THE TЯICKSTER AND THE PRINCE
Author:
Kai
Rating: G for this chapter
Genre: General (for this
chapter)
Pairing: Bakal ada, tapi baru ketauan di chapter
berikutnya
Disclaimer: Tennis no Oujisama are not mine
Chapter 1: Meet The TricksterPart One
Niou Masaharu. Itu namanya. Di hari pertamanya masuk SMA, ia sudah menimbulkan kehebohan dengan melepaskan gerombolan kecoa di kelasnya, yang spontan membuatnya di black-list oleh sebagian besar guru dan anak perempuan di kelasnya. Namun sedikitpun ia tidak terlihat menyesal ketika hari pertamanya harus dihabiskan dengan berdiri di koridor. Ia hanya tertawa terbahak-bahak melihat reaksi teman-teman sekelasnya yang heboh akibat ulahnya. Bahkan bukannya melaksanakan 'hukumannya' dengan baik, ia malah menghilang dari koridor tempat hukumannya, dan ditemukan sedang tidur siang di kantin dengan mangkok kosong bekas mi ramen di depannya. Skors 3 hari segera menyambutnya di hari berikutnya.
Yagyuu tidak mengerti apa yang ada di pikiran anak yang seharusnya duduk di sampingnya (berdasarkan undian) itu. Ia berharap, sangat berharap hari pertamanya di SMA akan menjadi hari yang 'menyenangkan'. Dalam arti hari yang 'normal'. Upacara penerimaan siswa baru, perkenalan dengan teman-teman sekelas dan guru, lalu belajar, itulah yang seharusnya terjadi. Namun yang terjadi ia malah harus membantu anak laki-laki lain mengumpulkan kecoa yang dilepaskan oleh Niou dan mengorbankan dua puluh menit dari waktu belajarnya. Yagyuu berharap ia tidak akan pernah berurusan dengan anak laki-laki bernama 'Niou' itu dalam hal apapun.
Yagyuu Hiroshi adalah seorang anak laki-laki yang serius dan kaku. Sebagian besar hidupnya dihabiskan dengan belajar, entah di sekolah, rumah ataupun tempat bimbingan belajar. Kadang, di waktu senggangnya, ia akan menemani ayahnya bermain golf, dan ia cukup menikmati kegiatannya tersebut. Karenanya tidak heran kalau ia meraih nilai tertinggi ketiga di sekolahnya.
Bukan untuk pertama kalinya ia mendapati anak seperti Niou di kelasnya, 'tipe' seperti itu bukan tipe yang jarang ada. Namun ini pertama kalinya seseorang melakukan hal seketerlaluan itu di hari pertama masuk sekolah. Dan Yagyuu bersumpah kalau ia tidak akan pernah berharap untuk punya urusan dengannya.
Tapi rupanyanya nasib tidak berpihak padanya. Setelah masa skorsnya selesai, Niou mengikuti kegiatan belajar mengajar di kelasnya— dengan diikuti pandangan sinis para guru dan teman-temannya yang lain. Namun bukannya merasa bersalah, ia malah cengengesan sendiri dan mengeluarkan lelucon-lelucon seperti "udah ah jangan ngeliatin terus, capek yah jadi orang terkenal" atau sejenisnya. Yagyuu benar-benar menyesali nasib sialnya harus mendapatkan Niou sebagai orang yang duduk di sebelahnya.
"Hoi, Yagyuu Hiroshi," bisik Niou pada Yagyuu di tengah-tengah jam pelajaran. Yagyuu tidak menggubrisnya sedikitpun, pandangannya tetap lurus ke depan, di mana guru tengah menjelaskan rumus-rumus matematika yang rumit.
"Yagyu! Yagyuu Hiroshi" Niou mulai memain-mainkan nada bicaranya, membuat Yagyuu makin terganggu, namun tetap tidak bergeming.
"Hiro-chan! Kamu marah sama Masa-chan, ya? Masa-chan jadi sedih, nih" panggil Niou makin menjadi-jadi. Urat marah mulai muncul dari pelipis Yagyuu dan ia pun menoleh ke arah Niou dan berteriak: "Jangan panggil aku Hiro-chan!! Hanya ibuku yang boleh memanggilku begitu. Cukup panggil aku Yagyuu!"
Spontan seluruh teman sekelasnya beserta guru menoleh ke arah Yagyuu. "Yagyuu-kun, Niou-kun, rupanya kalian asyik mengobrol selama sensei menjelaskan di depan, ya?" sang sensei tersenyum berbahaya dan menghampiri mereka berdua. "Ti, tidak, sensei, Niou-kun yang—"
"Saya tidak peduli, kalau kalian tidak memperhatikan, lebih baik kalian keluar dari kelas ini. SEKARANG!"
Tanpa komando kedua, Yagyuu dan Niou segera keluar dari kelasnya. "Ha guru yang galak sekali, mengerikan . Ngga ikut pelajaran dia juga ngga rugi, kok. Iya 'kan, 'anak yang dipanggil Hiro-chan oleh ibunya'?" goda Niou sambil tersenyum usil ke arah Yagyuu. Yagyuu menatap Niou dengan pandangan kesal. "Hentikan itu. Niou-kun, kau mulai membuatku kesal. Tolong jangan dekat-dekat atau sok akrab denganku. Aku paling benci tipe orang sepertimu."
Niou tertegun. Yagyuu jadi sedikit tidak enak. Sepertinya kata-katanya terlalu kasar.
Namun sedetik kemudian Yagyuu menyesal bahwa sedetik yang lalu ia sempat merasa bersalah (walau hanya sedikit) pada Niou. Niou nyengir lebar-lebar dan memeluk Yagyuu.
"GYAAAAAAAAAAA!! Apa yang kau lakukaaaaaaaaan??" jerit Yagyuu histeris. Niou melepaskan pelukannya dan tersenyum usil, lalu tertawa terbahak-bahak. "Kamu lucu banget, yah, Yagyuu. Kupikir kamu anak yang ngebosenin kaya' kutu buku, tapi rupanya kamu itu lucu juga, ya!" kata Niou disela tawanya. Yagyuu tidak bisa menahan amarahnya lagi.
"Aku sudah tidak tahan lagi! Jangan pernah bicara padaku lagi!" teriaknya, dan pergi meninggalkan Niou, yang masih cengengesan. "Hei, Yagyuu! Kamu mau kemana?"
"Perpustakaan!" jawab Yagyuu tanpa menoleh.
Apa yang dipikirkan orang itu sih? Tidak adakah pikiran selain untuk mengganggu orang? Tidak terpikir sedikit sajakah untuk melakukan sesuatu yang berguna? Yagyuu menggerutu pada dirinya sendiri selama membolak-balik buku matematikanya di perpustakaan. Lihat, sekarang ia jadi tidak bisa berkonsentrasi pada bukunya!
"Wah kamu rajin sekali, Yagyuu, kenapa kamu nggak mempergunakan waktu bebas yang jarang ini untuk bersenang-senang, gitu?"
Suara itu berbisik pada telinga kiri Yagyuu, dan terdengar seperti suara maut dari neraka.
"Kamu!"
"Sttt, ini di perpustakaan, kalau kamu ribut lagi, nanti bisa-bisa kamu diusir untuk yang kedua kali hari ini. Calm down, man!" Niou nyengir dan duduk di bangku tepat bersebrangan dengan Yagyuu.
Urat marah Yagyuu mulai bermunculan. Ia menenangkan dirinya sendiri. Tenang, Hiroshi, tenang. Kamu tidak seperti kamu yang biasanya.
"Tolong jangan ganggu aku lagi. Aku tidak mengerti kenapa kau harus mengajakku dalam mencari masalah," gerutu Yagyuu.
"Hei, aku ngga bermaksud buruk! Aku hanya ingin meminjam bukumu karena aku ngga bawa buku pelajarannya tadi, tapi kamu aja yang ngga peduli padaku."
Yagyuu terdiam. Jadi itu salahnya? Tidak, bagaimana mungkin ia tidak bawa buku pelajaran saat seharusnya ia bawa? Bukan salah Yagyuu kalau ia tidak mau meminjamkan bukunya. Well, walaupun tadi ia belum tahu niat Niou tersebut.
Yagyuu menutup bukunya. "Boleh aku bertanya sesuatu?" Yagyuu berbisik pada Niou.
"Hmm? Aku tidak salah dengar? Bukankah kamu sendiri yang memintaku untuk tidak berbicara denganmu?" Niou nyengir.
Yagyuu terdiam. "Terserah kamulah," gerutunya, dan kembali pada bukunya.
"Haha, iya, iya, aku ngerti, jangan ngambek donk, Hiro-chan, aku Cuma becanda. Apa yang ingin kamu tanyakan? Tipeku? Kamu naksir padaku, ya?"
Yagyuu mendelik marah pada Niou, namun tidak mengatakan apa-apa dan menarik nafas. Setelah tenang, ia melanjutkan kata-katanya.
"Kenapa kamu suka sekali menggangguku? Kenapa bukan orang lain saja? Cewek yang manis, atau semacamnya? Apa karena aku duduk di sebelahmu?"
Niou tertegun, tetapi hanya sebentar hingga senyum usil kembali merekah di bibirnya.
"Karena… aku… jatuh cinta pada pandangan pertama padamu, Yagyuu…"
"…"
"….Jawab dengan serius atau aku benar-benar akan menjauhimu (meskipun sepertinya ngga ngaruh)."
Niou tertawa kecil. "Haha, becanda. Yupz, mungkin salah satu alasannya adalah karena kamu duduk di sebelahku. Tapi ada satu alasan lain yang membuatku sangat tertarik padamu."
Yagyuu mengernyitkan alisnya. "Apa?"
Niou bangkit dari kursinya dan mengambil kacamata Yagyuu, "Hei, kacamataku—" lalu memakainya. Ia merapikan sedikit rambutnya dengan model rambut yang seperti Yagyuu, lalu duduk kembali dan tersenyum manis. Yagyuu tertegun. "Kamu jadi sama sekali ngga ngerasa, ya, Yagyuu. Kalau diperhatikan, kita ini memiliki wajah yang mirip, lho. Mungkin ngga terlalu mirip banget, tapi karena kita sama-sama memiliki sesuatu yang khas, seperti kacamata ini atau rambutku, kita bisa terlihat sangat mirip kalau bertukar satu sama lain."
Yagyuu mengakui kalau hal itu benar. Niou yang duduk di hadapannya saat ini terlihat mirip, mungkin karena tersamar dengan kacamata itu, tapi ia benar-benar mirip dengan dirinya. Bagaimana mungkin ia tidak menyadari hal ini?
Atau lebih tepatnya, "Bagaimana kamu bisa menyadarinya?"
Niou tersenyum dengan senyum yang menyerupai Yagyuu. Yagyuu benar-benar merasa duduk di depan cermin.
"Ini hobiku," tuturnya, "sejak dulu aku punya kebiasaan dapat mengamati karakterisasi orang lain. Kemudian, aku mencoba untuk mengikuti karakterisasi mereka. Itu pada awalnya, sampai-sampai teman SD-ku pernah berpikir kalau aku ini berkepribadian ganda (dan sepertinya Niou memang sengaja untuk membuat ia berpikir seperti itu). Lalu aku berpikir untuk iseng-iseng mengubah penampilanku dengan orang yang ingin kutiru, dan tanpa kusangka sebagian besar berhasil. Yaah, tidak semua orang bisa kutiru, hanya orang-orang yang memiliki beberapa kemiripan fisik denganku. Yang paling mudah adalah meniru orang berkacamata. Lama-lama, aku berpikir kalau hal itu menarik, dan sejak itu aku selalu memperhatikan orang-orang dengan seksama, siapa yang kira-kira bisa kutiru."
Yagyuu benar-benar yakin sekarang kalau orang ini benar-benar tidak pernah memikirkan hal serius untuk masa depannya. "Apa keuntunganmu melakukan hal itu?"
"Ke-se-nang-an, Yagyuu. Kamu tidak mengerti rasanya. Ah, bukan, kamu belum mengerti rasanya," Niou menyeringai usil. Yagyuu merasakan aura tidak enak.
"Tapi aku benar-benar terkejut saat melihatmu. Saat aku memperhatikanmu dengan seksama, ternyata seluk beluk wajahmu dan perawakanmu benar-benar mirip denganku, dan aku bisa menirumu dengan mudah tanpa perlu 'riasan' ekstra. Kamu adalah orang pertama yang begitu mirip denganku dari segi fisik, Yagyuu. Bahkan keluargaku saja tidak ada yang begitu mirip denganku."
Yagyuu terkesima. Ini juga pertama kalinya ia melihat orang yang begitu mirip dengan dirinya. Well, kacamata dan model rambut Yagyuu memang cukup umum, tapi wajah itu… Oh. My. God. Yagyuu merasa kepalanya pusing.
Yagyuu bangkit dari kursinya dan mengambil kacamatanya kembali dengan paksa, dan memakainya. "Kalaupun itu benar, itu tidak ada urusannya denganku."
"Ah, hei, Yagyuu, tunggu!" Niou menarik tangan Yagyuu dan memaksanya duduk kembali.
"Tidakkah kamu ingin mencobanya?" bisik Niou. "Menjadi orang lain yang sangat berbeda denganmu… itu hal yang sedikitpun tidak membosankan, jauh lebih menarik dibandingkan rumus-rumus membingungkan dalam buku teksmu. Aku tahu orang sepertimu, Yagyuu. Kau memiliki banyak hal yang ingin kau lakukan, tapi kau tidak bisa melakukannya karena kau adalah 'Yagyuu Hiroshi'. Tapi dengan mencoba menjadi 'Niou Masaharu' untuk beberapa saat, kau bisa melakukan apapun yang kau suka. Karena, well, Niou Masaharu memang selalu melakukan hal yang disukainya."
Yagyuu menepis tangan Niou. "Konyol sekali. Jangan samakan aku dengan orang sepertimu."
Niou tetap tersenyum. "Hmm, sayang sekali, ya. Ternyata kamu itu orang yang pengecut, Yagyuu. Aku menilaimu terlalu tinggi. Ya sudah, pergi sana, kembali ke buku rumusmu dan kamus tebalmu! Dasar kutu buku yang membosankan"
Yagyuu menatap Niou tajam-tajam. "Beraninya kau mengatakan hal seperti itu. Baiklah, apa sih susahnya jadi orang sepertimu?? Cukup bersikap seperti orang gila tidak berpendidikan, itu cukup untuk menjadi sepertimu!"
Senyum Niou melebar. "Jadi kamu mau menerima tantanganku? Bertukar selama sehari di sekolah, besok?"
"Apapun itu, aku tidak takut, Niou Masaharu-kun."
Niou menyeringai. "Sudah kuduga, kau memang orang yang menarik Yagyuu. Aku menunggumu di atap sekolah pulang nanti," Niou bangkit dari kursinya dan bersiap pergi. "Ah, kamu tahu, Yagyuu?"
"Hmm?"
"Di sekolahku dulu, orang-orang menyebutku Trickster. Itu karena mereka bilang, aku seperti bisa membaca pikiran mereka. Yah, selain karena aku sering usil dan meniru orang lain, sih…" Niou menyeringai untuk terakhir kalinya, dan meninggalkan Yagyuu sendiri di perpustakaan.
Yagyuu tertegun. Tunggu, jangan-jangan, semua reaksinya sudah diperkirakan olehnya, hingga akhirnya ia setuju dengan akal bulusnya?
Senyum kecil tersungging di bibir Yagyuu. Trickster, ya? Mungkin berurusan dengannya tidak akan seburuk dugaannya selama ini. Rupanya ia telah berurusan dengan Trickster yang tidak mudah ditangani.
Yagyuu merasa, entah kenapa, mulai hari itu, hidupnya tak akan pernah sama lagi.
To Be Continued
Yow, ini fic lama (da berbulan2 yang lalu) yang kubuat atas request seraphinkaegan. Ah, aku ngga lupa kok pairing requestmu, karena chapter ini benar-benar baru permulaan. Btw minna, maap karena sepertinya fic ini akan panjang -- tapi aku bakal berusaha untuk update sesering mungkin. Tolong komen, ya, biar aku tau mana yang bagus dan ngga bagus. Jangan malu-malu mem-fire, karena aku sendiri juga ngerasa masih banyak yang harus diperbaiki. Berharap chapter berikutnya akan jauh lebih baik.
Ok, see u!
