Matsuri Hino © Vampire Knight

A/N : pendek bgt ya hehe... Terima kasih untuk Senpai & Readers yang telah membaca fic singkat ini.

Dan terimakasih atas beta yang menyempatkan mengedit chap1 ini. Hehe Arigatou Saichi-chan~ #Hug#

.

.

.

"Ughhh..." Lagi-lagi Zero mengerang kesal. Sudah beberapa kali Zero melakukannya dan dia tidak keberatan mengulanginya lagi.

Ranjang menjadi bergoyang sedikit ketika Zero menggeser tubuh telanjangnya dan meringuk seperti kucing. Tangan pucat sang hunter mencengkram erat tepi selimut dan ditariknya sampai menutupi seluruh wajahnya, menyisakan beberapa surai silver nakal yang mencuat dari balik selimut putih.

"Sial, sial, sial!" Zero mengumpat kesal walau wajahnya perlahan tapi pasti bersemu merah alias tersipu.

Zero mulai merasakan lembutnya selimut yang menghangatkan tubuh telanjangnya. Adalah fakta jika sekarang Zero tidak mengenakan sehelai benang apapun, tapi bukan itu masalah yang dialami oleh sang ex-human. Masalah sebenarnya adalah kesucian kulitnya yang tercemar oleh vampire. Oh dewa, Zero merasa harga dirinya terkoyak oleh tangan vampire itu.

Mengingat itu membuat Zero semakin kesal. Panas yang dia rasakan di seluruh wajahnya bukanlah disebabkan oleh rasa malunya. Zero bersumpah bahwa dirinya tidak sedang tersipu malu seperti layaknya seorang perawan. Rasa panas itu adalah karena rasa marahnya. Dia sangat marah akan kejadian tadi malam.

Tapi mengingat kejadian itu lagi benar-benar membuat Zero malu dan wajahnya semakin bersemu merah semerah tomat. Pemuda berambut silver tersebut memutar kepalanya dan membenamkannya dikelembutan bantal dan akhirnya hatinya mengakui jika dia memang malu. Menyangkal dirinya yang menjadi lemah ketika mengingat tangan dingin itu menyentuh kulitnya.

Yang diinginkan oleh sang hunter saat ini adalah tidur yang pulas dan melupakan kejadian memalukan itu secepatnya. Tangan Zero melepaskan cengkraman pada selimutnya dan sekarang bergeser ke bawah dan berbelok ke belakang, menyentuh dua gunung halus miliknya. "Sialan, brengsek vampire mesum! Mati Kuran." Zero menggeram kesal walaupun terdengar seperti rengekan anak kecil.

Tangan Zero mengelus pantatnya. Ia menggosok dengan perlahan pada bagian kulit halus lembut miliknya. Terus menggosok seakan ingin mencoba menghapus noda yang menempel di pantat sexy itu.

"Aku bersumpah jika dia melakukan itu lagi, aku akan membunuhnya!" ucap Zero sambil menggeram marah. "Dasar Kuran berengsek," lanjutnya kemudian.