"A-apa!" Ucap seorang pemuda dengan raut wajah tidak percaya.

"Ya, begitulah." Seorang pria yang terlihat sangat berwibawa kembali meminum teh hijau yang sudah disediakan oleh wanita yang duduk di sampingnya.

"Ini adalah tuntutan keluarga Uzumaki. Hal yang bersifat turun-temurun seperti ini, kau harus menjalaninya, Naruto." Ujar wanita itu, menatap anak tunggalnya yang terlihat semakin lemas.

"Otou-san, Okaa-san, itu sama sekali tidak masuk akal!" Cetus pemuda itu, berusaha mengelak ucapan orangtuanya.

"Tapi, sekarang kau lihat saja penampilanmu." Ujar pria berambut pirang itu tersenyum sambil melihat penampilan anaknya yang berbeda.

"Hm, betul. Kau juga semakin tampan, dan lagi, kau harus menemukan gadis itu kalau kau ingin kembali seperti semula." Wanita berambut merah panjang itu menyeringai senang ditambah raut wajahnya yang jahil.

"Hah," Pemuda itu menghela nafasnya dalam-dalam. "Baiklah kalau begitu." Ucap pemuda berambut pirang itu, mata biru safirnya terlihat berkilat semangat –walau sebagian dari dirinya sangat malas berurusan dengan hal seperti ini.

Disclaimer : Masashi Kishimoto

Warning : Alternate Universe, Out Of Character, Typos, dan yang lainnya.

Pairing : NaruHina ^^

.

~Special Fic for my lovely best friend~

.

Chapter 1 : Tunangan

.

.

My Fiancee

Seorang gadis berambut biru tua lembut terlihat berjalan pelan menuju kelasnya. Mata berwana ungu keabu-abuan miliknya melirik keadaan disekitarnya. "Hah." Gadis itu menghela nafas lega mengetahui bahwa sekolah tempat ia menuntut ilmu masih sepi –hanya ada beberapa murid saja yang baru datang. Gadis itu merapihkan kemeja putih yang dibalut blazer coklat dan rok coklat tua bergarisnya.

Gadis itu memasuki kelas yang berpapan 2-B yang digantung di samping pintu kayu yang terlihat mewah itu. Segera saja ia duduk dibangkunya paling belakang dekat jendela yang terlihat nyaman baginya. Senyuman menawan terpahat diwajah manisnya. Yah… dia sangat lega karena teman-teman sekelasnya belum ada yang datang. Itulah kebiasaannya; berangkat pagi untuk menghindari tatapan-tatapan para murid di sekolahnya.

Gadis itu berpikir kalau ia sebaiknya pindah sekolah untuk menghindari tatapan para murid di sekolahnya. Tapi, kalau dipikirkan lagi, itu sangat tidak masuk akal. Masa cuma karena orang-orang sering memandanginya, dia mau pindah sekolah?

Masalahnya adalah gadis berwajah manis dengan sifat yang lemah lembut itu sangat pemalu. Lebih tepatnya, sangat-sangat amat pemalu. Dia heran, kenapa dirinya sangat suka dilihat seperti itu apalagi khusus untuk kaum adam yang sangat suka menatapnya seperti ingin memakan dirinya hidup-hidup. Oh ayolah, apakah dirimu belum tahu, kalau kau sangat manis?

"Ohayou Hinata-chan!" Seru gadis berambut merah muda pendek sebahu, menyadarkan lamunan gadis berambut biru itu.

"Ohayou Sakura-san." Ucap Hinata Hyuuga –gadis berambut biru panjang itu.

"Hinata-chan, kenapa kau selalu berangkat pagi seperti ini?" Tanya gadis berambut pirang diikat satu tinggi yang juga mendekati Hinata.

"Eh, i-itu…" Gadis itu tampak bingung ingin menjawab pertanyaan temannya.

"Sudahlah Hinata-san tidak usah dijawab." Potong gadis berambut coklat bercepol dua yang sudah berdiri di samping Hinata.

Teman-temannya –Sakura Haruno, Ino Yamanaka, dan Tenten terlihat menghela nafas menyadari kebiasaan temannya itu tidak pernah hilang.

"Ohayou!" Sapa sekumpulan pemuda yang memasuki kelas itu.

"Ohayou Sakura-chan!" Sapa pemuda berambut mangkok beralis tebal yang mengahampiri mereka.

"Ohayou Lee." Balas Sakura agak malas karena pemuda beralis tebal itu sangat suka sekali menggangunya.

"Hey! Kalian sudah tahu belum?"

"Tentu saja belum!" Potong Tenten kesal melihat temannya beralis tebal itu menanyakan pertanyaan bodoh.

"Aku 'kan belum selesai berbicara Tenten-chan." Sungut Rock Lee –pemuda itu, pundung di pojokkan kelas dengan aura hitam di sekelilingnya.

"Katanya ada murid baru lho!" Seru pemuda berambut coklat melanjutkan perkataan Lee yang belum selesai.

"He? Bagaimana bisa? Padahal aku belum mendengarnya! Sial aku keduluan! Kiba, kau curang!" Rutuk Ino, gadis itu kesal karena yang pertama mendapat info sepenting itu –menurutnya– bukanlah dia.

"Kenapa menyalahkanku?" Tanya Kiba, kemudian dia melempar senyumannya pada gadis berambut biru yang hanya melihat teman-temannya saja. "Ohayou Hinata-chan!"

"Ohayou Kiba-kun." Ucap Hinata, sepertinya dia agak tidak nyaman.

"Kau berlebihan Ino-san." Ucap gadis berkuncir empat ikut turut dalam pembicaraan tersebut.

"Eh? Temari-san? Kenapa ada di kelas ini?" Tanya Chouji –pemuda berbadan gempal itu juga ikut masuk kedalam kerumunan itu, sesekali ia memekan kripik kentang yang selalu ia bawa kemana-mana.

"Tentu saja, karena Temari-san ingin bertemu Shikamaru-kun!" Ucap Lee yang sudah selesai dengan acara pundung di pojokan kelasnya.

"Jangan membawa namaku dalam pembicaraan kalian." Ucap pemuda yang duduk tidak jauh dari sekumpulan orang-orang itu, dia menguap malas.

"Kenapa pagi-pagi sudah ramai seperti ini?" Tanya pemuda lainnya, dan pembicaraan yang tidak penting mulai mengalihkan topik yang tadi sempat jadi bahan pembicaraan.

.

.

.

Hinata kembali bernafas lega. Dia sudah bingung dengan omongan teman-temannya itu apalagi saat menyakut namanya dengan segelintir nama pemuda yang katanya menyukai Hinata Hyuuga, dia sangat malu mendengarnya. Sekarang gadis itu tengah duduk disebuah bangku panjang yang ada di halaman sekolahnya itu.

"Sebentar lagi pelajaran akan dimulai," Gumamnya sambil melihat benda kotak dengan jarum jam di dalamnya yang melingkar manis dipergelangan tangan kirinya. "Sebaiknya aku ke kelas."

Baru saja Hinata akan berdiri dari duduknya, matanya tidak sengaja melihat bunga mawar merah yang ada tepat di sebelah bangku panjang yang ia duduki. "Cantik." Gumamnya lagi, tangannya terulur ingin menyentuh mawar merah yang menawan itu.

"Aww." Ringisnya pelan, gadis itu menatap jari telunjuknya yang mengeluarkan darah –tadi saat ingin menyentuh bunga itu, jarinya tidak sengaja tertusuk duri yang dimiliki bunga mawar merah itu. Hinata mendekatkan jarinya ke bibirnya, ingin menghisap darahnya sendiri dan menahan rasa perih yang muncul.

Greb.

"Eh?" Gadis itu mendongakkan kepalanya melihat seorang pemuda yang berdiri di depannya.

"Sini aku bersihkan." Ujar pemuda berambut pirang yang menggenggam tangan Hinata.

Blush.

Seketika wajahnya memerah merona. Sekarang pemuda bermata biru cerah di depannya menghisap darah yang ada dijari telunjuknya. Hinata terpaku melihat pemuda itu.

"Manis." Ucapnya setelah selesai menghisap darah Hinata.

"E-eh." Hinata terpaku, tangannya bergetar. Pemuda yang berdiri di depannya itu sekarang sedang menyeringai memperlihatkan taringnya yang sedikit panjang.

"Kyaa!" Reflek gadis bermarga Hyuuga itu berteriak kencang. Dia mendorong pemuda yang di depannya dan berlari meninggalkan tempat itu.

"Aduduh," Pemuda itu meringis pelan kemudian dia merapikan kemeja putih yang dibalut blazer coklat dan celana panjang coklat tuanya. "Yah… tidak salah lagi. Pasti dia!" Ucap pemuda itu semangat, senyuman tipis hadir menghiasi wajah tampannya.

Hinata menuju bangkunya, dia terlihat sedang mengatur nafasnya. Mukanya memerah padam mengingat pemuda berambut pirang yang ada di halaman sekolah tadi, menghisap darah yang ada dijarinya. Jantungnya mulai berdetak tidak wajar.

"Hei, Hinata-san! Tadi kau kemana saja?" Tanya gadis bercepol dua yang duduk di depannya.

"I-itu, tadi aku ke halaman sekolah." Jawab Hinata gugup, dia menundukkan kepalanya.

"Begitu ya. Eh iya, ternyata benar apa yang dikatakan Kiba, ada murid baru dan sepertinya dia sekelas dengan kita." Ucap Tenten sambil tersenyum pada Hinata.

"Murid baru?" Hinata tampak berpikir, sesaat kemudian raut wajahnya berubah terkejut. 'Jangan-jangan…' Batinnya.

"Ohayou anak-anak!" Seorang guru berambut silver dengan masker yang menutupi sebagian wajahnya, memasuki kelas yang berubah menjadi hening.

"Ohayou Kakashi-sensei!"

"Nah, hari ini kita kedatangan murid baru lho. Namikaze-san silakan masuk." Ucap Kakashi Hatake –guru bermasker itu.

Seorang pemuda berambut pirang memasuki kelas itu. Mata birunya menjelajah sekeliling kelas. 'Dapat!' Batinnya, saat melihat gadis berambut biru tengah duduk diurutan bangku paling belakang tengah menatapnya kaget.

Pemuda itu tersenyum lebar menampilkan deretan giginya yang putih bersih. "Perkenalkan namaku Naruto Namikaze, mohon bantuannya!"

Bel istirahat baru saja berbunyi. Murid-murid dengan senangnya pergi keluar kelas, melepaskan penat yang ada dikepala mereka. Naruto –murid baru yang asuk di kelas 2-B terlihat sedang berbincang-bincang dengan teman barunya.

"Hei, Naruto! Kenapa kau pindah sekolah?" Tanya Kiba yang duduk di depan pemuda berambut pirang itu.

"Hm, aku sedang mencari seseorang." Jawab Naruto sambil tersenyum.

"Siapa?" Tanya Lee dengan semangat masa mudanya.

"Aku tidak tahu namanya, tapi sepertinya aku sudah mendapatkannya." Jawab Naruto lagi, pandangannya beralih ke arah gadis yang dicarinya.

"Bodoh." Perkataan pemuda berambut hitam mencuat sukses membuat urat kekesalan Naruto muncul.

"Hei kau! Diam saja." Balas Naruto sengit.

"Bagaimana bisa kau ingin mencari 'sesuatu' tapi kau tidak tahu 'sesuatu' itu. Bodoh." Ujar pemuda berwajah dingin itu.

Pemuda berambut pirang itu menatap kesal pemuda yang memanggilnya 'bodoh' itu. "Oi, Teme kau menggangu!" Ucapnya.

"Apa kau bilang 'Teme'? Hn, Dobe kau berisik!" Ucap Sasuke –pemuda berambut hitam mencuat itu semakin dingin. Dan, terjadilah perang tatap menatap dengan aura membunuh.

.

.

.

"Hinata-san, kau mau ikut ke kantin?" Tanya Tenten membalikkan badannya menatap Hinata yang duduk di belakangnya.

"A-aku sepertinya tidak bisa, aku akan ke perpustakaan." Jawab gadis bermata ungu keabu-abuan itu sambil merapihkan buku-bukunya."

"Kalau begitu, aku ke kantin dulu ya?" Ujar Tenten seraya bangkit dari duduknya. Hinata hanya menganggukan kepalanya kecil sebagai jawaban.

Hinata berjalan menuju ruang perpustakaan, pikirannya kini dipenuhi oleh pemuda yang menjadi murid baru di kelasnya itu. Bukan hanya itu saja, gadis pemalu itu juga memikirkan kejadian pagi tadi saat di halaman sekolah. Blush. Pipinya kembali bersemu merah, kala mengingat pemuda tersebut menghisap jari telunjuknya yang berdarah. Gadis itu mencoba menghilangkan pemikirannya itu.

Setelah sampai di perpustakaan, Hinata segera mencari buku yang ingin ia pinjam. Dia berjalan menuju rak-rak buku yang menjulang tinggi. Mata berwarna ungu keabu-abuan itu melirik setiap buku di rak coklat itu. Dapat, matanya melihat buku berwarna biru yang sedang ia cari. Jari lentiknya mencoba menggapai buku tersebut, tapi belum ia sentuh buku itu, tangannya sudah digenggam seseorang.

Greb.

"Eh? Kyaa." Spontan Hinata berteriak. Tangannya tiba-tiba saja ditarik oleh seseorang. Sekarang pemuda berambut pirang yang memeliki tiga goresan horizontal dikedua pipinya berdiri di hadapan Hinata yang hanya berjarak satu kepalan tangan saja. Gadis itu membeku melihat apa yang ada di depannya, wajahnya memerah padam, jantungnya juga berdegup kencang, dan satu detik kemudian pandangannya buram. Yang terakhir ia lihat hanya iris biru safir yang bersinar cerah.

.

.

.

"Hah, kenapa bisa pingsan?" Gumam pemuda berambut pirang sambil melihat gadis yang duduk di depannya tengah bersandar pada dinding sambil memejamkan matanya.

Naruto merendahkan badannya, menatap Hinata yang masih tertidur, menatap setiap lekukan wajahnya yang menggemaskan. Pemuda itu mengeleng-gelengkan kepalanya karena secara tidak sadar tangannya terulur ingin menyentuh wajah manis milik gadis berambut biru itu. "Hei, bangunlah." Ucapnya agak keras dan sepertinya berhasil, gadis di depannya itu mulai membuka matanya.

"Eng," Hinata mengerjapkan matanya, setelah benar-benar sepenuhnya sadar, dia langsung berdiri. Tapi, karena Naruto yang ada di depanya dengan jarak yang cukup dekat membuat kepala mereka beradu. "Aww." Rintihnya pelan, mengelus dahinya yang agak memerah karena bertabrakkan dengan dahi seseorang yang ada di depannya. 'Eh? Seseorang?' Batinnya sambil menatap lurus ke depan.

"Aduh, kau ini ceroboh sekali." Ucap Naruto sambil mengelus dahinya juga.

Seakan ada sesuatu yang menyerangnya, gadis itu membeku di tempat. Tubuhnya entah kenapa menjadi kaku, pandangannya masih menatap seorang murid baru yang ada di kelasnya.

Naruto menaikkan satu alisnya. "Hei, kau kenapa?" Tanyanya, tangan kanannya melambai-lambai di depan wajah Hinata.

"Eh?" Hinata langsung berdiri lagi, dia menjauh sedikit dari pemuda itu. "K-kau siapa?" Tanyanya, pipinya masih memerah karena pemuda itu.

"He? Bukannya aku sudah memperkenalan diriku ya?" Naruto segera bangkit berdiri, dia mendekati gadis itu. semakin dia mendekati gadis itu, semakin pula gadis itu melangkahkan kakinya mundur ke belakang. "Namaku Naruto Namikaze. Aku datang ke sini untuk mencari tunaganku yaitu… kau."

To Be Continued

Yaa~ haloo semuanya~ Ghifia membawa Fic ini spesial buat sahabat aku yang ulang tahun tanggal 14 juli kemarin. Maaf lama… Yah, ini hadiah kecil buat dia.

Oke adakah yang ingin mereview fic ini? Aku menunggu komentar kalian tentang fic yang entah kenapa jadinya aneh seperti ini. Jangan lupa review ya~

.'.Ghifia Kuraudo.'.