.
Tokyo Ghoul:re (c) Ishida Sui
Possibility OOC, AU, chara fandom lain keseret. Promosi game juga- #eh
.
"Gaming terus."
Koori berkomentar, melihat Hairu dengan posisi terlentang di atas sofa ruang tamu sambil memegang handphone. Dari kejauhan pun, Koori bisa melihat jelas kalau Hairu tengah bermain game—Kakoikomi no Jikan apalah. Ia menghela napas ketika jawaban tak kunjung terdengar.
Sudah beberapa hari sejak Hairu mulai 'ketergantungan' pada permainan itu. Dan jelasnya, Koori terganggu. Dua minggu ini Hairu libur karena grup teaternya masih mempersiapkan naskah untuk pertunjukan selanjutnya. Kalau ia keterusan, Koori takut kegiatannya akan terganggu. Ia tidak bisa terus mengawasinya karena sebagai seorang mahasiswa semester terakhir, ia terus dibuat sibuk oleh tugas dari dosen dan skripsinya.
"Hairu."
"Yah, yah, yah— Nagisa kena serang. Koori Senpai..." Hairu menengadah, melihat Koori yang berdiri di belakangnya, menatap datar dirinya.
Kalau boleh jujur, sebenarnya Koori cemburu.
'Ya, serius? Cemburu pada game?' Berpikirlah seperti itu. Tapi lebih dari setengah dari waktu Koori di rumah, Hairu selalu berkutat dengan handphone-nya. Di sofa, di kasur, di sebelah tempat mengisi baterai, di dapur, dan kemungkinan di kamar mandi? Entahlah. Sebelum Hairu mengenal game tersebut, ia akan berlari ke pintu depan dan memeluknya sehabis pulang dari kampus. Sekarang, Koori hanya mendengar "Selamat datang~" yang diteriakkan entah dari mana—bersama handphone dan gamenya, tentu.
"Minta waktunya sebentar, bisa?" Uh, kenapa ini malah terasa lebih canggung? Nada bicaranya seperti saat Koori berbincang dengan seniornya. Parah. Hairu bergumam seraya menganggukan kepalanya sekali. Matanya masih terfokus pada layar.
"Sebentar, sayang?" Koori mengambil handphone dari tangan Hairu, menaruhnya di saku celana. Hairu menghela napas, kemudian mendudukkan diri dan bersandar di sofa. Koori mengambil tempat di sebelahnya, sebelum mulai berceramah.
"Sekarang hari apa?" Koori memulainya dengan pertanyaan sederhana. Ia tahu Hairu belum tentu bisa menjawabnya. Hairu membuka mulutnya, bersiap untuk menjawab setelah berpikir beberapa saat.
"Mm... Kamis?"
"Salah," Koori menyilangkan tangannya, menaruh kaki kanan di atas yang lainnya. "sekarang hari sabtu. Kau sudah berapa lama tidak melihat kalender, hah?"
"Eeh..." Hairu cemberut, mengubah posisi duduknya menghadap ke arah Koori. "Pasti soal game, ya?"
"Itu kau tahu." Koori menghela napas panjang, kemudian melanjutkan. "Sudah enam hari sejak kau mulai bermain game. Aku tidak peduli kau dapat pengaruh dari mana, tapi yang jelas ini mengganggu dan tidak baik untukmu, Hairu."
Hairu menunduk, mengangguk pelan. "Aku tidak melarangmu bermain game. Aku hanya memintamu untuk menghabiskan waktu lebih banyak di dunia nyata daripada virtual, lebih banyak berinteraksi dengan orang orang—termasuk aku," lanjutnya.
Sekali lagi, Hairu mengangguk. "Kalau kamu lebih cinta game, aku pergi, loh."
"Yaaaahh," Hairu memelas, mengguncang tubuh Koori. "Jangan dooong."
"Makanya," Koori sweatdrop, mengusap puncak kepala Hairu. "jangan diulangi lagi, ya? Untuk hari ini, aku sita dulu. Kalau besok kau mengulanginya, aku akan menyuruhmu pergi ke teater untuk membantu senior-seniormu."
"Uhh..." Hairu mendesis. "Ayolah. Setengah jam, deh." Ia menggeser tubuhnya mendekat, wajah memohon terpasang. Koori menggeleng. Hairu kian merapat, lalu mendorong Koori ke sisi sofa. Tangannya merogoh masuk saku celana Koori, "Ya?"
Tatapan Koori menajam. Meski raut Hairu begitu kurang ajar, Koori masih bertahan. Ia menggenggam pergelangan tangan Hairu, mendorongnya balik. "Tidak hari ini, Hairu." Ia tersenyum tipis, sebelum mulai menghapus jarak dirinya dengan Hairu.
.
fin
.
...ending yang kurang sehat. *nangis*
—Maicchi—
