanmu, aku selau perhatian padamu."
"Bukan, bukan seperti itu jawaban yang aku mau. Kau, lebih baik kau mengurus Sasuke atau pemuda ini daripada mengurusku, aku bukan siapa-siapamu."
Sakura mengerutkan keningnya. "Sai, ada apa denganmu?"
"Kau bahkan tidak tahu ada apa denganku. Itu membuktikan jika kau tidak pernah menaruh perhatianmu padaku," ujar Sai semakin membuat gadi di hadapannya tidak mengerti.
"Apa maksudmu?"
"Aku…" Sai berdiri dan menarik napas sejenak, bibirnya terbuka seperti akan mengatakan sesuatu, tapi tidak jadi. Pemuda itu lantas berbalik dan pergi begitu saja.
"Sai? Sai? Apa yang kau maksud?" Tanya Sakura dengan suara agak keras. Ia menghela napas saat mendengar suara pintu tertutup. "Ada apa dengannya?" gumamnya kemudian segera memulai lagi kegiatannya yang sempat tertunda.
Disisi lain, Sai sedang mengepalkan tangannya. "Kenapa? Kenapa?" teriaknya pada dirinya sendiri. Dia terdiam sejenak. "Sakura, kenapa kau tidak mengetahuinya?"
'…aku menyukaimu.'
~000~
Neji tersadar dari tidurnya semalam. Dia segera membuka mata dan terduduk, dia hamper tidak mengetahui keberadaannya sekarang andai saja tidak dilihatnya seorang gadis yang tertidur pulas di dekatnya.
"Sakura?" wajahnya terlihat seperti menahan sesuatu yang ingin dikeluarkannya selama ini. "Terima kasih," ujarnya sejenak.
Sesaat kemudian tubuh gadis Haruno itu tekah berpindah ke sofa sedangkan Hyuuga Neji hanya berdiri seraya memandang dengan pandangan yang tidak bias diartikan, cukup lama hingga sebuah kata meluncur dari bibirnya. "Kurasa aku memang benar-benar menyukaimu."
Bersambung….
