B menyeret langkahnya perlahan. Nafasnya terengah-engah, dan darah mengalir dari sebuah luka tembak di tungkainya. Wajahnya kotor, dan rambutnya lengket oleh percikan darah. Pandangan matanya begitu buram, sampai-sampai dia harus meraba-raba tembok dari gang yang sedang dilaluinya dengan tangan kanan, sementara tangan kirinya dia gunakan menutup luka tikaman di perutnya. Tepat ketika lampu kota bersinar di depan matanya, tubuh B menjadi lemas dan dia pun terjatuh dengan sendirinya karena ditarik gaya gravitasi bumi. Sebelum kesadarannya benar-benar menghilang, telinganya yang peka mendengar samar-samar sebuah seruan panik dan khawatir.

Code Name

A BLEACH Fanfiction

Written By Hatsune Julie

Disclaimer : BLEACH © Tite Kubo

Warning : OOC, AU, Typo, etc. Don't Like? Don't Read!

Chapter 1 : Code name B

Ketika B membuka mata, hal pertama yang dia lihat adalah langit-langit kamar beratap rendah. Dia menduga bukan C, apalagi M, yang telah menolongnya lolos dari maut. Pasti orang lain, batin B yakin. Karena dia, B, sama sekali tak mengenali tempatnya berbaring saat ini.

Ketika menyadari sedang berada di tempat yang sama sekali asing, B langsung menegakkan tubuhnya. Tapi sayang, mengingat keadaannya saat ini, dia langsung mendapatkan serangan rasa sakit pada kaki, tempat sebuah peluru tadinya bersarang, dan perut, tempat sebuah pisau sempat menikamnya. Reflek, B memegangi perutnya yang terasa nyeri.

"Kalau aku jadi kau, aku tak akan bergerak dulu. Itu,… akan membuatnya terbuka lagi," sebuah suara menegur B dari arah pintu, suara yang sama dengan yang didengar B sesaat sebelum pingsan.

B menoleh, mengumpat dalam hati , dan nyaris mengerang ketika mendapati seorang pria pendek berambut putih salju sedang berjalan ke arahnya sambil membawa semangkuk bubur yang masih mengepul. Pria itu adalah Hitsugaya Toushiro, salah seorang dari sekian kliennya, dan tentu saja pria itu sama sekali tidak tahu bahwa seorang gadis terluka di hadapannya ini adalah seorang bodyguard yang disewanya. Yang Hitsugaya tahu tentang B hanyalah dia seorang teman sekelasnya yang ceroboh dan gampang mendapat masalah, dan kebetulan ditemukannya terkapar di gang gelap.

"Bagaimana perasaanmu, Hinamori?"

B meringis sesaat ketika mendapat serangan nyeri sekali lagi. "Lumayan," jawabnya sambil tersenyum.

B adalah singkatan dari Bodyguard, code name untuk Hinamori Momo. Pekerjaannya adalah sebagai bodyguard sewaan. Yang misterius, tambahkan itu! Karena tidak seorang klien pun, yang mengetahui identitas asli B. Yang klien tahu tentang B hanyalah apa saja yang C beritahukan pada mereka.

Hitsugaya meletakkan bubur yang dibawanya di atas nakas disamping tempat tidur Hinamori. Kemudian dia sendiri mengambil kursi di sudut kamar dan meletakkannya di sebelah kasur Hinamori sebagai tempat duduknya. "Bagaimana kau bisa mendapatkan luka itu?" Tanya Hitsugaya tanpa basa-basi sambil menunjuk luka Hinamori .

"Ah? Ini? Aku kemarin tersandung dan tanpa sengaja jatuh di atas pecahan kaca," Hinamori berbohong dengan lancarnya. Bukan masalah besar, karena dia sudah mengeluarkan peluru di kakinya saat berada di TKP, dan dia juga sudah dikenal sebagai seorang gadis paling ceroboh sesekolah.

Hitsugaya menautkan alis heran. "Rasanya tidak bisa dipercaya," ujarnya. Wajar saja dia curiga, dia adalah orang yang sudah terbiasa berurusan dengan pistol dan segala macam senjata yang umum digunakan di dunia belakang.

"Ahaha,…" Hinamori tertawa gugup. "Ini sudah biasa kok. Aku memang sering membuat lukaku semakin parah dengan pertolongan pertama yang serampangan."

Hitsugaya menghela nafas. "Sudahlah. Tapi kau harus lebih berhati-hati, dasar tidak sayang nyawa," katanya sambil bangkit dari kursi. "Jangan lupa habiskan sarapanmu," kali ini Hitsugaya menunjuk mangkuk berisi bubur yang tadi dia bawakan. "Kalau sudah habis, pelayan akan membantumu bersiap-siap pulang."

Hinamori hanya mengangguk. Tak ada gunanya juga membantah, pria itu pun tipe yang sudah terbiasa memerintah. Dan kalau kita mencoba membantah,… sebaiknya jangan mencoba, hasilnya pasti mengerikan.

C.O.D.E

"Hinamori-san!"

Baru saja Hinamori membuka pintu kelas, dia sudah dihadiahi sesak nafas. Inoue baru saja menyongsongnya dan memeluknya dengan erat. Ah, wanita satu ini bisa menjadi lebih berbahaya daripada pembunuh bayaran, batin Hinamori merana.

"Yak, cukup sampai disini acara kangen-kangenannya," tegur Chizuru memisahkan Inoue dengan Hinamori. Kadang kecemburuan bisa berbuah berkah.

Hinamori bernafas lega begitu lengan Inoue tak lagi melingkar di tubuhnya. Kemudian gadis itu meletakkan tasnya di meja dan mendudukkan dirinya di bangkunya.

Gadis yang duduk di depan bangku Hinamori menoleh menatap Hinamori. "Bagaimana rasanya beristirahat di rumah selama tiga hari Hinamori?" Tanya Tatsuki, nama gadis itu, setengah menyindir setengah khawatir akan kecerobohan Hinamori.

"Tak masalah sebenarnya. Tapi sangat membosankan berada di rumah tanpa melakukan apa-apa. Aku lebih suka sekolah," jawab Hinamori (pura-pura) polos. Mana mungkin dia, B, seorang bodyguard professional, meninggalkan pekerjaannya hanya karena terluka seperti itu. Seseorang harus melubangi seluruh tubuhnya kalau mau dia berhenti dan benar-benar beristirahat di rumah.

BRAK

Suara gebrakan berhasil membuat Hinamori dan teman-temannya menoleh.

Seorang pria tinggi, berperawakan atletis, dan berambut orange mencolok sedang berdiri di depan bangku Kuchiki Rukia dengan sebelah tangan bertumpu pada meja Rukia, bekas menggebrak meja. Pria itu adalah Kurosaki Ichigo, berandalan sekolah, peringkat dua seangkatan, dan seorang putra pemilik rumah sakit Karakura. Sungguh ironis.

Orang yang mejanya baru saja digebrak adalah Kuchiki Rukia, gadis cantik yang pendiam tapi seorang ketua kelas. Perawakannya mungil, berambut hitam, dan memakai kacamata. Dia peringkat satu seangkatan sekaligus adik ipar pemilik yayasan sekolah.

Kurosaki dan Kuchiki adalah musuh, hanya itu komentar yang bisa diberikan kawan-kawan mereka. Entah kenapa, dan tanpa alasan yang jelas, keduanya selalu memancing emosi satu sama lain, bagaikan anjing dan kucing, atau mungkin minyak dan air.

"Hei midget, mau sampai kapan kau memelototi rangkaian huruf membosankan itu?" Tanya Kurosaki, menunjuk sebuah buku fiksi ilmiah yang sedang dibaca Kuchiki.

Kuchiki mendongak menatap Kurosaki. "Memangnya kau ada masalah dengan bacaanku, Strawberry?"

Hinamori menghela nafas. Jujur, dia sudah bosan dengan permainan anjing dan kucing itu. Hinamori pun berdiri, berniat untuk melerai pertengkaran itu, dengan cara apapun. Tapi tiba-tiba matanya menyadari keberadaan sebuah benda yang menyilaukan matanya, dan sudah biasa dia pegang. Hinamori menahan nafasnya dan berlari menerjang Hitsugaya, mendorongnya, tepat ketika kaca jendela kelas dipecahkan oleh sesuatu yang melesat cepat.

Diantara semua orang yang menyerukan nama Hinamori dan Hitsugaya, ada dua orang yang tanpa sengaja menyerukan nama B. Syukurlah, bahwa tak seorang pun menyadari kesalahan tersebut.

C.O.D.E

"Maafkan aku," seru Hitsugaya sambil membungkuk ke arah Hinamori yang sedang duduk di ranjang UKS sekolah dengan pipi di plester dan lengan dililit perban. "Aku bersumpah mereka tak pernah bertindak sejauh ini sebelumnya."

"Aku tahu," batin Hinamori. Tapi Hinamori berkata pada Hitsugaya, "Tak masalah Hitsugaya-kun, ini bukan salahmu kok." Karena imagenya yang polos dan ceroboh, dia juga berpura-pura salah tingkah. Dan sungguh, Hinamori jadi berpikir dia berbakat menjadi aktris. Tak akan ada seorang pun yang akan curiga bahwa dia benar-benar berhasil menghindari terjangan peluru, dan bukannya tersandung meja karena buru-buru ingin melerai Kurosaki dan Kuchiki kemudian jatuh menimpa Hitsugaya.

Hitsugaya menegakkan tubuhnya, dan menatap Hinamori dengan sorot bersalah. "Aku minta maaf Hinamori."

"Tak perlu kau ulang. Sebaiknya sekarang kau pergi ke kelas saja, pelajaran mungkin akan segera dimulai," kata Hinamori.

Awalnya Hitsugaya ragu, tapi kemudian dia menuruti perkataan Hinamori untuk kembali ke kelas. Ketika Hitsugaya sudah meninggalkan ruangan tersebut, seseorang yang lain memasuki ruangan tersebut. Walaupun orang itu berdiri di bawah bayangan gelap ruangan dan berada di balik tirai putih UKS, Hinamori masih bisa mengenali sosoknya yang khas.

"Hai, C," sapa Hinamori akrab.

C menghela nafas. Siluetnya menampakkan dia sedang membetulkan letak kacamata dengan jari telunjuknya. "B," ujar C. "Kau harus lebih berhati-hati kalau bertugas, sudah cukup M saja yang hampir selalu membuatku jantungan," lanjut C kesal.

Hinamori tertawa menanggapinya. "Maaf, maaf," katanya sambil beranjak turun dari kasur. "Tapi kalian juga hangan meremehkanku ya!" Hinamori melangkah menuju ambang jendela dan menatap atap gedung sekolah sebelah. "Aku ini,… professional lho!" ucapnya bangga sambil tetap tersenyum, hanya saja senyumnya kali ini tampak dingin,… dan berbahaya.

C membuka pintu ruang UKS, membelakangi Hinamori, menandakan dia hampir selesai dengan urusannya. "Jangan melenceng dari tugasmu," nasihatnya. Kemudian dia melangkahi ambang pintu dan menutup pintu ruang UKS, meninggalkan Hinamori yang tetap tersenyum memperhatikan mata-mata dari pihak lawan; seorang wanita yang mengawasi Hitsugaya dengan teropongnya dan seorang sniper yang menyiagakan senapannya.

T B C

A/N : Sebenarnya saya ngga tau ini masuk kategori TBC atau FIN, karena tiap chapter menceritakan karakter yang beda-beda. Walaupun karakter utama Cuma ada tiga, si B, C, dan M.

Pasti udah pada bisa nebak kan siapa dua sisanya?

Kalau mau cerita ini dilanjutkan, ayo REVIEW!*plak*

Just kidding. Kalau berkenan aja silakan REVIEW!