.

Tokyo Ghoul:re (c) Ishida Sui

Possibility OOC.

.

"Senpai." Hairu pernah memanggilnya sekali, wajahnya terbilang cukup serius. "Aku boleh coba merokok?"

Haruskah Koori tertawa? Atau marah? Atau hanya terdiam, bingung? Untuk beberapa saat ia membatu, memastikan pendengarannya masih berfungsi dengan baik. Matanya mengerjap beberapa kali sebelum menjawab. "Hah?"

"Itu," Hairu menunjuk sebungkus rokok di atas meja Koori. "Aku boleh—"

"B-Bukan itu maksudku," Koori memejamkan matanya, justru bingung sendiri. "Kenapa kau tiba tiba tertarik? Kau bertemu gerombolan preman di perjalanan?"

"Aku bertemu." Hairu menaruh dagunya di atas sandaran kursi. "Di kantor, tiap hari."

"Kau baru menyebutku dan Fura-san preman."

"Hehe."

Koori menaruh rokoknya di asbak, memutar kursinya ke arah Hairu yang masih menatap penasaran. Ugh, Koori tak bisa membayangkan bagaimana Hairu nanti ketika turut kecanduan merokok sepertinya. Siapa yang mau seorang Arima Kishou tiba-tiba muncul di kantor dan menodongkan IXA tepat di depan wajahnya?

"Orang bilang kalau merokok itu tidak sehat, sih," Hairu bergumam, innernya menunjukkan iklan-iklan anti-rokok di televisi, koran, majalah, atau baliho. "Tapi kulihat kau dan Fura-san tidak pernah jatuh sakit, tuh."

Koori syok. 'Hah serius. Apa dia benar-benar tidak punya otak'—dan beberapa kalimat lainnya bermunculan. Kemampuan fisik Hairu boleh setara dengannya, berarti suatu hal yang wajar kalau Koori menganggap "jangan menilai buku dari sampulnya" itu benar. Dalam hal ini-di luar kuat, di dalam agak gesrek.

"Kau benar-benar belajar tidak di Taman?"

"Iya, kok."

Kalau bisa, Koori ingin menampar wajah Hairu sekarang juga. Lagi-lagi, siapa yang ingin Arima Kishou masuk ke kantor dan menodongkan—oke cukup. Intinya; Koori geregetan.

"Bukan berarti aku tidak sakit, ya ampun." Koori menghela napas, memijit keningnya frustasi. Hairu sendiri masih menatapnya polos, menunggu Koori melanjutkan kalimatnya. "Kecuali Tuhan membuat pengecualian untukku dan Fura-san, aku cukup yakin paru-paruku sudah mulai terjangkiti."

"Hmm," Hairu mengerucutkan bibirnya, mengangguk-angguk. "Kalau begitu..."

Koori melirik bingung tangan Hairu yang bergerak ke arah mejanya, mengambil bungkusan rokok H*pe yang tadinya tergeletak. "Koori Senpai jangan merokok lagi."

"HEI-"

Hairu berlari keluar ruangan, bersiap membuang kotak itu entah ke mana. Mengabaikan teriakan Koori, ia justru melambaikan tangan seraya berkata "Sampai jumpa~" lalu masuk ke dalam lift. Koori mengumpat dalam hatinya, entah sudah berapa kali ia bersabar menghadapi kejahilan perempuan itu. Sehabis membanting pintu, ia kembali duduk, membuka laci mejanya.

"Oh, masih ada." Koori mengangkat alis tatkala melihat masih ada sebungkus rokok di dalam lacinya. "Tunggu." Merasa ada yang mengganjal di belakang bungkusan, ia membaliknya.

'Yaaa ketipu.'

Koori menganga. Sadar mendapat bungkusan zonk, ia jelas mengetahui ini perbuatan siapa.

"BRENGSEK."

.

fin

.

lagi coba-coba mampir fandom rame tapi sepi di indo section, ehehe. kebawa baper tokyo ghoul akhir akhir ini (—dan keseret jahanam ui/hairu), jadi akhirnya memutuskan berkunjung. kemungkinan nyampah paling banyak ui/hairu karena cukup rasis kalao soal otp (#yha). tapi kemungkinan bakal membawa crackpair yang semoga barokah(?)...

((maapkeun post pertama kali malah bawa yang random banget...))

—Maicchi—