Disclaimer: Naruto hanya milik Masashi Kishimoto semata

Choice chapter 1

.

.

.

" Tenanglah Nak, saudaramu akan baik-baik saja."

Seorang wanita paruh baya sedang sibuk menenangkan anak kelas 4 SD yang sedari tadi menangis karena khawatir terhadap saudaranya. Dia mencoba membujuk namun tidak berhasil. Anak itu tetap menangis.

Wanita itu segera berdiri karena dia harus mengurus administrasi. dia menoleh ke arah anak itu dan merendahkan tubuhnya agar sejajar dengan anak itu.

" Sasuke,Basan mau mengurus administrasi. Bisa tidak Basan tahu siapa nama saudaramu itu?" bujuknya.

" S-Sai."

" Wakata. Siapa nama orang tuamu? Nanti biar Basan kasih tahu terus biar mereka kesini. Kamu ingat nomor teleponnya?"

Some years later...

ting...tong...ting...

Untuk seluruh siswa kelas dua diharapkan untuk berkumpul di lapangan upacara. Sekali lagi untuk seluruh siswa kelas dua diharapkan untuk berkumpul di lapangan upacara

Para siswa segera keluar menuju ke lapangan upacara dengan senang hati. Mereka bahkan berharap agar 'perkumpulan' itu menghabiskan waktu lama agar mereka melewatkan jam pelajaran terakhir alias langsung pulang setelah berkumpul.

Seorang siswa masih sibuk dengan soal-soal matematika. Di sampingnya terdapat seorang siswa berambut kuning yang sedang sibuk (pula) membujuknya.

" Ayolah Sasuke! Ayo kumpul. Apa kepalamu tidak pecah seharian ngerjain yang itung-itungan begitu? Tadi Fisika, sekarang matematika. Untung aja di SMP belum ada kimia," ujar siswa yang bernama Naruto itu. Yang dibujuk masih tidak bergeming.

" Sebentar lagi Dobe. Tinggal dua soal lagi. Kalo mau kumpul, kumpul aja. Nanti aku nanya pengumumannya sama kamu," ujar Sasuke.

" Itu namanya ga adil! Enak aja! Sini yang kumpul malah situ yang enak-enakan. Hey lihat! Sai juga kumpul tuh! Kamu ga mau kumpul?" ajak Naruto. Berharap agar Sasuke mau ikut berkumpul.

" Terus apa hubungannya denganku?"

" Ya... kan kalo Sai ada, disitu pasti ada kamu Teme!"

Sasuke memasang death-glare andalannya. Naruto mengkerut.

" Kau pikir aku sama Sai yaoi-an apa?!"

" Hehehe... gomen..."

Tiba-tiba saja terdengar sound-system yang sedang diatur equalizer-nya. Entah karena bagian bass yang terlalu tinggi membuat seluruh siswa menutup telinga gara-gara suara bising yang dihasilkan.

" Ayo, tugasku sudah selesai," ujar Sasuke. Mereka segera berjalan menuju lapangan upacara dan berbaris. Sang kepala sekolah yang bernama Tsunade segera berdiri di tempat yang lebih tinggi dan mengetuk mic yang telah dipegangnya.

Ngingg...ngungg...

Seluruh peserta (?) menutup telinga berjamaah...

Karena kesal akhirnya Tsunade mengambil toa.

" Perhatian seluruhnya...Hari ini hingga sabtu tidak diadakan aktivitas KBM dan..."

Belum selesai berbicara, pidato (?) Tsunade segera terpotong oleh ucapan anak-anak yang menunjukkan kalau mereka sangat bahagia. Tsunade naik pitam.

"Tolong dengarkan hingga selesai," pinta Tsunade-sama dengan senyum manis plus aura membunuh yang menguar di skitarnya. Seluruh siswa mulai diam dan mendengarkan dengan baik.

"Khusus kelas delapan,akan diadakan tes. Ini berhubung sekolah kita yang jarang mengikuti perlombaan di bidang akademik. Tes ini meliputi pelajaran matematika dan IPA. Peserta diseleksi hingga didapatkan juara di masing-masing bidang. Bagi yang terpilih diharuskan untuk mengikuti olimpiade MIPA yang diadakan oleh SMA Konoha," terang Tsunade-sama.

Sebuah tangan teracung.

"Ya! Kamu!"

"Hadiahnya apaan?" kata Kiba.

"Yang mendapat juara satu akan mendapat keistimewaan berupa masuk ke SMA Konoha tanpa tes dan langsung diterima."

Sasuke langsung menuju ke arah kembarannya yang sedang mengobrol tentang tes.

"Sai,matematika apa IPA?"

"IPA saja lah…"

"Kalau begitu kita saingan."

" Kau memilih bagian IPA? Yah... kita benar-benar saingan nih..." ucap Sai dengan nada mengeluh. Sasuke hanya tersenyum. Tiba-tiba muncullah Naruto di antara mereka.

" YES! Kalian sama-sama milih IPA kan? Berarti aku ga ada gangguan soalnya aku milih matematika!" ucap Naruto. Sai memasang tampang berbisik namun suaranya terdengan oleh Naruto.

" Sasu, memang kita nanya ya?" tanya Sai pada Sasuke. Sasuke hanya mendengus geli. Naruto 'terbakar'.

" Awas kau Sai!"

Beberapa hari kemudian...

Tes pertama berjalan lancar. Pengumuman mengenai siapa yang akan lolos dalam babak pertama ini akan diberitahukan pada jam terakhir.

Naruto yang sedari tadi sibuk mengisi daftar panitia tidak bisa fokus karena itu. Pikirannya melayang mengenai babak pertama. Karena 'tidak kuat', akhirnya Naruto meminta ijin kepada pembina OSIS untuk ke kamar mandi.

Dia memang ke kamar mandi tetapi setelah itu dia segera melihat ke arah papan pengumuman. Dan matanya terbelalak melihat deretan nama yang lolos pada seleksi babak pertama mata pelajaran matematika.

" Hey! Cepat kunci pintunya! Apa kau mau ruang OSIS kita kebobolan?"

" Iya iya, ini ku kunci!"

Suara-suara itu tidak membuat perhatian Naruto teralihkan. Dia masih berusaha mencari namanya yang (dengan penuh harap) terselip di tabel itu. Dan akhirnya ketemu!

Baru saja dia bahagia, sebuah tangan menepuk bahunya.

" Hey Naruto. Sedang apa?" tanya salah seorang rekan sesama pengurus OSIS. Sai.

" Hey Sai! Kau ini bagaimana sih! Masak kedua mata pelajaran kau embat semuanya!" cerocos Naruto. Sai hanya memasang tampang tak percaya. Sedangkan Naruto sibuk menunjuk-nunjuk namanya di papan pengumuman.

" Noh! Lihat! Namamu ada di dua mata pelajaran!" ucap Naruto. Sasuke yang baru saja menghampiri mereka juga melihat ke arah yang ditunjuk oleh Naruto. Dia memandang Sai.

" Kupikir kau cuma fokus ke satu bidang. Nyatanya..."

" Haishhhh... perasaan soal-soal matematikanya sulit-sulit deh. Kok aku bisa masuk ke seleksi babak ke-dua?" tanya Sai seraya mengacak rambutnya frustasi.

" Sulit sih memang sulit. Tapi jawabannya kan ketemu!" ucap Naruto. Sai hanya tersenyum mencurigakan.

" Enggak tuh," jawab Sai dengan mulai memasang tampang horror di depan Sai dan Sasuke. Yang ditakuti, biasa saja.

" Jangan-jangan kamu minta bantuan teman tak kasat matamu itu ya? Hayo ngaku..." ucap Naruto dengan nada yang dibuat-buat.

" Enak saja! Biar kuberi tahu ya! Aku cuma ngitung kancing baju buat ngisi nomor yang masih kosong!" ucap Sai agak tersinggung. Dia tidak terlalu suka mengenai 'sisi gelapnya'.

" He?!"

Naruto memandang Sai tak percaya. Dirinya yang beberapa hari lalu belajar dengan keras dikalahkan oleh Sai yang 'bermodalkan' kancing baju. Tentu saja, peringkat pertama di babak itu adalah Sai dan peringkat kelima adalah Naruto.

Naruto segera memasang wajah ancaman pada Sai.

" Lihat saja Sai, aku bakalan ngalahin kamu!" ucap Naruto seraya berjalan menuju ke ruang OSIS. Yang diancam malah cengo.

" Hey Naruto, bukannya jalan keluar sekolah itu kesini? Ngapain kesana?" tanya Sai seraya menunjuk ke arah yang berlawanan dengan jalan yang dituju oleh Naruto.

" Aku mau ambil tas. Tasku masih ada di ruang OSIS," jawab Naruto.

" Oh... jadi tas tanpa majikan itu punya kamu? Kirain punya siapa. Oh ya, mendingan kau segera berlari menyusul Kiba yang ada di tempat parkir. Soalnya Kiba yang bawa kunci ruang OSIS," ucap Sai seraya tersenyum.

" He?!"

Naruto segera berlari menuju ke tempat parkir sedangkan kedua penghuni yang masih tersisa hanya menahan tawa melihat tingkah Naruto.

Akhirnya ujian babak ke dua telah tiba. Naruto bersusah payah dan berharap agar bisa mengalahkan Sai. Namun di minggu berikutnya...

.

.

Setelah upacara bendera,anak-anak kelas delapan B tidak langsung duduk di depannya namun mereka berdiri mengelilingi dua anak yang sedang membuka bungkusan yang masing-masing berisi hadiah untuk juara satu di bidang IPA dan Matematika.

"Whoa… kamu dapat buku yang sama denganku Sai! Tapi…"

"Tapi apa?"

"Sudah dapat buku paket MTK buat kelas 3, kamu dapat buku yang laen…. Aduh!" Naruto segera menghentikan komentarnya ketika jitakan keras mendarat di kepalanya.

"Kalo enggak gimana caranya ngebedain mana yang yang juara satu sama dua," seru gadis bercepol dua yang menyukai sastra Cina, Tenten.

"Tapi.. kalo ngomong jangan bonus jitakan dong!" seru Naruto seraya mengusap-usap bagian atas kepalanya yang masih panas.

Seisi kelas tertawa atas sikap Naruto.

...

Hari yang telah dinantikan telah tiba. Para perwakilan dari SMP Ottogakure sedang berdiri di depan gerbang SMA Konoha. Pujian pertama kali terdengar dari Naruto yang sedari tadi melihat-lihat ke arah yang tidak jelas.

"Woah,ternyata sekolahnya gedhe banget dah!" seru Naruto .

"Bisakah derajat norak kamu dikurangi?" kata Sasuke seraya melipat kedua tangannya di depan dada dan memandang gerbang sebuah sekolah yang bertuliskan 'SMA Konoha'

"i-iya Naruto-kun. Malu-maluin," kata Hinata.

"Bahkan Hinata mengetahui kalo kamu norak,"ucap Sasuke.

Tiba-tiba terdengar suara(?) dari loudspeaker yang menyuruh agar para peserta segera menuju ruang yang telah ditentukan.

Sai satu ruangan dengan Naruto. Dia mendapat bangku nomor dua dari belakang. Sedangkan Naruto, dia tidak mengurus.

Para panitia akan datang lima menit lagi. Sai duduk dengan gelisah. Sebenarnya dia ingin mengikuti IPA tapi kenapa matematika? Bagaimana kalau dia kalah? Ah,masa bodoh.

Diliriknya bangku kosong di depannya. 'Penghuni'-nya belum datang. Diliriknya lagi ke bagian kanan bangku kosong. Oh, ada rambut duren berjalan *author di ke-plakk*.

Saking 'konsen'-nya kea rah Naruto. Sai tidak tahu kalau bangku di depannya sudah ada panghuninya. Ketika menghadap kea rah depan,matanya bertemu dengan cewek berambut pink yang menyunggingkan senyum ke arahnya.

Untuk beberapa detik Sai 'terpana' dengan senyumnya. Namun beberapa detik kemudian Sai segera kembali ke sikapnya yang semula ketika para panitia memasuki ruangan.

' Ayo Sai! Fokus! Fokus ! dan fokus! Cewek itu lain kali saja. Sekarang yang dipikirkan adalah nama sekolah!'

Sai berkali-kali memejamkan kedua matanya agar bayangan mengenai siswi yang berada di depannya segera menghilang.

….

Seluruh peserta olimpiade keluar dari aula pukul 17.00 setelah menerima pengumuman untuk datang lagi ke SMA Konoha seminggu lagi.

"Hah! Jam segini mana ada bus yang lewat. Bener-bener gak modal," kata Naruto seraya melempar pandangan ke arah siswa dari SMP lain yang naik mobil guru mereka.

"Sekolah kita kan lagi sibuk ngurusin siswa kelas Sembilan yang ikut PMDK," kata Hinata.

"Namanya juga Naruto, bisanya ngeluh," komentar Sai.

"Mungkin dia iri sama anak SMP lain yang diantar pake mobil sama gurunya sedangkan kita naik bis umum," tambah Sasuke.

"Ud-dah mendingan kita pulang aja. Keburu gelap," kata Hinata.

"Yuk… eh…itu ada satu yang lewat! Yuk kejar…" kata Naruto.

Merekapun berlari mengejar bis. Selang beberapa meter barulah bis itu berhenti dan mereka segera naik bis .

.

.

.

.

.

To be continued

Author's note:

Ini versi tulis ulang dari fanfic aku rela. Buat yang udah baca pasti menemukan kesamaan *reader: emang sama!* disini. namun cerita bakalan berubah di bagian konflik. Jadi Cuma bagian orientasinya aja yang sama. Ada yang mau review?