XingBubble Present:

DRIVE THAT CAR WELL, LUHAN!

Main Cast: HunHan.

Other Cast: Chanyeol, Baekhyun, and Lay.

Warning! Yaoi | BL | NC | AU | Typo(s).

ENJOY!


Seorang lelaki berambut cokelat madu terduduk di kuris cafe. Lelaki itu menghela napasnya dengan kasar. Kedua bola matanya tak henti-hentinya melihat ke arah pintu cafe. Rasanya dia hampir gila karena menunggu orang kesayangannya itu datang. Bayangkan dia sudah menunggu selama dua jam. Bahkan dia sudah memesan banyak makanan selama dua jam.

Sampai akhirnya, sesosok lelaki tinggi datang menghampirinya. Lelaki tinggi itu tersenyum kepadanya.

"Luhan, sudah menunggu lama?" lelaki tinggi itu duduk dihadapannya.

Lelaki berambut cokelat madu—Luhan hanya mendengus, "Lihat saja jammu, Sehun."

Sehun hanya menggaruk rambutnya sambil tertawa canggung, "Maafkan aku, Han. Tadi manager menahanku."

"Oh ya?"

"Ya, aku tidak bohong," Sehun melirik Luhan yang masih menatap ke jendela,"Kau sudah makan?"

"Aku sudah makan 10 piring." Sehun terkikik-kikik setelah mendengar jawaban Luhan.

"Apa yang kau bicarakan dengan manager?" Luhan masih menatap Sehun dengan sinis.

Sehun tertawa karena tingkah Luhan. Ayolah kekasih kecilnya sangat protektif sekali terhadapnya.

"Kami membicarakan jadwalku. Besok aku akan ada pemotretan dan juga wawancara untuk majalan olahraga." Jawab Sehun.

"Itu saja? Kenapa membuatku menunggu hingga dua jam?" Ucap Luhan dengan bonus intonasi dinginnya.

"Well kami membicarakan karierku kedepannya dan pula aku akan mengikuti F1 musim ini." Ucap Sehun.

Luhan menatapnya dengan mulut menganga, "WHAT?"

"Kau banggakan?" tanya Sehun sambil tertawa.

Luhan hanya mendengus. Baiklah dia sudah membayangkan hari-harinya tanpa Sehun selama berbulan-bulan. Bagaimana dia harus pulang kuliah sendirian, bagaimana mereka tidak berkomunikasi, bagaimana mereka terpisah oleh benua dan kota, dan bagaimana mereka tidak memuaskan kebutuhan batin—sex mereka. Resiko memiliki kekasih pembalap, selain melihat kekasihnya dikejar-kejar orang.

"Bukannya kau masih harus menyelesaikan kuliah?" tanya Luhan.

"Kuliahku sudah selesai bodoh!"

Luhan menepuk dahinya. Oh ya dia lupa kekasihnya itu sudah tidak mengenyam pendidikan di Universitas. Sepertinya Luhan mulai ketularan adiknya yang pelupa itu.

"Hei! Katanya kau mau membicarakan sesuatu." Ucapan Sehun itu membuat Luhan tersadar dari lamunannya.

"Oh ya! Aku ingin meminta bantuanmu!"

"Bantuan?" Luhan mengangguk.

"Bantuan apa?"

Seketika itu pula Luhan tergugup. Ayolah dia malu meminta ini tapi persetan dengan itu.

"Ajari aku cara mengendarai mobil!" Pinta Luhan sambil mengedipkan matanya.

Sehun membuka mulutnya dengan lebar. Dia tidak salah dengarkan? Luhan memintanya mengajari menaiki mobil—tidak mengendarainya malah. Pasalnya selama tiga tahun berpacaran, Luhan paling anti dengan yang namanya mengedarai mobil sendiri. Alasannya macam-macam mulai dari sakit perut, kepalanya pusing, kakinya bisa kram, bahkan muntah pelangi—alasan aneh tapi Luhan benar-benar mengatakan hal itu. Sepertinya dia harus pergi ke dokter sekarang.

"Ajari aku ya~" Baiklah Sehun merasa telinga makin salah.

"Ulangi sekali lagi. Kau bilang apa tadi?"

"Ajari aku menaiki mobil. Salah! Mengendarainya!"

"Kau serius?" tanya Sehun, "Tiba-tiba saja berubah pikiran?"

"Yup! Baekhyun menyeramahiku seenak jidatnya karena aku minta dijemput tadi pagi," Luhan mengerucutkan bibirnya, "jadi aku mau belajar. Kekasihku pembalap, masa aku tidak bisa naik mobil."

Sehun tertawa, "Han, kau bercanda kan?"

"Tidak Sehun! Apa aku terlihat bercanda?"

"Ayolah dulu kau marah-marah jika kusuruh membawa mobilku. Sekarang kau mau mengendarainya?"

"Aku tidak ingin merepotkan Baekhyun dan Yixing lagi."

"Kan bisa naik kendaraan umum."

Luhan menggeleng dengan enaknya, "Ogah! Lebih enak bersama Baekhyun."

"Lagipula apa kau tidak mau melihat kekasihmu maju? Setidaknya aku mau membeli mobil impianku dan mengendarainya tentu." Lanjut Luhan.

"Lalu aku ingin berjalan-jalan berdua dengan mobilku seorang, tanpa Sehun. Dan jika aku ingin berbelanja—shopping aku tidak perlu menelepon Sehun jika baru pulang kerja maupun menyeret dua makhluk biadap itu!" Tambah Luhan.

Sehun masih merasa telinganya tidak berfungsi dengan baik. Digaruknya telinganya hingga Luhan menatapnya dengan aneh.

"Uh telingaku kenapa aneh ya? Aku salah dengar kan?" Pernyataan bodoh itu meluncur dari bibir Sehun.

Someone call the doctor, please.

.

DRIVE THAT CAR WELL, LUHAN!

.

Sesuai janjinya sebelum Sehun sibuk dengan persiapan F1nya, akhir pekan mereka akan belajar mengendarai mobil dengan mobil Sehun. Tentu saja janji itu bisa ada karena negosiasi panjang Luhan dengan Sehun.

"Ya! Apa maksudmu, Sehun?" Pekik Luhan begitu dia mendengar kata-kata itu keluar dari bibir merah Sehun.

"Aku salah dengarkan? Kau mau menaiki mobil? Bagaimana jika kau akan muntah pelangi di jok mobilku?"

"Hei! Aku tidak muntah pelangi! Kita bisa menggunakan mobil Yixing!"

"Ya Tuhan! Bagaimana bisa kita menggunakan mobil adikmu? Kasihan sekali Yixing jika kau muntah atau mengompol disana." Sehun mengusap-usap dadanya.

"Sehun! Aku tidak akan mengompol disana dan Hell aku sudah besar." Bantah Luhan.

"Sepertinya aku harus menemui dokter Kim sore ini."

"Untuk apa?" Luhan menyeritkan dahinya.

"Agar menyiapkan kotak P3K lengkap dengan tabung oksigen dan juga pampers."

Luhan berdiri dan memukul kepala Sehun, "Hunnie jahat!"

Luhan cekikikan sendiri begitu mengingat hal itu. Well setidaknya ini kemajuan. Akhirnya dia memiliki kemauan untuk belajar.

Tidak Luhan sadari teman setianya dan seperjuangannya—Baekhyun menatapnya dengan aneh. Diam-diam Baekhyun membantin 'Orang ini kenapa ya?'.

Bayangkan dari pertama masuk kelas, Luhan sudah senyum-senyum sendiri. Ketika ditanya, malah tertawa. Bahkan sampai mereka sekarang di kantin pun, Luhan masih sibuk dengan dunianya sendiri.

"Hoi!" Baekhyun menyenggol sikut Luhan, "Kenapa tertawa terus?"

Luhan tersenyum menatap temannya yang duduk disebelahnya, "Aku senang!"

"Senang kenapa?" Tanya Baekhyun sambil menyendokkan puding strawberrynya.

"Coba tebak!" seru Luhan.

"Sehun mengajakmu dinner?"

"Bukan!"

"Sehun membelikanmu mobil?"

"Tidak!"

"Sehun memberikanmu bunga?"

"Coba lagi!"

"Pasti yang ini benar! Sehun mengajakmu melakukan itu ya?"

"Salah! Dan Hell! itu hal biasa."

"Arggh!" Baekhyun mengerang frustasi, "Yasudah kasih tau saja."

"Sehun akan mengajariku menggendarai mobil!" kata Luhan dengan bersemangat.

Baekhyun terbatuk saat akan menelan pudding strawberrynya, "Kau bercanda?"

"Tidak!"

Baekhyun tersenyum sambil berpura-pura mengusap-usap matanya, "Akhirnya uang didompetku tidak terkuras habis hanya untuk mengantarmu."

Luhan memukul kepala Baekhyun, "Heeeh setidaknya olahraga biar kau kurus."

"Kurus apanya? Tanganku patah iya." Baekhyun mendengus kesal.

"Lalu, kapan kalian akan belajar?" tanya Baekhyun.

"Mulai akhir pekan ini." Jawab Luhan.

"Pakai mobil siapa? Yixing?"

Luhan menggeleng, "Sehun. Dia menawarkan Range Rovernya."

"Kuharap mobil itu masih sehat-sehat saja sampai kau selesai menggunakannya." Baekhyun mengadahkan tangannya ke atas.

"Baekki jahat!"

.

.

.

Luhan terbangun tepat saat matahari menyapa bumi. Ia terbangun sekitar jam lima pagi sambil berteriak sana-sini—hingga Yixing harus menendang bokong Luhan dan berteriak 'Ini jam berapa? Kenapa berteriak seperti itu!'.

Dia hanya terlalu senang karena akhirnya akhir pekan itu datang juga. Dalam benaknya sudah dia bayangkan bagaimana jika dia membawa Range Rover putihSehun ke sana-sini dengan kaca dibuka setengah. Lalu, ketika dia membawa mobil itu setiap gadis dan pria yang menatapnya akan terhanyut dalam pesonanya. Dan dia akan menemukan kerumunan orang setiap kali dia turun dari mobil. Baiklah ini sudah berlebihan.

Luhan berjalan ke kamarnya dengan perlahan, setelah membersihkan badannya. Dia sangat takut membangunkan unicorn kecilnya di kamar seberang. Melihat gaya berjalannya, Luhan makin mirip dengan pencuri ulung.

Akhirnya dia sampai di kamar bertuliskan 'Luhannie' itu. Dibukanya pintu kamar itu perlahan dan menutupnya perlahan hingga tidak ada bunyi sama sekali.

Beep beep

Ponsel Luhan bergetar di atas meja belajarnya. Dengan cepat Luhan berjalan ke meja belajar dan mengambil ponsel itu. Satu pesan telah sampai. Begitu dia menekannya, ternyata pesan itu dari Sehun.

From: Sehunnie~

Aku akan menjemputmu jam 12 nanti. Aku masih ada jadwal pagi ini.

Tanpa berpikiran panjang, Luhan langsung membalas pesan tersebut ditambah cekikikan kecil keluar dari mulutnya.

Luhan hanya melemparkan ponselnya ke atas tempat tidur. Setelah itu, dia membawa badan rampingnya berjalan menuju almari putihnya. Dia masih memikirkan apa yang harus dipakainya, termasuk boxer apa yang harus dia gunakan.

Luhan sebenarnya kau ingin kencan atau belajar sih?

.

.

.

Sehun hanya terdiam setelah mengetik pesan singkat untuk Luhan itu. Sebetulnya dia berbohong akan jadwal itu. Dia sekarang free bahkan sangat free. Tetapi, pikirannya sangat tidak free.

Sungguh dia masih ragu dengan keputusan Luhan. Bagaimana tidak ragu jika Luhan bisa meminta hal itu? Dan itu semua diluar dugaan Sehun. Sehun sekarang berada dalam mood yang paling buruk.

Pagi ini dia sudah merengek-rengek kepada Hyung tersayangnya—Chanyeol untuk meminjamkan Hummernya. Tapi, naas Chanyeol menolak permintaan itu mentah-mentah dengan dua alasan.

Alasan pertama adalah—

— "Kalau mobilku rusak karena tertabrak bagaimana? Kau ingin menggantinya? Kau mau membenarkannya?"

Alasan keduanya adalah—

— "Aku akan kencan dengan Baekhyun hari ini. JADI GUNAKAN SAJA MOBILMU SANA!"

Muka Sehun langsung tertekuk setelah mendengar kata-kata itu. Apalagi begitu Chanyeol berkata—

— "Oiya kata Baekhyun, Luhan kemarin sangat bersemangat loh~"

Mati saja, batin Sehun. Ayolah dia sangat tidak ingin Range Rover putihnya itu lecet akibat Latihan hari ini.

Bagaimana bisa Sehun berpikiran begini? Tentu saja alasannya hanya satu, Luhan sangat suka membawa kendaraan dengan kecepatan tinggi. Padahal dirinya sendiri belum mahir membawa kendaraan. Jadi sangat tidak heran jika Luhan berkata 'Hun bagaimana jika kau membawanya dengan kecepatan tinggi? Tidak seru jika pelan-pelan begini.' kepada Sehun saat mereka berjalan-jalan. HELL NO!

Dulu Luhan sangat anti dengan membawa kendaraan. Hingga suatu hari saat Baekhyun hendak mengeluarkan motornya, Luhan berkata bahwa dia ingin membawanya. Dan Baekhyun sangat senang karena akhirnya sahabatnya itu mulai berani lagi setelah bertahun-tahun tidak ingin membawa kendaraan.

Dengan cepat Baekhyun melemparkan kunci motornya kepada Luhan. Dan dengan sombongnya juga Luhan menepuk bangku penumpang dibelakangnya—mengisyaratkan Baekhyun untuk naik.

Awalnya Baekhyun biasa saja saat Luhan membawa motornya keluar dari kompleks perumahannya. Namun begitu mereka sampai di jalanan, Luhan langsung menarik gasnya hingga Baekhyun harus berteriak dengan kencang dan menarik baju Luhan. Memang mereka sampai lima menit lebih awal dari biasanya—bahkan setengah jam mungkin.

Setelah itu Baekhyun menelepon Sehun. Dan telepon itu sangat mengejutkan Sehun karena saat itu dia sedang berada di Abu Dhabi untuk mempersiapkan F1 pertamanya. Dengan ragu-ragu Sehun mengangkat telepon itu. Mengingat biaya telepon Baekhyun akan membengkak. Sebelum dia sempat mengucapkan 'Halo', dia langsung mendengar Baekhyun berteriak.

"Hyung! Tadi Luhan membawa motorku ke kampus. DAN DIA GILA HYUNG!"

"Gila? Bukankah itu bagus akhirnya dia mau membawa kendaraan?"

"Dia gila Hyung! Dia membawanya dengan kecepatan tinggi bahkan aku hampir melompat dari motorku sendiri!"

Hell.

Dia masih memikirkan cara agar Luhan tidak memakai mobil kesayangannya itu.

Ding!

Tiba-tiba sebuah lampu keluar dari kepala Sehun. Ya! Mengapa dia tidak berbohong kepada Luhan seperti—mobilnya rusak, mobilnya harus ke bengkel, kakinya sakit, badannya pegal-pegal karena jadwal padatnya, kepalanya sakit hingga hampir pecah.

Sehun langsung membuka ponselnya dan menekan ikon pesan. Dia menekan nama Luhan dan mengetikkan pesan bodohnya itu.

Hari ini sepertinya aku tidak bisa datang Han. Mobilku masuk bengkel hari ini dan juga aku sedang tidak enak badan. Maafkan—

Tiba-tiba sebuah pesan dari Luhan sampai—

— 'Baiklah! Aku akan menunggumu! Aku sudah tidak sabar! Dan aku tidak mengenal kata-kata jadwal maupun mobilmu rusak setelah itu~'

Matilah kau Sehun.

.

.

.

Sehun hanya termenung saat dia mengendarai mobilnya ke rumah Luhan. Mukanya tertekuk—tidak senang. Dia sudah menelepon beberapa teman-temannya untuk meminjamkan mobilnya. Dan semuanya menolak itu.

"Sehun, aku akan pergi hari ini."

"Mobilku baru saja dibawa ke bengkel."

"Mobilku hilang."

"Kaca mobilku dipecahkan adikku. Dan aku harus membenarkannya."

Blablabla, Alasan klasik.

Matanya memandangi jalanan beraspal itu. Sepertinya dia memang harus menghadapi takdir.

Mobil putih Sehun berhenti di depan rumah bercat putih. Sehun merogoh-rogoh laci mobilnya, dia tengah mencari kacamata hitamnya. Ya meskipun keadaan kompleks rumah Luhan sedang sepi, dia tidak mau mengambil resiko dikenali banyak orang.

Setelah menemukan kacamata hitamnya, Sehun membuka pintu mobilnya. Dikunci mobilnya itu sambil berlari ke gerbang rumah Luhan. Dia membuka pintu gerbang rumah Luhan lalu menutupnya.

Sehun langsung berlari ke depan pintu rumah Luhan, lalu mengetuknya. Seorang lelaki dengan rambut kusut membuka pintunya.

"Anda siapa?" tanya lelaki itu.

Sehun menyeritkan dahinya, "Heol! Aku Sehun, Yixing!"

"Sehun Hyung?" tanya lelaki itu—Yixing dengan mata melebar.

"Oh hei Hyung!" sapa Yixing sambil membuka pintunya lebar-lebar.

"Hai juga Yixing, bagaimana kabarmu?" tanya Sehun berbasa-basi sambil berjalan masuk.

"Baik!" jawab Yixing sambil menutup pintu rumahnya.

"Dimana Luhan?"

"Di kamarnya." Jawab Yixing.

Dengan seribu langkah, Sehun langsung berjalan ke kamar Luhan. Dia hendak mengetuk pintu kamar Luhan, namun Luhan langsung meloncat kepelukan Sehun.

"Good morning Hun-ah!" sapa Luhan sambil memeluk Sehun.

Sehun tersenyum dan membalas pelukan Luhan, "Good morning too Han!"

.

.

.

"Kau ingin latihan dimana?" tanya Sehun.

"Bagaimana jika di jalan dekat kompleks perumahan Baekhyun?" saran Luhan.

Sehun hanya mendelik, "Disana ramai, pendek. Seperti kau pandai saja."

Luhan memajukan bibirnya beberapa centi, "Kan hanya memberikan saran. Salah?"

"Ya, tidak."

"Kalau begitu kau saja carikan jalannya. Kau kan pembalap."

"Apa hubungannya pembalap dengan jalanan kosong?" Sehun menyeritkan dahinya.

"Ada lah."

"Ya, tidak dong."

"Ada!"

"Tidak!"

"Ada! Dikasih tau malah begitu!"

"Yang pembalap siapa disini?"

"Kau!"

"Kenapa kau malah sok tau?"

Luhan langsung terdiam dengan mata melototnya, begitupula Sehun. Tanpa mereka sadari, mata mereka sudah memandang satu sama lain. Bahkan jarak antar kepala mereka sangat dekat. Sehun langsung mendorong badannya ke jok. Diluruskan pandangannya menatap jalanan rumah Luhan. Luhan langsung mendorong badannya ke jok dan membuang pandangannya ke jendela sebelahnya.

Sehun pun menginjak pedal gas perlahan, membawa mereka menjauhi rumah Luhan. Matanya masih terfokus pada jalanan dihadapannya.

"Perhatikan caraku membawa ya, Han." Pinta Sehun sambil melirik Luhan yang berada disampingnya.

Luhan hanya berdehem malas, "Jangan malas! Kau ingin pintar membawanya kan?" tambah Sehun.

Luhan langsung menatap Sehun yang tengah membawa mobilnya. Dia memperhatikan bagaimana Sehun membawa mobil itu dengan tenang dan rapih. Bahkan Sehun menginjak pedal gasnya dengan perlahan—berbeda dengannya. Maklum saja amatiran berbeda dengan pembalap profesional.

"Jika kau bisa membawanya dengan baik dan benar setelah latihan ini, aku akan meminjamkan mobilku." Janji Sehun yang sebetulnya dia tidak yakin benar. Tapi, setelah melihat kilatan mata kekasihnya tadi, dia menjadi luluh.

Luhan hanya menjawab dengan malas, "Cuma itu?"

"Bukankah impianmu membawa mobil ini?" tanya Sehun.

"Tidak, aku lebih suka ferrari." Jawab Luhan dengan singkat. Itu nada menjengkelkan yang pernah Sehun dengar.

"Yasudah, kalau begitu aku akan membelikanmu es krim setelah kita pulang serta meneraktirmu makan selama satu minggu penuh." Tawar Sehun. Dia yakin Luhan lebih menyukai tawaran ini.

"Tidak!" tolak Luhan, "Kenapa tidak membelikanku ferrari saja? Aku lebih tertarik dengan tawaran itu."

"Kalau kita sudah menikah aku akan membelikanmu Mercedes Benz, Ferrari, bahkan Lamborghini." Ujar Sehun.

Luhan menyeritkan dahinya, "Siapa juga yang mau menikah denganmu?"

Sehun langsung mengulurkan tangan kanannya dari stir mobilnya. Diraihnya pipi kiri Luhan dan menyubitnya, "Awas kalau kita menikah nanti!"

"Aww, Ya! Itu sakit Tuan Oh!" pekik Luhan kesakitan.

Sehun hanya terkikik melihat kekasihnya yang tengah memajukan bibirnya lima centi, "Ayolah, Luhan. Jangan seperti itu."

Luhan hanya memandang jedela kirinya tanpa berniat menjawab. Dilihatnya pohon-pohon hijau beserta kilauan sinar matahari. Entah mengapa dia ingin sekali pergi ke pantai setelah melihat suasana seperti ini.

"Hey Sehun! Apa besok kau libur?" tanya Luhan.

"Yup." Jawab Sehun.

Luhan menatap Sehun, "Bagaimana jika kita ke pantai? Kita sudah lama tidak ke pantai bersama."

"Untuk apa? Panas."

Luhan berdecih, "Ayolah, aku sebal dengan Baekhyun yang terus-terus berceloteh tentang kencan romantisnya dengan Chanyeol Hyung."

"Berlebihan. Lalu kau cemburu?"

"Iyalah!"

"Lalu?" tanya Sehun, "Aku harus apa?"

"Ajak aku ke pantai~." Pinta Luhan ditambah aegyo manisnya.

Sehun berdehem begitu melihat Luhan begitu, "Jika tidak sibuk, aku akan membawamu."

"Yaaay~!" pekik Luhan kegirangan seperti anak kecil.

Ya, Sehun mengakui bahwa dia juga iri dengan kedekatan Hyungnya dan sahabat Luhan itu. Setelah Sehun menjadi terkenal diseluruh Korea bahkan dunia, mereka jarang menghabiskan waktu bersama. Hanya melalui telepon dan juga pesan singkat diantara kesibukan mereka.

Sehun menghentikan mobilnya diantara pohon yang rindang. Sepertinya ini tempat yang tepat untuk latihan karena jalanan aspalnya sepi dan terletak jauh dari perkotaan. Tempat yang merupakan seribu kenangan untuk Sehun.

Dia menarik rem tangannya dan melepaskan sabuk pengamannya. Dia melirik Luhan yang tengah memiringkan kepalanya.

"Kau mau apa, Hun?" tanya Luhan.

"Kau mau latihan atau tidak?"

"Ya, mau."

"Kalau begitu kita pindah posisi, aku akan duduk disana." Sehun menunjuk jok yang diduduki Luhan.

Luhan pun keluar dari mobil. Dia berjalan melewati depan mobil menuju kursi pengemudi. Mukanya benar-benar panas karena menahan malu. Bagaimana bisa dia berpikiran bahwa Sehun akan melakukan hal-hal aneh terhadapnya? Uh ini memalukan.

Luhan membuka pintunya serta mendapat sambutan hangat dari Sehun. Luhan hanya tertawa dengan kikuk sambil menaiki mobil itu. Dia menarik sabuk pengamannya lalu melemparkan pandangannya kepada Sehun.

"Kendarai mobil ini dengan baik dan benar, sayang." Sehun tersenyum hangat kepadanya sambil menarik rem tangannya.

Dengan hati-hati Luhan menginjak pedal gas. Sebuah seringai muncul dari muka Sehun, "Jika kau tidak melakukannya dengan benar, tidak ada es krim." Bisik Sehun kepada Luhan.

.

.

.

Mungkin insting Sehun benar. Seharusnya dia tidak melatih Luhan mengendarai mobil. Buktinya sekarang, mereka seperti berada di arena perang. Berteriak sana-sini seperti akan ditembak mati oleh musuhnya.

Baru saja sepuluh menit berlalu Sehun sudah merasa seperti akan ditembak mati. Ini gila bahkan sangat gila. Luhan awalnya menginjak gasnya dengan perlahan-lahan. Tetapi setelah itu, Luhan langsung menginjak gasnya dengan cepat.

"YA! BAWANYA SANTAI SAJA NONA LUHAN!" teriak Sehun saat Luhan menginjak gasnya. Tangan kirinya masih setia memegang rem tangan dan tangan kanannya hanya mencengkram kerah kemeja putihnya.

"INI SUDAH SANTAI IDIOT! JIKA DIBAWA PELAN MOBILNYA BERAT!" balas Luhan sambil tak kalah heboh.

"MINGGIR KE KANAN SEDIKIT!" ujar Sehun.

Luhan menggeser mobilnya ke kanan. Namun, terlalu ke kanan hingga roda depannya mengenai tumbuhan-tumbuhan di samping jalan. Dengan cepat Luhan memutar stir mobil ke kiri.

"KAN KUBILANG HANYA SEDIKIT!"

"INI SUDAH KUKIRIKAN!"

"JALAN KE SANA DENGAN LURUS, LUHAN!"

"INI LURUS, SEHUN!"

Mobil mereka bertemu dengan pertigaan. Mobil mereka pun bertemu dengan sebuah mobil yang hendak berbelok.

"GESER SEDIKIT MOBILNYA!" pekik Sehun.

"TIDAK MAU! AKU TAKUT AKAN MENABRAK!" dengan sangat tiba-tiba, Luhan menginjak rem hingga dirinya dan Sehun terpelanting ke depan. Untung saja jalanan sangat sepi, kalau tidak mungkin mereka sudah menyebabkan kecelakaan beruntun.

Luhan tertawa perlahan, "Hihihih ini menyenangkan." Komentar Luhan.

"Menyenangkan? Kau bilang menyenangkan?" tanya Sehun dengan kesal.

"Tentu! Ini pertama kalinya aku mencoba dan ternyata ini sangat menyenangkan. Sungguh mobil ini sangat berat jika kau membawanya pelan-pelan. Entah kenapa kakiku sangat lucu begitu menginjak gasnya dengan cepat." Celoteh Luhan.

Sehun hanya menggeleng-gelengkan kepalanya, "Sekarang tepikan mobilnya."

Oh, Luhan merasakan ada yang tidak beres dengan intonasi Sehun itu. Diliriknya Sehun yang tengah menopang kepalanya dengan tangan kirinya. Mata Sehun menatap Luhan dengan dingin.

"O-oh o-oke." Jawab Luhan. Luhan menepikan mobilnya diantara pohon-pohon besar dan rindang.

"Sekarang, ini yang kau sebut menyenangkan? Mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi, lalu tertawa sana-sini dan berteriak seenaknya?" sindir Sehun.

"Aku—"

"Aku tidak membutuhkan jawabanmu. Aku kesal denganmu." Potong Sehun.

"Hunnie aku—"

"Siapa yang kau panggil Hunnie? Aku tidak butuh kedipan mata manis itu." Sehun mendelik kasar begitu melihat Luhan mengedipkan matanya beberapa kali dengan manis.

"Kau kira ini lucu? Bagaimana jika kita menabrak pohon tadi?" tambah Sehun.

"Aku yakin tidak akan menabrak—"

Sehun menghembuskan napasnya dengan kasar, "Bagaimana bisa kau begitu yakin? Kesalahan yang kau lakukan tadi sangat fatal akibatnya."

"Dan bagaimana jika saja kita menabrak pohon tadi?" pertanyaan retoris Sehun itu mampu membuat Luhan menelan ludahnya dengan gugup.

"Sekarang keluar dari mobilku dan duduk dikursi ini," Sehun menunjuk jok yang dia duduki, "Kita akan membicarakan banyak hal."

Luhan menelan ludahnya dengan gugup. Dalam hati dia berdoa semoga saja Sehun tidak melakukan hal-hal aneh.

.

.

.

"Kenapa membawa mobilnya kencang-kencang?" tanya Sehun sambil tersenyum sinis.

Luhan menggaruk kepalanya yang tidak gatal, "Habisnya kalau dibawa pelan-pelan terasa berat."

Sehun menepuk tangannya, "Hoaah~ mau jadi pembalap rupanya?"

Luhan tidak berniat menjawab pertanyaan retoris Sehun. Dia lantas hanya tertawa canggung melihat tingkah Sehun.

"Lulu~ ini sudah diambang batas~" ucap Sehun.

"Kau harus mendapatkan hukumanmu." Tambah Sehun.

Tangan Sehun mendorong sandaran jok Luhan. Luhan langsung terpelanting ke belakang dengan sedikit suara rintihan.

Seringai tampak diwajah Sehun, "Jangan salahkan aku, sayang."

Sehun mendekatkan wajahnya kepada Luhan. Luhan hanya menatap mata cokelat Sehun yang semakin dekat dengannya.

"YA APA YANG KAU HMPPPH—"

Seketika itu juga, Sehun melompat dan tiba-tiba saja sudah diatas Luhan.

.

.

.

"Eung... Sehun." Luhan tidak bisa menahan suara menjijikkan itu keluar dari mulutnya saat tangan Sehun berlari-lari kecil didada Luhan.

Sehun menghentikan kegiatannya—menggigit bahu Luhan begitu mendengar suara Luhan. Mata cokelatnya menatap Luhan, "Yeah Honey?"

"Ini hukumannya?" Tanya Luhan.

Sehun mengangguk, "Kau merindukan ini bukan?"

Luhan tersenyum, "Ya—e-eh maksudku ti-tidak!" pipi Luhan langsung memerah.

Sehun tersenyum manis menatap gelagapan aneh sang kekasih. Diarahkan kepalanya ke nipple kanan Luhan. Dia menjilat-jilat lalu menggigitnya.

"Hun-ah... Ahh." Tangan Luhan menarik rambut hitam Sehun. Sungguh dia memang merindukan hal ini. Dia memang tidak punya harga diri, tapi ayolah hanya phone sex yang menjadi perantara mereka jika mereka merindukan hal ini.

Tangan kiri Sehun memanjakan nipple kiri Luhan. Lutut Sehun bersentuhan dengan adik kecil Luhan—sengaja.

"Hunnieh... cepatlah.." pinta Luhan.

Sehun melepaskan tautannya dan menatap Luhan, "Hoaaah ada yang tidak sabar rupanya."

Pipi Luhan langsung merona. Bagaimana bisa dia mengatakan hal seperti itu? Biasanya dia hanya patuh dan menuruti semua perilaku yang Sehun berikan. Tugasnya hanya mendesah-desah disini. Mengapa dia menjadi sedikit nakal?

"Kau menjadi lebih agresif, huh?" jari-jari Sehun menyentuh pipi Luhan, "Tapi, aku masih mau bermain-main denganmu."

Huh? Luhan menatap Sehun sambil menyeritkan dahinya. Sehun hanya menyeringai begitu Luhan menatapnya seperti itu, seperti anak kecil yang kebingungan.

Dengan cepat meremas adik kecil Luhan yang sudah menegang dari tadi. Dia meremasnya dengan lembut.

"Ummhh... Ahh." Luhan menutup matanya.

"Love it baby?"

"Yes..."

.

.

.

Sehun mendorong jok Luhan ke belakang. Lalu, dia duduk dibawah sambil menarik celana Luhan. Dia meremas adik kecil Luhan sambil menjilati paha dalam Luhan.

"Ahh, Hunhh."

"Jangan menggodaku, Sehun." LOL bukankah itu tujuan Sehun? Menggoda rusa pendek kesayangannya?

Sehun mengarahkan kepalanya ke atas celana dalam Luhan, tepat diatas gembungan dari celana dalam Luhan. Dia menggigit-gigit pelan adik kecil Luhan itu. Kekasihnya diatas menggeram-geram dengan muka merah padam.

Sehun menjilat-jilat celana dalam itu. Lidahnya memutari celana dalam Luhan. Napasnya mengenai selangkangan Luhan. Dan terkadang Sehun juga mengulum adik kecil Luhan yang berada di dalam celana.

Sungguh itu membuat Luhan gila dan mabuk. Ini semua lebih dari wine maupun whiskey. Ini semua memabukkan melebihi apapun.

Sehun melepaskan celana dalam Luhan dan melemparnya ke jok supir. Terpampang jelas adik kecil Luhan yang sudah menegang sempurna ditambah dengan precum diatasnya.

"Hoaaah~" puji Sehun.

"Cepatlah!" perintah Luhan.

Sehun mengarahkan mulutnya ke adik kecil Luhan. Dia menggigit-gigit kepala junior Luhan serta menjilat-jilatnya, sedangkan mata Sehun melihat ke arah luhan dan tangan Sehun bermain-main di nipple Luhan yang sudah menegang.

"Akh...ah..Sehun." Racau Luhan tidak jelas.

"Sehun—ahh masukan saja—ah." Pinta Luhan sambil mendesah tidak karuan.

"Oh, baiklah Nyonya Oh." Ujar Sehun sambil memasukkan adik kecil Luhan ke mulutnya.

Luhan sempat memerah karena panggilan itu. Begitu punyanya bertemu dengan mulut Sehun rasanya dia makin gila. Kakinya mencengkram jok mobil, tangannya memegang sandaran jok.

Sehun memajukkan kepalanya dengan cepat hingga membuat Luhan menjerit tertahan. Kedua tangannya masih sibuk bermain dengan nipple Luhan. Gigi-giginya juga menggaruk lembut milik Luhan itu. Sehun mempercepat temponya dan terkadang melambatkannya.

Sehun juga memainkan lidahnya pada batang milik Luhan. Dikulum terus menerus seperti lollipop.

Sehun melakukan itu terus hingga Luhan berkata, "Akhh—aku akan keluar."

Dengan cepat Sehun melepaskan tautannya. Sehun mengelap sudut bibirnya yang penuh saliva dengan jarinya. Matanya mengilap saat menatap mata Luhan yang sudah siap menghajarnya dengan kakinya.

"YA! APA MAUMU?" pekik Luhan.

Sehun tertawa, "Tentu saja menghukum kekasih rusaku." Jari-jari Sehun mengusap pipi Luhan.

"Sehun ini sakit, aku tidak berbohong." Jujur Luhan sambil memegang pinggangnya.

"Sakit? Apa yang sakit, Han?" tanya Sehun sambil menatapnya seduktif.

"Aish! Jangan pura-pura tidak tahu." Luhan mengerucutkan bibirnya.

"Aku tidak tahu, sungguh." Bohong Sehun.

Luhan tersenyum kecut, "Cepatlah! Nanti ada yang melihat mobil kita."

"Lalu?"

"Ya aku malu."

"Ini jalanan sepi, bodoh." Sehun berdiri dan menindih Luhan.

Sehun langsung mengecup bibir Luhan. Dia melumat bibir Luhan lalu, menggigit bibir bawah Luhan dengan keras. Begitu Luhan berteriak, Sehun langsung memasukkan lidahnya ke dalam mulut Luhan. Lidah mereka bertarung dan diiringi suara-suara desahan Luhan.

Tanpa melepas ciumannya Sehun menarik kedua tangan Luhan ke bajunya. Mengerti isyarat itu, Luhan langsung membuka kancing kemeja Sehun satu per satu. Tangan Luhan mengelus abs Sehun yang sangat seksi itu.

Sehun melepaskan ciuman mereka, "Itu geli."

Luhan tertawa dan mengalungkan tangannya dileher Sehun, "Lanjutkan saja kerjamu dan berhenti menggodaku seperti tadi!"

Sehun tersenyum, "Baiklah."

Seketika itu pula mata mereka tertutup dan bibir mereka bertemu. Lidah mereka melakukan pertarungan sengit hingga saliva—entah milik siapa menetes hingga ke dagu Luhan.

.

.

.

Sehun menaikkan pinggang Luhan ke atas sedikit. Diarahkannya kejantanannya yang besar itu ke hole Luhan. Luhan menggigit bibir bawahnya yang sudah membengkak itu. Mata sayunya menatap Sehun.

"Ini akan sakit, Han." Jelas Sehun.

"Ya, aku tau." Balas Luhan.

Sehun memasukkannya perlahan-lahan agar kekasihnya tidak kesakitan. Baru kepalanya saja, Luhan sudah menjerit tertahan.

Kejantanan Sehun itu masuk sepenuhnya ke dalam hole Luhan, "ARGGH!" pekik Luhan.

Ini memang sangat sakit, terlebih Sehun tidak pernah melakukannya lagi. Rasanya sangat penuh dan tubuh bawah Luhan seperti dirobek-robek.

Tanpa Luhan sadari, air matanya menetes deras. Dia mencengkram lengan atas Sehun untuk menyalurkan rasa sakitnya. Mata Luhan menutup rapat-rapat.

Sehun mengusap mata Luhan dan mengecup kelopaknya, "Sangat sakit, Han? Apa harus kuhentikan saja?"

"Tidak—arggh—lanjutkan saja!" jawab Luhan sambil membuka matanya.

Bibir Sehun bergerak ke leher Luhan dan mengecupnya. Dia tahu bahwa Luhan tidak mau ada bekas dilehernya, jadi Sehun putuskan hanya mengecupnya. Tangan Sehun memijat-mijat adik kecil Luhan agar Luhan melupakan rasa sakitnya. Dia masih belum berani bergerak karena tahu, bahwa ini sangat sakit untuk Luhan.

Setelah Luhan merasa lebih tenang, Sehun mulai bergerak dengan perlahan-lahan. Dia mengalungkan kaki Luhan dipinggangnya dan tangannya masih memijat adik kecil Luhan.

"Ahh Sehunnieh." Luhan menutup matanya sambil mengalungkan tangannya dileher Sehun.

Sehun mendesah tertahan begitu Luhan mengusap-usap rambutnya. Dia mulai mempercepat lajunya didalam hole Luhan. Luhan ikut tersentak ke atas sesuai dengan pergerakan Sehun. Mulutnya tak berhenti meracau tidak jelas.

Tepat saat Sehun mengenai prostat Luhan, Luhan langsung menjerit kegirangan, "Yeaaah! There, Sehun!" pekik Luhan.

Sehun menyeringai dan mempercepat lajunya lagi. Luhan hanya menjerit keenakan sambil menutup matanya. Luhan mulai merasakan dia akan sampai sebentar lagi. Holenya merapat dan menjepit kejantanan Sehun.

"Jangan—akh rapatkan begitu!" pinta Sehun. Sehun tidak mau hole Luhan terluka parah akibat—ekhem—seks mereka.

"Aku—akh! Lakukan saja aku hampir sampai." Ucap Luhan.

Sehun tetap menggerakkan kejantanannya didalam hole Luhan. Tangan kekasihnya mulai mencengkram bahunya, "Ahh Hunnie! Aku sampai—ah!"

"Keluarkan saja!" seketika itu sperma Luhan keluar dan mengenai badan Sehun.

Luhan langsung terdiam lemas. Namun karena hentakan Sehun yang belum keluar, Luhan ikut bergerak.

Tak lama dari Luhan, Sehun mulai menggerakkan punyanya semakin cepat, "Ahh!"

"Luhan! Aku—Ahh!" Sehun mengeluarkan spermanya tepat didalam Luhan.

"Ahh." Desah Luhan begitu Sehun mengeluarkan spermanya didalam hole Luhan.

Mata mereka terbuka dan bertemu. Luhan mengecup mata bibir Sehun. Dia ragu dengan tawarannya tapi, dia merindukan sentuhan Sehun.

"Mau satu ronde lagi?" tawar Luhan.

Sehun membulatkan matanya, "Benarkah?"

"Ya, dan cepat sebelum aku berubah pikiran." Luhan mengedipkan matanya.

.

.

.

"Dimana bajuku?" tanya Luhan kepada Sehun.

Sehun mengambil seutas kain yang dia duduki di jok supir, "Ini?"

"Ya!" Luhan mengambil baju yang ada ditangan Sehun.

Sehun menatap Luhan yang tengah memakai bajunya. Dia mengusap-usap kepala Luhan setelah Luhan selesai memakai bajunya.

Luhan melihat kemeja Sehun yang belum Sehun kancingkan dengan benar. Tangan Luhan meraih kemeja Sehun dan mengancingkannya.

"Terima kasih!" ucap Sehun.

Luhan membalas senyuman Sehun, "Sama-sama, Hunnie."

Sehun langsung menarik Luhan kepelukannya, "Aku merindukanmu."

"Aku juga." Luhan membalas pelukan Sehun.

"Habis kalau kita bertemu, kita selalu bertengkar seperti orang bodoh." Tambah Luhan.

"Hihihi, mau bagaimana lagi? Habisnya aku selalu lelah karena jadwal padatku." Sahut Sehun sambil melepaskan pelukannya.

"Setelah ini, kau ingin pergi kemana?" tanya Sehun.

"KEDAI ES KRIM!" jawab Luhan.

Sehun tertawa. Dia sangat memaklumi tingkah kekanakan Luhan yang berusia empat tahun dibawahnya.

"Baiklah." Sahut Sehun.

Sehun membawa mobilnya menjauhi tempat itu dengan hati sedikit sedih. Tapi, tak apa toh jika latihan dia akan terus kemari bukan?

"Sehun akan menemaniku latihan terus kan?" tanya Luhan.

"Ya,aku akan mengajarimu sampai kau bisa membawanya dengan benar—tidak seperti tadi." Jawab Sehun.

"YA! Aish!" Luhan langsung menekuk wajahnya.

Matahari semakin menurun seiring mereka berjalan menjauh. Dan percakapan tadi menjadi perbincangan panjang untuk mereka hingga sampai di kedai es krim. Meskipun semuanya menganggap mereka pasangan super-duper aneh, tapi mereka mencintai satu sama lain.

.

.

.

Luhan menatap Sehun dengan kagum, "Aku menyayangi Sehun! Aku akan menjadi penggemar nomor 1 Sehun selamanya."

"Ya, aku juga menyayangi Luhan." Balas Sehun sambil memakan es krimnya.

Menikmati kencan sambil memakan es krim dan duduk di bibir pantai. Bukankah ini kencan yang diinginkan Luhan? Mungkin besok Luhan akan berkoar-koar kepada Baekhyun tentang kencan romantisnya ini.

Badan mereka berhimpitan sambil menatap matahari senja. Tangan Sehun mengalungi pinggang Luhan, sedangkan kepala Luhan menyandar dibahu Sehun. Sebuah senja yang indah untuk pasangan kekasih bodoh ini. Tawa dan cekikikan kecil selalu keluar dari bibir mereka seperti ada yang menggelitiki mereka.

"Ini seperti kencan pertama kita." Ucap Luhan.

"Ya, kau benar." Balas Sehun.

Sehun menatap mata Luhan, sedangkan Luhan hanya menyeritkan dahinya. Dia berniat mengecup kening kekasihnya, namun Sehun langsung melihat bekas es krim disudut bibir kekasihnya. Dengan cepat Sehun mengecup sudut bibir kekasihnya.

"Kenapa?" tanya Luhan setelah Sehun selesai mengecup bibirnya.

Sehun hanya menggelengkan kepalanya, "Apa salahku hingga memiliki kekasih yang makannya seperti anak kecil?"

"YA KAU—" Luhan memekik.

Bibir Sehun langsung menyambut bibir Luhan yang hendak mengucapkan sumpah serapah dan ocehan tanpa akhir itu.

"Nah begini lebih baik." Ucap Sehun setelah melepaskan tautan mereka.

Pipi Luhan memerah, "YA! DASAR MESUM!"

END


Gimana? Ceritanya ngebosenin ya? Maaf banget ya abisnya masih amatiran HEHEHE XD. Ini fanfict pertama yang aku post dan ini pertama kalinya aku ngebuat adegan M kaya gitu, jadi maaf banget kalo adegannya gak hot hehehe XD

Masih bingung mau ngasih lanjutannya atau enggak-,- kalau yang review banyak aku bakalan usahain ngasih sequelnya.

Last! But not the least!

Review juseyoooo~~~