Disclaimer : Akira Amano

Warning : Mohon dimaklumi jika ada typo(s), alur kecepetan, kelambatan, dan hal-hal tidak berkenan lainnya.

Pairing : FonxFem!Mammon

.

.

Comfort

.

.

.

Lagi, Fon melihatnya. Bel yang bermanja-manja pada Mammon dan Mammon yang bersikap lunak pada Bel. Padahal Mammon adalah orang yang sangat cuek dan tidak pernah peduli pada siapapun, bagaimana bisa dia baik hanya kepada Bel.

Tanpa disadari orang-orang yang ada di sana, sang angin menatap kedua penjaga Varia dengan dahi berkerut dan tanpa senyum, tidak seperti dirinya yang biasa.

"Mammon, Pangeran ingin makan sushi, temani," ucap Bel sambil melingkarkan tangannya di bahu Mammon.

"Tidak mau,"

"Pangeran traktir,"

"Muu, baiklah,"

"Hee, Bel dan Mammon-san akrab ya," Tsuna yang merapihkan berkasnya tersenyum melihat keakraban kedua anggota Varia.

"Ya~, Mammon-chan selalu memanjakan Bel-chan sih," ucap Lussuria sambil menyesap teh yang diberikan oleh Chrome.

Saat itu mereka sedang berada di markas Vongola yang berada di Jepang. Lussuria, Bel dan Mammon sedang mengurus berkas untuk memasukkan Fran ke dalam Varia dalam beberapa bulan ke depan. Fon sedang datang berkunjung untuk menemui Reborn dan menunggu di ruang kerja Tsuna.

"Hmm, sebelum kalian pergi, aku ada permintaan untuk Varia," ucap Tsuna sebelum Bel menarik Mammon berdiri.

"Boss, ini," Chrome memberikan sebuah berkas kepada Tsuna yang diterima dengan senyum terima kasih.

"Sebenarnya, kita akan menjalin kerja sama dengan Famiglia yang baru, bernama Mangusta Famiglia. Tetapi, Boss dari Mangusta memiliki tawaran yang cukup sulit untuk kupenuhi tanpa bantuan kalian sebelum menjalin kerja sama secara formal," ucap Tsuna.

"Ara, apa yang mereka inginkan?" Lussuria membenarkan kacamatanya dan terlihat tertarik.

"Boss Mangusta, Fernando, ingin tinggal bersama Varia selama seminggu, ditemani asistennya," ucap Tsuna sambil menggaruk belakang kepalanya canggung.

"Ushishishi, apa dia gila? Dia ingin tinggal bersama kelompok assasin nomor 1 di dunia?" Bel tertawa seakan-akan itu hal terkonyol yang pernah di dengarnya.

"Muu, jangan bercanda. Varia bukan tempat hiburan. Kalau mau berwisata, suruh saja dia pergi ke Mafia Land," ucap Mammon dengan nada malas.

"Sebenarnya, dia punya satu syarat lagi selain tinggal di Varia," ucap Tsuna terlihat sulit melanjutkan kata-katanya. "dia secara pribadi ingin agar Mammon-san yang mendampinginya selama dia berada di Varia," ucap Tsuna dengan hati-hati.

"Muu?"

Fon mengernyitkan dahinya curiga mendengar hal itu. Kenapa harus Mammon?

"Ara? Kenapa Mammon-chan?"

"Entahlah, sepertinya dia sangat tertarik terhadap Mist Arcobaleno," ucap Tsuna tidak yakin.

"Aku menolak. Aku tidak tertarik menjadi pengasuh Boss mafia begitu," jawab Mammon tegas.

"Dia menambahkan, bersedia membayar berapapun jumlah uang yang diminta dimuka," tambah Tsuna.

"Aku terima," ucap Mammon cepat.

Tsuna hanya bisa memaklumi sifat serakah sang illusionis yang sudah dangat terkenal.

"Ushishishi, Mammy~ bukankah orang ini terdengar mencurigakan?" Bel mengerutkan dahinya mendengar Mammon menerima tawaran itu.

"Muu, tenang saja, akan kuminta uang dalam jumlah yang sangat banyak, bahkan berkali-kali lipat dari misi yang kita jalankan sebelumnya," ucap Mammon yang membuat semua orang di sana harus kembali memaklumi sifat serakah nya.

"Mou, Mammon-chan tidak boleh begitu. Tapi, kami tetap harus memberitahukan hal ini pada Boss dan Komandan," ucap Lussuria.

"Baiklah, karena Mammon-san sudah menerima tawarannya aku akan menunggu konfirmasi dari Xanxus-san dan Squalo-san," ucap Tsuna sambil tersenyum.

Begitu Lussuria, Bel dan Mammon keluar dari ruangan itu, Fon membuka suaranya.

"Tsuna-kun, kalau aku boleh tahu, sepeti apa Boss Mangusta itu?"

"Tuan Fernando? Hmm, dari informasi yang kudapat, dia menjalankan bisnis secara bersih, belum lama membangun Famiglia nya dan orang yang hebat dalam menjalankan bisnisnya," ucap Tsuna sambil berpikir.

"Bagaimana dengan kepribadiannya?"

"Seingatku dia dikenal baik oleh para kolega nya, hanya saja," Tsuna menggantungkan kata-katanya.

"Ada apa?"

"Eh, kudengar dia playboy yang cukup parah dan suka mengejar wanita," ucap Tsuna, tiba-tiba teringat pada seorang dokter yang diragukan kredibilitasnya karena hanya mau merawat perempuan.

"Begitu ya," gumam Fon dengan senyum ramahnya yang biasa, hanya saja aura yang dipancarkan entah kenapa membuat Tsuna merinding tidak nyaman.

Sebenarnya, intuisinya mengatakan ada 'sesuatu' yang disembunyikan oleh Mangusta Famiglia dalam menjalankan bisnisnya. Tapi melihat senyum Fon dia mengurungkan niatnya.

XXXXX

"Muu, dia akan datang hari ini? Kenapa tiba-tiba?" Mammon mengernyitkan dahinya mendengar berita dari Tsuna.

Disaat-saat Boss nya dan Squalo sedang menemui Famiglia lain untuk membicarakan pekerjaan dan hubungan bisnis, Bel sedang pergi menjalankan misi sambil mengajarkan Fran yang baru bergabung bersama Lussuria dan Levi.

"Aku malas bersosialisasi dengan orang yang tidak kukenal, muu. Kenapa harus disaat tidak ada orang begini," gumam Mammon sebal sambil membuang pandangannya ke luar jendela, melihat salju yang berjatuhan.

Andaikan saja Boss Mangusta tidak mengirimkan bayaran sebesar tiga kali lipat dari misi yang dijalani sebelumnya, dia pasti akan menolaknya. Sayang, uang sudah terlanjur diterima sehingga dia harus pasrah melaksanakan pekerjaannya.

Seperti yang Tsuna katakan, Fernando, seorang laki-laki berusaia awal tiga puluhan dengan rambut berwarna cokelat kemerahan dan mata berwarna biru, bersama asistennya yang bertubuh besar dan berkulit gelap, Giorgio, atau Gio datang malam itu ke mansion Varia. Mammon dengan sikap seadanya menyambut mereka berdua.

"Kenalkan, saya adalah Fernando, Boss dari Mangusta Famiglia, tapi Nona bisa memanggil saya Fernan," ucap Fernan memperkenalkan diri sambil menyentuh tangan Mammon dan menciumnya.

'Nona?' Mammon mendengus di dalam hati dan berusaha sekuat tenaga untuk tidak menarik tangannya yang sedang digenggam oleh Fernando.

Mammon sering kali mendengar berita bahwa banyak orang yang meragukan gender nya karena pakaiannya menyembunyikan gender nya dan tidak pernah ada yang memanggilnya dengan sebutan 'Nona' sebelumnya. Lagipula, dia lebih suka dianggap sebagai laki-laki.

"Dan ini adalah asistenku, Giorgio, atau Gio," ucap Fernando sambil melepaskan tangan Mammon perlahan, digantikan oleh bungkukkan hormat oleh Gio.

"Baiklah, kalau begitu saya akan mengantarkan anda ke kamar anda, lalu mengajak anda ke ruang makan," ucap Mammon sambil menunjukkan jalan.

Fernan dan Gio mengikuti dari belakang. Mereka jalan dalam diam. Mammon terlalu malas untuk memulai pembicaraan. Lagipula, dia itu assassin bukan pelayan atau hostess yang kerjanya mengajak bicara dan beramah-tamah. Ramah, tidak ada dalam kamusnya.

Mungkin, karena tidak merasa nyaman dengan suasana yang sepi, Fernan berusaha mengajak Mammon bicara. Mulai dari Famiglia nya, hingga hal-hal pribadi. Bahkan, pembicaraan (secara sepihak) itu berlanjut selama makan malam. Mammon hanya menanggapi seadanya tanpa ada niat membuat pembicaraan menjadi lebih interaktif.

"Nona Mammon, apakah saya bisa meminta anda menemani saya minum sebentar?" Fernan tersenyum sambil memberikan gelas kepada Mammon.

Tidak.

Batin mengatakan hal lain, namun apa mau dikata. Pekerjaan adalah pekerjaan dan dia sudah dibayar untuk menemani pria itu.

"Baiklah," ucap Mammon sambil menerima gelas dan duduk di hadapan pria itu di beranda ruang tengah..

Fernan menuangkan wine ke gelas Mammon dan gelasnya, lalu mengajak Mammon bersulang yang dibalas oleh Mammon. Selagi mereka menikmati wine, Fernan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada Mammon yang seringkali bersifat pribadi. Dan, seperti biasanya Mammon hanya menjawab dengan jawaban diplomatis atau seadanya.

"Hahaha, saya lihat anda ini kurang suka berbicara ya," ucap Fernan sambil tertawa, dia terlihat tertarik pada Mammon.

Sudah tahu masih diajak bicara!

Mammon hanya diam menanggapi perkataan Fernan.

"Saya harap ini karena kita baru saja bertemu. Saya sangat ingin berbicara dengan Nona Mammon dan mengetahui Nona Mammon lebih dalam," ucapnya sambil meraih tangan Mammon yang ada di meja dan menggenggamnya sambil menatap Mammon dalam.

Mammon beruntung dia memakai jubah dan tudung, sehingga laki-laki di hadapannya tidak bisa melihat reaksi Mammon. Dia merasakan perasaan tidak enak melihat dari tingkah dan tatapan laki-laki itu padanya.

"Maaf, tapi saya dibayar untuk menemani anda selama di Varia, bukan berakrab-akrab dengan anda," ucap Mammon dengan tegas sambil menarik tangannya dan berdiri. "hari sudah mulai larut, setelah perjalanan jauh, saya rasa sebaiknya anda istirahat. Kalau begitu, saya akan kembali ke kamar saya," ucap Mammon sambil berjalan keluar dari ruangan itu dan masuk ke kamarnya.

Mammon seakan masih bisa merasakan tatapan tajam dan intens yang diberikan Fernan kepadanya dan hal itu membuatnya merasa kesal. Kalau bukan karena bayarannya, dia sudah mengutuk laki-laki tadi dengan mimpi buruk.

Mammon mengambil ponselnya dan menatap nama-nama di layar ponselnya. Teman-teman Varia nya baru akan pulang sekitar minggu depan atau bulan depan. Dia tidak ingin mengganggu mereka. Siapa yang harus dia telpon?

Skull? Ah, dia malah akan membuat semuanya berantakan dan membuat Mammon semakin kesal. Luce? Kalau berurusan dengan laki-laki seperti itu sih, yang ada berdua dalam bahaya. Reborn? Rasanya mengesalkan meminta tolong pada orang yang berusaha menjadikan semua hal sebagai hiburan. Yang ada dia malah menungkan minyak ke dalam api. Lal? Colonello? Hmm, sepertinya mereka sedang melakukan training camp bersama Basil dan beberapa anggota Vongola. Verde? Hah, dia tidak pernah peduli pada hal lain selain penelitiannya. Fon? Pasti akan diceramahi karena mengutamakan uang.

Mammon berpikir lama sambil menatap layar ponselnya, akhirnya memutuskan untuk menelpon Fon dengan ragu.

Bep

Bep

"Ya, halo?"

Mammon terdiam mendengar suara Fon. Apa yang mau dikatakannya? Dia takut berada di mansion bersama laki-laki aneh dan kelewat akrab yang baru dikenalnya? Memalukan, dia kan anggota Arcobaleno, mantan pemegang pacifier dan salah satu assasin terkuat.

"Mammon? Kau ada di sana? Ada apa?"

Suara Fon terdengar lembut dan perhatian seperti biasanya, bahkan terkesan sedikit khawatir.

"Martial Arts sialan, datang ke mansion Varia secepatnya. Jangan lupa bawa barangmu, kau tinggal di sini selama beberapa waktu,"

BEP

Mammon segera mematikan ponselnya setelah mengatakan hal itu. Dia tidak ingin mendengar ceramah dan filsofi dari Fon.

XXXXX

"Muu!"

"Hai Mammon,"

Fon tersenyum ceria ketika Mammon membuka pintu mansion. Dia sempat heran siapa yang datang ke markas Varia sepagi itu dan tidak menyangka melihat sang ahli beladiri berdiri di sana dengan senyumnya yang biasa.

"Kenapa kau ada di sini!" Mammon menyerukan pertanyaannya dengan nada kaget.

"Bukankah kemarin kamu yang menyuruhku datang ke Varia secepatnya?" Fon bertanya balik, masih tidak menghilangkan senyuman di wajahnya.

Mammon menganggukkan kepalanya mengingat kejadian semalam. Tapi dia tidak menyangka Fon akan datang secepat ini. Jujur saja, dia merasa sangat lega melihat Fon. Setidaknya, dia tidak harus berdua bersama orang yang suka menyentuhnya itu.

"Nona Mammon, siapakah itu?"

Mammon hampir terlonjak kaget ketika mendengar suara Fernan tepat dibelakangnya. Orang itu suka sekali menginvasi daerah pribadi Mammon. Fon menatap Fernan heran, tetapi tidak menghilangkan senyum dan tatapan ramahnya.

"Perkenalkan, saya Fon, teman Mammon," ucap Fon sambil menyatukan kedua tangannya dan membungkukkan badannya.

"Oh, salah satu dari Arcobaleno?" tanya Fernan dengan penasaran.

"Benar, saya adalah Storm Arcobaleno, Fon," ucapnya sambil tersenyum.

"Lalu, ada perlu apa kemari?" tanya Fernan, dengan nada tidak suka yang tidak disadari oleh Mammon.

Sayangnya sang ahli bela diri cukup jeli melihat rasa tidak suka laki-laki itu.

"Apa salahnya mengunjungi teman lama? Lagipula aku memang sudah berjanji untuk menginap di sini, benar kan Mammon?" Fon mengarahkan senyum andalannya ke arah Mammon.

"Itu benar," Mammon menganggukkan kepalanya. "masuklah, akan kuantarkan ke ruanganmu," ucap Mammon sambil membuka pintu semakin lebar, mempersilahkan Fon masuk.

Fon tersenyum dan menuruti perkataan Mammon, lalu mengikuti perempuan itu masuk ke dalam, mengabaikan tatapan tidak suka dari Fernan.

"Hhh, sepertinya rencanaku akan menjadi sulit. Keberadaan Storm Arcobaleno itu mengganggu," gumam Fernan sambil mengacak rambutnya.

XXXXX

"Ini kamarmu,"

Fon memasuki kamar itu dan meletakkan barang bawaannya. Mammon masih berdiri di depan pintu sambil memperhatikan Fon.

"Ne, Mammon, apa laki-laki tadi yang memintamu menemaninya selama ada di Varia?"

Fon membalikkan badannya dan menatap Mammon yang mengalihkan pandangannya ke luar jendela.

"Iya,"

"Apakah aku boleh berasumsi bahwa kamu ingin aku datang ke sini berhubungan dengan pria itu?" Fon mendekati Mammon yang langsung membalikkan badannya.

"Entahlah. Kalau kau sudah selesai meletakkan barangmu, ayo sarapan," ucap Mammon, berusaha mengalihkan pembicaraan.

Fon menghela napas sambil tersenyum dan berjalan mengikuti Mammon ke ruang makan. Di sana dia berkenalan dengan Gio, asisten milik Fernan. Fernan datang tidak lama kemudian dan menghampiri Mammon, lalu mengangkat tangan Mammon dan menciumnya, seperti yang dia lakukan hari sebelumnya.

Fon menyembunyikan rasa tidak sukanya dengan baik, hasil dari latihan dan meditasi yang sering dilakukannya. Dia berhasil mempertahankan sikap lembut dan ramahnya, berkebalikan dengan keinginannya menarik Mammon menjauh dari orang itu.

"Selamat pagi, Nona. Maaf aku tidak sempat memberikan salamku padamu pagi tadi," ucap Fernan sambil menunjukkan senyumnya yang selalu berhasil membuat perempuan tersipu.

Sayang, kalau soal aura cassanova, Mammon sudah cukup kebal mengingat Reborn yang selalu dapat memperdaya wanita dengan sikapnya yang gentleman, Fon yang diam-diam memiliki banyak penggemar perempuan karena senyum lembut dan ramahnya yang anehnya malah membuat Mammon selalu kesal, Bel yang entah kenapa memiliki banyak penggemar walaupun sifatnya yang cukup psikopat juga seringainya yang seperti kucing Cheshire, juga Mukuro yang sering modus dengan para perempuan walaupun sudah memiliki Chrome.

Dengan kata lain, senyum Fernan sama sekali tidak memiliki pengaruh bagi Mammon dan Mammon hanya menarik tangannya pelan, lalu menganggukkan kepalanya.

"Tidak apa," ucap Mammon singkat.

Fernan mengambil tempat duduk di hadapan Mammon sambil tersenyum kepada Mammon, sedangkan Gio di sebelahnya. Fon duduk di sebelah Mammon. Selama sarapan, Fernan memperhatikan Mammon dengan tatapan yang intens. Fon, sedikit mengernyitkan dahinya, merasa tidak suka dengan tatapan yang diberikan oleh Fernan kepada Mammon. Tapi, yang bersangkutan malah tidak menyadarinya dan makan dengan tenang.

Setelah sarapan, Fernan meminta Mammon mengantarkannya berkeliling di mansion Varia. Mammon menyetujuinya dan mengantarkan Fernan berkeliling mansion. Fon dan Gio mengikuti Mammon dan Fernan di belakang mereka berdua.

Fernan orang yang cukup interaktif, dia berusaha mencari topik yang menarik untuk Mammon. Sayangnya untuk Mammon yang menarik hanya uang, sehingga komunikasi di antara mereka dapat dibilang tidak berjalan lancar.

Fon di belakang mereka sambil berbicara dengan Gio, berkali-kali mengawasi dengan waspada setiap kali Fernan menunjukkan gestur yang terlihat intim atau sengan dengaja berjalan mendekati Mammon.

Tetapi yang membuat Fon tenang adalah Mammon yang berusaha menjaga jarak setiap kali jarak diantara dirinya dan Fernan berkurang. Mungkin hal itu memang karena sifatnya yang selalu menjaga jarak jika bersama orang lain sehingga secara tidak sadar dia menjauh, atau mungkin memang dia merasa tidak nyaman dengan sikap Fernan yang kelewat akrab.

Fon hanya bisa mengulum senyum membayangkan kerutan di dahi Mammon yang pastinya semakin dalam dan bibirnya yang melengkung ke bawah. Ekspresi yang paling sering ditunjukkannya kalau Fon sudah mulai menasehatinya.

Mammon melihat dari ekor matanya Fon yang sedang berusaha menahan senyum dan merasa kesal. Jujur saja, Mammon memang selalu merasa kesal setiap kali melihat senyum Fon.

Saat Fernan membuka salah satu ruang tamu lama dan melihat-lihat bagian dalamnya diikuti Gio, Mammon menarik kepang Fon dengan kasar saat laki-laki Asia itu berniat masuk ke dalam ruangan.

"Ahli Bela Diri sialan, siapa yang minta kamu datang kesini hanya untuk senyum-senyum tidak jelas saat laki-laki itu mengajakku bicara," desis Mammon tajam, masih memegang kepang rambut Fon.

"Memangnya kamu mau aku bagaimana?" walaupun rambutnya ditarik dengan kasar, Fon masih tidak melepaskan senyum lembutnya dan bertanya pada Mammon dengan tatapan bingung.

Mammon mendengus mendengar perkataan Fon. Yah, memang dia belum mengatakan pada Fon alasan memanggilnya dari Cina.

"Kalau laki-laki itu mengajakku bicara, kau yang balas," ucap Mammon sambil melepaskan genggamannya dari kepangan Fon.

"Kenapa?" Fon menaikkan alisnya tidak mengerti.

"Aku malas bicara dan tidak tertari berakrab-akrab dengan orang yang baru kutemui," ucap Mammon malas.

"Hei, ini kan pekerjaan yang kamu terima. Aku di sini untuk menemanimu, ingat? Bukan menggantikanmu bekerja," ucap Fon dengan dahi berkerut, membuat Mammon melengkungkan bibirnya ke bawah sebal.

"Tenang saja, kalau aku lihat kamu mulai kesulitan, aku akan membantumu. Aku akan selalu ada di sisimu, menjagamu," ucap Fon berusaha menenangkan Mammon yang kesal.

Mammon hanya mendengus mendengarnya, tetapi menuruti perkataan Fon dan mengikuti Fernan masuk ke dalam ruangan.

Selama seharian mereka mengelilingi mansion Varia dan selama itu juga Fernan berusaha mencuri kesempatan untuk menyentuh Mammon yang sayangnya gagal. Mammon sama sekali tidak menyadari niat Fernan sehingga saat Fernan berniat menggandeng tangan atau lengannya, memeluk bahunya atau menyentuhnya sedikitpun, Fon yang selalu mengganggu Fernan dengan cara halus.

Mansion Varia terlalu luas untuk di kelilingi dalam satu hari hingga tidak semua tempat mereka lihat. Matahari sudah mulai terbenam dan makan malam sudah disiapkan oleh para anggota Varia sehingga mereka mengakhiri kegiatan mereka.

"Nona Mammon, maukah anda menemani saya berbincang-bincang di kamar saya sebentar?" tanya Fernan saat Mammon sedang berjalan menuju kamarnya seorang diri.

"Baiklah," Mammon menjawab dengan tegas walaupun sempat ragu.

Dia berpikir untuk mengajak Fon juga, tapi sepertinya akan aneh kalau dia tiba-tiba mengajak Fon. Lagipula, dia tidak mau terlihat terlalu bergantung pada si Ahli Bela Diri tukang ceramah itu.

Begitu mereka sampai di kamar Fernan, Mammon duduk di sofa yang ada di kamar itu sementara Fernan menunangkan wine. Fernan memberikan segelas wine kepada Mammon dan duduk di sebelahnya sambil meminum wine miliknya.

"Jadi, kudengar hanya kau satu-satunya perempuan yang pernah bekerja di Varia,"

Mammon berusaha menahan rasa kesalnya ketika Fernan menyinggung gendernya. Dia tidak pernah suka ada yang menyinggung gendernya secara terang-terangan begini.

"Hebat sekali! Tetapi, aku penasaran. Wanita sehebat anda, apakah, sudah ada yang memberikan tanda pada tubuhmu ini?" Fernan bertanya dengan nada yang membuat Mammon bergidik jijik.

Tatapan intens laki-laki itu serta gerakannya yang berusaha memperkecil jarak diantara mereka membuat Mammon ingin menendangnya atau memberinya peringatan dengan ilusinya. Tapi bayaran yang dibayarkan cukup besar dan berhasil membuat Mammon menahan dirinya.

"Nona, kalau belum ada yang memberikannya, izinkan aku untuk memberikannya padamu," ucap Fernan sambil mengamati Mammon dan menjilat bibirnya.

"Maaf, aku tidak perlu,"

Mammon bisa merasakan seluruh bulu kuduknya berdiri karena jijik melihat tatapan dan cara bicara Fernan.

"Jangan bicara begitu. Aku ini bukan tipe pria yang mudah menyerah karena ditolak sekali lho, Apalagi masih belum ada yang memberikannya padamu kan?"

Tiba-tiba laki-laki itu menyentuh paha Mammon, membuat sang ilusionis tidak bisa menahannya dan menghipnotis pria itu tertidur.

"Gawat,"

Mammon berhasil menangkap gelas wine milik Fernan sebelum laki-laki itu menjatuhkannya, Saat Fernan menjatuhkan tubuhnya ke arah Mammon, dia segera berdiri dan menghindari laki-laki itu, membiarkannya terjatuh ke lantai.

Ya, Mammon lebih mementingkan wine milik tamunya karena khawatir jika terjatuh akan menodai sofa dan karpet, sehingga memikirkan biaya cuci dan ganti perabotan. Dia lebih memilih membiarkan tamunya terjatuh ke lantai. Setelah meletakkan dua gelas di meja, dia menggunakan kinesisnya untuk meletakkan Fernan di atas kasurnya. Tidak mungkin dia mengangkat Fernan dengan kemampuannya sendiri mengingat kekuatan fisiknya sangat lemah.

Begitu selesai meletakkan Fernan di atas kasurnya, Mammon segera keluar dari kamar itu dan kembali ke kamarnya. Begitu pintu kamarnya tertutup, dia bersender di pintu kamarnya.

"Jangan bicara begitu. Aku ini bukan tipe pria yang mudah menyerah karena ditolak sekali lho, Apalagi masih belum ada yang memberikannya padamu kan?"

Mammon kembali merasakan bulu kuduknya berdiri karena jijik mengingat kata-kata dan sikap Fernan tadi.

"Ini…benar-benar merepotkan," gumam Mammon dengan kesal.

To be continue…

XXXXX

Haii! Selamat Valentine semua!

Maafkan Sacchan yang ga kelar-kelar ngerjain LSIA tapi terus-terusan buat fanfict lain yaa

Sacchan bener-bener suka sama mereka berdua sih!

Jadi, Comfort akan update setiap Rabu sampai chapter terakhir saat White Day!

Please review, kritik dan saran yaa!