"Akhirnya selesai juga." gumam Severus Snape seraya menyeka sedikit keringat yang ada di dahinya.

3 hari lamanya dia berkutat dalam lab pribadinya untuk membuat ramuan yang dipinta oleh house keeper Hogwarts, Hagrid. Ada-ada saja perminataannya itu. Walaupun permintaannya awalnya membuat Severus mengernyit, toh akhirnya dia membuatnya juga. Tetapi, Severus tak menyangka jika membuat ramuan 'itu', bahkan harus membutuhkan waktu selama 3 hari penuh dan menggunakan bahan-bahan yang sangat langka pula.

Beruntung dia tak pernah mematok harga tinggi, jika iya, bisa dipastikan seorang Severus Snape hanya tinggal menikmati sisa hidupnya dari semua ramuan yang telah dia ciptakan.

Tanpa mau menunggu lagi, Severus segera segera menuangkan ramuan berwarna orange sepertu jus labu itu kedalam dua piala, dan meletakannya dia atas meja kerjanya, agar dia tak perlu repot-repot masuk ke dalam labnya lagi. Tetapi tiba-tiba perapian menyala dan keluarlah Albus Dumbledore, sang kepala sekolah Hogwarts.

"Ada apa Albus?" tanya Severus datar.

"Bisa kau ikut aku ke Kementrian Severus?" tanya pria berjanggut putih panjang itu.

Severus pun terdiam sejenak, akhirnya mengangguk dan mengikuti sang kepala sekolah menuju Kementrian meninggalkan kedua ramuan 'itu' dia atas meja kerja yang dapat dengan mudah digapai oleh siapa saja.

Semua Gara-Gara Ramuan Itu!

By ScaleChesnut9558

Disclaimer : J.K Rowling

Genre : Romance, Friendship, Humor(?)

Pair : Draco Malfoy & Harry Potter

Warning : Slash, OOC sangat!, Gaje, Typo

Rate : T

Summary : Hogwarts gempar! Kenapa? Semua karena kemunculan dua…. yang ternyata adalah…

Don't Like Don't Read, OK?

.

.

.

"Haaah, lelah," gumam Harry sambil mendudukan tubuhnya di tepi danau hitam. Beberapa saat yang lalu, dia baru saja selesai bertanding menangkap snitch bersama Draco, dan kini Harry memutuskan untuk mengistirahatkan tubuhnya di tengah teriknya musim panas di tempat favoritnya.

'Kemana Draco?'

Beberapa saat yang lalu pemuda berambut hitam itu masih melihat sahabatnya itu, tetapi entah kemana pemuda berambut pirang itu sekarang. Harry mengangkat bahunya acuh.

'Mungkin kembali ke asramanya,' pikirnya sambil menyandarkan tubuhnya pada batang pohon dibelakangnya. Angin berhembus lembut membelai paras rupawan nan manis itu. Kedua kelopak matanya tertutup, menyembunyikan sepasang emerald menawannya. Anak dari pasangan James Potter dan Lily Evans néé Potter itu pun akhirnya terbuai dalam belaian lembut angin yang menuntunnya pada alam mimpi.

Draco Malfoy sudah lama sekali tak melihat wajah tenang sahabat sejak kecilnya itu. Karena kedua orang tuanya dan kedua orang tua Harry adalah sahabat dekat, membuat keduanya pun sering bertemu. Memang mereka selalu bermain bersama sejak kecil, tetapi karena kini mereka berada di asrama yang berbeda, mereka jadi jarang bersama. Gryffindor dan Slytherin, siapapun tahu bagaimana hubungan kedua asrama itu kan? Tapi sekarang, entah kenapa Draco baru menyadari jika sahabatnya itu sangat err…manis? Entahlah.

Tadi, Draco tak langsung mengikuti Harry ke tempat favorit mereka dikarenakan dia harus segera ke toilet. Dan kini, melihat wajah tenang Harry yang terlelap, tiba-tiba membuat Draco merasa mengantuk. Akhirnnya, pemuda beriris kelabu itu menyamankan posisi disamping Harry. Dan keduanya pun terbuai dalam belaian lembut angin yang memanjakan keduannya .

"Draco! Kenapa kau tak membangunkanku?" seru Harry kesal karena dia baru saja terbangun ketika hari telah menjelang sore. Padahal seingatnya tadi dia tertidur setelah makan setelah jam makan siang. Dan kini…

Oh tidak!

"Prof. Snape akan membunuhku." gumam Harry frustasi.

Draco yang melihat itu hanya menghela nafas pasrah.

"Oh merlin! Tenanglah Harry! Kau membuatku pusing," gumam Draco sambil memijat dahinya. Draco kaget karena tiba-tiba saja Harry berseru ditelinganya dan sukses membangunkannya secara paksa.

"Pertama, kau tahu sendiri aku juga tertidur, jadi bagaimana aku bisa membangunkanmu? Kedua, kenapa Severus akan membunuhmu?" tanya Draco setelah merasa pening di kepalanya hilang.

Harry memandang Draco kesal "Kau tahu sendiri kemarin aku gagal dalam ramuan tegukan hidup bagai mati, dan Prof. Snape meminta aku membuat essai tentang ramuan tegukan bagai mati sepanjang 2 meter dan dia memintaku menyerahkannya setelah makan siang."

Harry sudah terbayang-bayang, apa yang akan dilakukan guru ramuannya itu ketika dia tidak mengumpulkan essai khusus itu. Dan Harry tidak mau melanjutkan pikirannya karena dia sudah berpikiran kemana-mana.

Draco kembali menghela nafas "Jangan panik seperti itu, bodoh! Lebih baik kau segera menyerahkannya. Katakan saja yang sebenarnya," saran Draco.

Harry terdiam memikirkan perkataan Draco, kemudian seulas senyum lebar terukir di wajahnya "Kau benar Draco!" seru Harry senang dan langsung berdiri. Tapi, tiba-tiba Harry menarik tangan Draco membuat pemuda itu berdiri sambil mengerang protes.

"Kau harus menemaniku," pintanya sambil mengatupkan kedua tanganya didepan wajahnya. Dan kelemahan seorang Draco Malfoy adalah tak bisa menolak permintaan seorang Harry Potter.

Sambil mendengus sebal, Draco hanya mengangguk pelan yang langsung membuat senyuman lebar kembali terukir di wajah Harry.

"Ayo!" seru Harry dan kembali menarik tangan Draco dengan paksa. Dan Draco hanya bisa mendengus sebal karena untuk kedua kalinya tangannya di tarik paksa oleh Harry.

Dan disinilah mereka berada, didalam ruang kerja Severus Snape, guru ramuan mereka. Tetapi, Harry dan Draco tidak bisa menemukan pria berambut hitam mengkilap itu dimana-mana. Akhirnya Harry memutuskan untuk meletakan tugas essainya di atas meja kerja Severus. Dan pada saat itu dia melihat dua piala berisi 'jus labu'.

Kebetulan sekali! Setelah beradu kecepatan dengan Draco untuk menangkap snitch tadi siang, Harry belum minum apa-apa. Dan melihat 'jus labu' kesukaannya, rasa haus langsung menyerang Harry.

"Dra, kau mau?" tanya Harry sambil menawarkan salah satu piala kepada Draco yang sedang duduk di sofa yang berada di depan perapian. Sementara itu dia memegang piala yang satunya, sambil meminum cairan yang berada didalamnya.

Draco menaikan alisnya bingung "Apa itu?"

"Jus labu." Jawab Harry singkat. Draco pun mengangkat bahunya tak mau ambil pusing, dan segera diterimanya piala berisi 'jus labu' itu. Dan karena keduanya memang menyukai jus labu, jadi dalam waktu singkat piala itu sudah kosong.

"Mmmhh…" gumam Harry tak jelas. Draco menatap Harry heran.

"Ada apa?"

"Entahlah, tetapi sepertinya rasanya agak berbeda," gumamnya tak yakin. Harry menatap Draco "Menurutmu?" tanya Harry balik.

Draco kembali mengangkat bahunya "Entahlah. Aku tak begitu memikirkannya" berbuah dengusan sebal dari Harry.

Setelah meletakan kedua piala itu ditempatnya semula, Harry dan Draco memutuskan untuk kembali ke asrama. Mungkin murid-murid yang lain sudah kembali dari Hogsmeade. Memang, tadi pagi Hermione, Ron, Pansy, Blaize, dan Theo telah mengajak Harry dan Draco, tetapi karena keduanya telah berjanji untuk lomba menangkap snitch, hal yang sudah lama tidak mereka lakukan, akhirya keduanya menolak.

Dan mereka tidak tahu, apa yang akan terjadi keesokan harinya.

"Ron, dimana Harry?" tanya Hermione begitu melihat hanya Ron yang turun. Ron sendiri memandang Hermione heran.

"Harry? Dia belum turun?" tanya balik Ron berbuah gelengan pelan dari Hermione.

"Apa jangan-jangan dia belum bangun ya? Tadi sih aku melihat ada sesuatu dibalik selimutnya, tapi aku kira itu guling. Karena bila itu Harry, ukurannya sangat kecil," gumam Ron yang langsung membuat Hermione mengernyit.

"Sudah cepat kau bangunkan dia."

Ron tak mau banyak bicara lagi segera kembali ke kamarnya. Disana masih ada Neville yang sedang merapikan jubahnya. Ron langsung menuju ke ranjang Harry dan langsung menyibakkan selimut merah khas asrama Gryffindor itu. Dan mulut Ron langsung menganga melihat 'sesuatu' yang tengah meringkuk dibaliknya.

"A-apa…MIOOOOOONNNNNEEEEEEEEEE!"

Pagi yang sangat 'indah' di asrama Gryffindor.

Sementara itu di asrama Slytherin. Sejak beberapa menit yang lalu Pansy sudah menekuk wajahnya kesal.

"Dimana Draco sih? Kenapa dia belum keluar juga?" ujar Pansy kesal sambil menyilangkan kedua tangannya didepan dada dan menyandarkan punggungnya pada sofa yang berada di ruang rekreasi.

"Blaize! Theo! Coba kalian periksa kamarnya!" seru Pansy dengan nada bossy-nya.

Blaize dan Theo tak bisa berkomentar apa-apa. Sejujurnya keduanya juga kesal karena sudah lama menunggu pewaris keluarga Malfoy itu, tetapi yang ditunggu tidak muncul-muncul juga. Akhirya keduanya pun segera menuju ke kamar Draco.

Blaize dapat dengan mudah membuka kamar Draco dan mendapati kalau kamar pemuda itu masih berada dalam keadaan gelap dengan semuaa tirai yang masih tertutup. Tanpa mau repot-repot membuka tirai karena sudah dilakukan oleh Theo, Blaize menyibak selimut hijau itu. Dan pemuda berkulit hitam itu tak bisa menahan keterkejutannya, ketika mendapati 'sesuatu' yang tidak seharusnya.

"A-aapa…APAAAA INIIIIII?"

Dan sepertinya, keadaan asrama Slytherin tidak jauh berbeda dengan keadaan yang tengah terjadi di asrama Gryffindor.

.

.

TBC

.

.

Hai! Scale kembali dengan fic kedua! Dan Multi-chap! Hadeeuuhh nekat banget ya? tapi, semoga yang ini bisa lebih baik dari sebelumnya~. Mmhhh Scale butuh kritik dan sarannya dari reader semua!

Mind to Revew?

.

.

.

.