Title: Goodbye Hello
Author: LoveHyunFamily
Cast: Xi Luhan
Park Chanyeol
Oh Sehun
Yang lain kejutan ajah
Main Cast: ChanHan/YeolHan/ChanLu (HunHan broken)
Rated: T
Genre: Sad, romance, comedy(mungkin)
WARNING! Yaoi, BL, Shounen-Ai, Alur terlalu dipaksakan, fluff dipaksakan, Yang gasuka Yaoi Get Out of Here!
Happy reading
"Heung.. Akh!" Luhan merintih sakit saat Sehun memasukkan miliknya dengan paksa.
"Hen-ti-kan Sehun. I-ni ugh sakit" Luhan sudah berulang kali memelas kepada Sehun. Namun yang diatas sama sekali tak berperasaan.
"Hikss" Akhirnya isakan lolos dari bibir kecil Luhan. Yang diatas tetap pada kegiatannya. Memasuk keluarkan miliknya didalam Luhan. Seakan tuli dan bagaikan angin saja apa yang Luhan katakan.
"Se-hun. Aku mohon. Ahh.. Haah" Luhan mendesah hebat saat Sehun mengenai titik terdalamnya.
"Yeah! Teruslah mendesah sayang mhh" Sehun mengerang kecil saat lubang itu menjepit miliknya.
"Mmm... Mm!" Luhan menahan desahannya agar tak keluar namun-
PLAKK
Sehun menamparnya dengan keras.
"Kubilang terus mendesah Luhan sayang" Dan akhirnya Luhanpun hanya bisa mengikuti alur Sehun yang mengendalikannya.
"Hikss.. Sehun kumohon hahhh hentikan uhh" Luhan berusaha berbicara dengan tidak mengeluarkan desahannya. Namun tidak bisa. Sehun terlalu tahu letak tersensitivenya.
"Ini adalah hukumanmu karena sudah berani berduaan dengan Kris" dan akhirnya Luhanpun diam mengikuti permainan kekasihnya itu.
Selalu seperti ini. Sehun akhir-akhir ini entah kenapa kelewat posesive terhadap Luhan. Salah sedikit saja Sehun akan menyiksa Luhan dengan begitu keji. Luhan hanya bisa menangis dalam diam.
~Hello Goodbye~
"Hikss" Luhan terbangun pagi itu dan langsung terisak setelah ingat apa yang dilakukan Sehun semalam. Sehun adalah kekasihnya, namun Sehun samasekali tidak berlaku manis terhadap Luhan.
Beberapa minggu lalu...
Luhan mengajak Sehun untuk pergi ketaman bermain yang baru buka. Luhan sangat senang karena Sehun mau menemaninya tentu saja. Tapi selama disitu Sehun terus saja melamun dan selalu memandang kearah kedai es krim.
Apa Sehun ingin es krim? Tapi sejak kapan ia menyukai hal seperti itu?
Dan Sehun tiba-tiba saja minta izin ketoilet. Tentu saja Luhan mengizinkan. Setelahnya Sehun pergi ketoilet. Sehun langsung mengajak pulang. Awalnya Luhan menolak karena ia masih ingin mencoba permainan yang lain. Namun setelah Sehun berkata ada urusan penting mau tidak mau Luhan menurutinya.
Setelah Luhan diantar kerumahnyapun Sehun tak mengucapkan kata selamat tinggal atau mengecup keningnya seperti biasa. Sehun langsung saja meninggalkan Luhan. Luhan juga heran saat itu.
Luhan tersentak saat sebuah lengan memeluknya. Bukan memeluk sebenarnya hanya meraba perut polos Luhan.
"Kau melamun Luhan. Melamunkan siapa heumm? Kris" tanya Sehun seduktive ditelinga Luhan. Luhan kembali memejamkan matanya dan menahan agar isakan dan cairan itu keluar.
"Se-sehun.. Bisakah kau tidak membawa-bawa nama orang lain jika kita sedang berdua?" tanya Luhan pelan.
Sehun langsung melepaskan tangannya dari perut Luhan, "Bagaimana bisa aku tidak membicarakan orang lain jika kau sendiri sedang memikirkan orang lain!" bentak Sehun sembari menoyor keras kepala Luhan hingga kepalanya terjatuh dari bantal yang dipakainya. Sehun kau keterlaluan sekali.
BLAM!
Sehun membanting pintu kamar dengan keras dan meninggalkan Luhan yang kembali menangis kemudian diiringi dengan suara yang begitu pilu.
~Hello Goodbye~
Sudah pukul 07:00 KST tapi Sehun belum pulang dari tadi pagi. Luhan seharian hanya berdiam diri tak melakukan apa-apa. Akhirnya Luhan memutuskan untuk keluar saja. Berjalan-jalan disekitar apartement mungkin tak terlalu buruk-batinnya. Sekalian Luhan membeli untuk persedian dirumah.
Luhan dan Sehun sebenarnya sudah tinggal satu apartement karena Luhan tak mempunyai uang lagi untuk menyewa rumah. Jadi Sehun yang menyuruhnya untuk tinggal diapartement Sehun. Tapi selama Luhan tinggal dirumah Sehun lah ia disakiti. Setelah Luhan berbelanja untuk persediaan ia memandang uang didompetnya yang tinggal 50 ribu won.
Apa cukup untuk sebulan? batinnya menatap nanar uangnya itu.
Kenapa Luhan tak meminta pada orang tuanya? Karena Luhan tidak mempunyai orang tua. Jadi ia harus berusaha untuk menghidupi dirinya sendiri.
Kenapa ia tak minta pada Sehun saja? Ah.. Untuk yang itu Luhan harus berpikir dua kali mungkin. Tinggal dirumah Sehun saja sudah cukup. Cukup disakiti maksudnya. Apalagi jika meminta uangnya. Jadi apa Luhan disana. lebih baik ia jadi pengemis daripada harus meminta dengan Sehun. Tapi jadi pengemis terlalu mainstream untuk Luhan.
Mungkin mencari pekerjaan bukanlah ide buruk.
Untukku
Dan juga Sehun.
Mungkin.
Ya. Aku harus bekerja batinnya menyemangati dirinya sendiri.
Luhan menatap restoran ramyeon yang tak jauh darinya. Mungkin aku bisa bekerja disitu, semoga diterima.
"Terima kasih tuan terima kasih banyak!" Luhan mengernyit melihat orang itu dengan semangatnya membungkukkan badan kepada orang yang lebih tinggi darinya.
"Kau ini. Tidak usah sungkan Kai. Cepatlah ibumu pasti sedang menunggu. Jika tidak operasinya tidak akan berjalan" ucap orang tinggi itu kepada orang yang kulitnya agak kecoklatan.
"Baiklah. Sekali lagi terima kasih tuan! Aku tidak tahu jika tidak ada anda" ucap orang itu lalu berjalan dengan semangatnya. Yang lebih tinggi hanya melambaikan tangan sembari tersenyum kemudian masuk.
KLING
Luhan memasuki restoran dengan design traditional itu. Dan memandang takjub. Luhan memang belum pernah kesini sebelumnya dan tidak pernah. Karena Luhan tidak pernah keluar rumah kecuali ada yang mengajaknya.
"Permisi. Ada yang bisa saya bantu?" ucap salah satu pelayan yang agak—ekhem-pendek dan berisi. Luhan memandangnya tersenyum.
"Apa aku bisa bekerja disini?" tanya Luhan to the point yang membuat pelayan itu sedikit terkejut. Luhan memang tidak mengerti bagaimana caranya melamar pekerjaan.
"Maaf tuan. Saya tidak tahu. Kalau anda ingin bekerja disini anda bisa memasuki ruangan itu" tunjuk pelayan itu kearah salah satu pintu yang terletak di pojok ruangan.
"Ah gamsahamnida" ucap Luhan sambil menunduk dan berjalan meninggalkan pelayan yang keheranan itu.
'Tok tok tok'
"Masuk" ucap yang didalam. Luhanpun masuk dengan sedikit kerepotan karena membawa sekantong belanjaan yang besar.
"Mi-mian. Belanjaanku merepotkan" ucap Luhan sesudah berhadapan dengan manager restoran itu.
"Nugu?" tanyanya memandang Luhan.
"Emmm saya Xi Luhan. Saya ingin bekerja disini. Apa bisa?" tanya Luhan lagi to the point. "Eh? Anda yang didepan tadi kan!?" tanyanya entah sadar atau tidak sedikit menaikkan nada bicaranya dan terdengar sperti seorang wanita yang melihat idolanya—fangirling. Yang ditanya hanya memandang geli kearahnya.
Melihat keterdiaman manager itu yang memandangnya seperti ingin tertawa. Luhan menundukkan kepalanya. "Baiklah. Maafkan aku Luhan. Aku Park Chanyeol manager disini. Panggil Chanyeol saja tak apa. Jadi- kau ingin bekerja disini?" tanya Chanyeol. Luhan menganggukan kepalanya yang masih menunduk.
"Hei. Tatap lawan bicaramu" Luhan pun mengangkat wajahnya yang memerah menahan malu.
"M-maaf"
"Tak apa. Sebenarnya aku juga kekurangan pelayan. Jika kau melihatku diluar tadi berarti kau juga melihat orang yang berbicara padaku bukan?" Luhan lagi-lagi mengangguk. Namun kali ini menatap sang manager.
"Dia juga pelayan disini. Namun ibunya sedang kritis jadi dia tak bekerja dulu untuk sementa- ahaha aku kebanyakan bicara ya" Chanyeol segera memutus kalimatnya setelah dilihatnya Luhan yang memandangnya tak mengerti.
"Kau boleh bekerja disini mulai besok Luhan" ucap Chanyeol dengan senyumannya.
DEG
Luhan merasakan darahnya yang berdesir nyaman serta detak jantungnya yang tak beraturan. Entahlah kenapa Luhan seperti itu. Tapi ia hanya dengan melihat senyuman itu Luhan merasakan kenyamanan disekitarnya. "Ga-gamsahamnida!" ucapnya yang segera sadar dari lamunannya. Luhan pun meninggalkan restoran itu dengan hati lega, senang. Entahlah rasanya campur aduk. Meninggalkan seorang manager muda tadi yang sedang tersenyum merona akan dirinya.
.
.
Luhan mendudukkan diri disofa dan menyenderkan badannya. Menghela napas dan segera sadar setelah ia ingat Sehun.
Apa Sehun sudah pulang?
Luhan memeriksa setiap ruangan dan ia kalut saat tak menemukan Sehun dimanapun. Luhan duduk disofa untuk menunggu Sehun pulang. Namun yang ditunggu tak kunjung datang hingga Luhan tertidur disofa itu tanpa selimut.
~Hello Goodbye~
"Sial! Sial!" ucap Luhan merutuk dirinya yang bangun kesiangan. Masalahnya ia tadi malam tidur pukul 01:00 dinihari. Dan jadilah Luhan bangun pukul 11:00 siang. Padahal biar tidur jam 8 malam tetap saja bangun kesiangan. Ckck.
Luhan juga lupa bertanya pukul berapa restoran itu buka.
"Aaaarghh!" Erangnya.
Luhanpun segera bangkit dan bersiap-siap.
.
.
Setelah selesai bersiap-siap Luhan mengkerutkan kening dirasanya ada yang aneh.
Sehun belum pulang
Luhan menghela napas. Ia sekarang tak mau ambil pusing lagi tentang Sehun. Ia lelah. Luhan pun segera berangkat dan melewatkan sarapannya pagi ini.
Luhan sepanjang perjalanan berlari dan terus berlari. Sungguh ia juga lupa bertanya restoran jam berapa akan buka atau meminta nomor ponsel sang manager. Saat sampai matanya menangkap restoran yang akan ia bekerja hari ini. Luhan memelankan langkahnya dan menetralkan deru napasnya yang memburu. Luhan terpaku memandang restoran yang bertulisan-
CLOSED
-itu. Ia tak tahu. Apakah restoran ini sudah tutup? Baiklah kau harus membuang pikiran itu Luhan. Karena tidak mungkin restoran sudah tutup okey. Luhan lemas seketika jika tidak seseorang memanggil namanya.
"Luhan?" Luhan segera menoleh dan mendapatkan sang manager yang tengah berjalan ke arahnya.
Luhan ingin menangis. Apakah managernya itu akan memarahinya karena sudah terlambat atau-
"Cepat sekali kau datang" Ucap Chanyeol sembari membuka pintu restoran dan tak lama bunyi kunci terbuka pun terdengar di indera pendengaran dua makhluk itu.
"A... A-a" Luhan tak bisa berkata-kata ketika melihat Chanyeol membalikkan badannya kearah Luhan.
"Kau berlari?" tanya Chanyeol sembari terkekeh menyerahkan sebungkus tisu basah pada Luhan.
"T-terima kasih Chanyeol-ssi" ucapnya gugup dan mengusap tisu itu pada permukaan wajahnya entah karena apa. Jantungnya sekarang serasa ingin melompat.
"Tsk! Sudah kubilang panggil Chanyeol saja" ucap Chanyeol sembari memasuki restoran dan diiringi Luhan dibelakangnya yang menunduk meremas bungkus tisu.
"B-baiklah Ch-Chanyeol" Luhan tetap menunduk dan terus berjalan tak menyadari jika yang didepan sudah berhenti hingga-
DUK
Luhan menabrak dada bidang Chanyeol dan segera mundur selangkah. "Kau belum menjawab pertanyaan ku"
"Eh?" Chanyeol menghembuskan napas pelan.
"Kau berlari?" tanya Chanyeol menatap Luhan dalam. Hingga yang ditatap merasa salah tingkah.
"Ehm. Ya begitulah" jawab Luhan berusaha setenang mungkin. Entah kenapa detak jantungnya tidak berdetak normal saat ini.
"Kenapa?"
"A-Aku kira aku terlambat datang bekerja"
"Haha. Kau tidak tahu kalau restoran ini buka pada jam berapa setiap harinya?" Tanya nya lagi. "Kukira restoran ku seterkenal yang orang-orang bicarakan, tapi ternyata tidak" Chanyeol menyimpulkan pendapat pelanggan-pelanggannya yang sering membicarakan restorannya sangat dikenali, tapi apa? Bahkan ada yang masih tidak tahu dengan restorannya yang setiap hari buka ini.
"Ma-maafkan aku" ucap Luhan lirih. Ia tak tahu jika ia akan dimarahi seperti ini. Tapi kalau kita pikir-pikir buat apa Chanyeol memarahi Luhan yang datang lebih awal darinya? Hufftt… Sangat polos dirimu Luhan.
Tes
Luhan meneteskan air matanya, Chanyeol yang melihatnya pun panik. Apa ia salah bicara? Oh- apa Luhan menganggapnya sedang memarahinya? Oh big NO!
"L-Luhan? W-wae?" ucap Chanyeol panik antara hendak memeluk apa tidak (Bimbang nih bu_-)
"Ma-maafkan aku. Aku tidak tahu restoran ini buka jam berapa. Sebenarnya aku tidak pernah keluar rumah. Baru tadi malam saja aku keluar dengan iseng. Jadi maafkan aku Chanyeoliie"
DEG
Chanyeol membeku mendengar Luhan yang memanggilnya semanis itu. Ia jadi tak ragu untuk merengkuh tubuh mungil yang bergetar itu. Chanyeol sungguh menyesal telah berbicara seperti itu yang membuat Luhan'nya' menangis.
"Baiklah. Maafkan aku. Sssttt sudah jangan menangis lagi" sembari mengusap kepala Luhan, Chanyeol menaruh dagu lancipnya di puncak kepala Luhan.
Kruyuuukkk~ (bukan suara ayam oke)
Chanyeol segera melepas pelukannya dan menatap Luhan yang sedang menatap perutnya. Dengan mata yang masih merah dan berair Luhan mendongak, kemudian tak lama muncul cengiran dari wajah manis Luhan.
"Hehe. Aku belum makan Chanyeoliie" kekeh Luhan. Chanyeol mengacak rambut Luhan dan ikut terkekeh juga.
Ia jadi merasa geli sendiri melihat kelakuan Luhan yang tiba-tiba berubah seperti ini. Dilain sisi sebenarnya ia sangat gemas dengan tingkah Luhan'nya' itu.
~Hello Goodbye~
Ini sudah hari ke-tujuh Luhan bekerja direstoran Chanyeol. Ia berteman dan akrab dengan pelayan yang pertama kali menyapa Luhan kala ia hendak melamar seminggu lalu. Namanya Minseok dan ia ternyata seumuran dengan Luhan namun masih sedikit lebih tua pria berpipi 'bakpao' itu. Yah begitulah Luhan memanggilnya. 'Baozi'.
Luhan juga—sangat-akrab dengan managernya itu. Entahlah. Luhan hanya merasa nyaman berada didekat Chanyeol. Jika ia sedang bersedih maka Chanyeol adalah moodbosternya. Chanyeol selalu ada disisinya dan juga ia merasa lebih hangat jika didekat Chanyeol. Ia tidak pernah seperti itu dengan Sehun.
Sehun.
Luhan menghela napas ketika mengingat Sehun. Selama seminggu ini juga Sehun tidak menginjakkan kaki dirumahnya itu. Luhan sudah lelah Sehun seperti itu, maka Luhan akan-berusaha-terbiasa.
"Lu!" panggil seseorang yang menepuk pundak Luhan dengan pelan namun mampu membuat Luhan tersadar.
"Ah! Baozi hyung. Waeguraeyo?" tanya Luhan berhenti dengan pekerjaannya yang sedang membersihkan meja terakhir. Itu Minseok, dan ia juga tak terlalu mempermasalahkan panggilan untuknya itu. Luhan adalah orang pertama memanggilnya seperti itu jadi ia merasa nyaman saja.
"Kau melamun Lu" Minseok menatap Luhan penuh selidik.
"A-apa!? Aku tidak. Tadi aku-"
"Kau memang melamun" ucap suara berat seseorang yang berjalan menuju kearah mereka berdua sembari melonggarkan dasi yang melilit lehernya.
"Hah? Benarkah?" tanya Luhan linglung. Luhan sering lupa apa yang baru saja dilakukannya dan terkadang terlihat seperti seorang yang idiot.
PLETAK!
"Ouch hyung appo~" rengek Luhan yang mengusap kepalanya yang menjadi korban pukulan Minseok.
"Sampai kapan otak mu itu akan jalan Baby Deer?" Minseok berucap dengan nada mengejek. Yang tertinggi diantaranya hanya terkekeh sembari memasukkan tangannya ke dalam kita ketahui sebenarnya ia berusaha mati-matian untuk tidak mengusap kepala Luhan.
"Tuh kan aku jadi hampir lupa apa yang ingin kusampaikan" ucap Minseok yang kembali hendak memukul Luhan. Tapi untung saja tangan itu tertarik lagi dan ia menghela napas.
"Sebenarnya aku ingin mengajak kalian jalan-jalan malam ini"
"Hah?/Eh?" Luhan dan Chanyeol kaget mendengar perkataan Minseok.
"Eumm... Aku belum memberitahu kalian perihal ini ya?" Minseok sekarang malah jadi merona. Berbeda dengan yang tadi galaknya minta ampun. Yang diajak bicara tambah bingung. Chanyeol dan Luhan saling pandang, kemudian kembali menatap Minseok.
"A-aku hari ini ingin mengajak kalian jalan-jalan. Aku tau kalian lelah. Tapi kumohon, untuk kali ini saja" wajah Minseok berubah memelas.
"Eo? Tentu hyung. Aku ikut. Kebetulan sudah lama aku tidak jalan-jalan" lebih tepatnya sama sekali tidak pernah Luhan membatin.
"Tapi- tumben kau mengajak kami hyung. Ada apa?" Chanyeol tersentak mendengar kata-kata 'kami' pada kalimatnya sendiri.
"Eumm.. Anu. K-kekasihku ha-hari ini ulang tahun" Minseok menunduk guna menyembunyikan rona merah dipipinya dan tersenyum sendiri. Yang disalahartikan Luhan, hyung-nya itu sedang sakit karena wajahnya tambah merah.
"Kau sedang sakit hyung. Apa tak apa kau jalan-jalan malam begini?" tanya Luhan dan hampir saja Minseok memukulnya lagi karena tahu apa maksud Luhan jika tidak Chanyeol yang menahan. Yang hendak dipukul hanya melindungi kepalanya dengan lengannya. Minseok berpikir Luhan ini polos atau bodoh? Ck.
"Baiklah kami akan ikut. Tapi kenapa kau tidak memberi tahu ku tentang kekasimu itu" tanya Chanyeol akhirnya angkat bicara.
"Kupikir itu tidak terlalu penting. Dan manager sendiri pun tidak bertanya. Jadi buat apa aku menceritakan hal yang tidak penting?"
Great!
Chanyeol tersenyum mendengar jawaban karyawan sekaligus sahabatnya itu—setidaknya semenjak ada Luhan.
Drrt Drrt
"Kajja! Chen sudah menunggu didepan!" seru Minseok setelah membaca pesan dari Chen—kekasihnya-itu. Tiba-tiba Luhan menjadi repot sendiri dengan bolak balik merapikan kondisinya. Lalu dengan sadar atau tidak Luhan merapikan dasi Chanyeol yang tadi hanya terpasang longgar. Chanyeol terkejut dan saling pandang kepada Minseok.
"Kajja! aku siap!" ucap Luhan lantang.
"Ba-baiklah- kajja" ucap Minseok yang berjalan terlebih dahulu. Luhan yang saking semangtanya pun tanpa sadar menggandeng lengan Chanyeol.
Chanyeol kembali tersentak akan perlakuan Luhan. Ia tatap Luhan dengan intens dan yang ditatap hanya membalas dengan senyum manisnya yang membuat sang manager jantungan. Baru kali ini ia melihat senyum Luhan yang itu.
"Wah. Ternyata ada pasangan lain ya disini?" ucap seseorang yang berada didalam mobil. Luhan masih dengan senyumnya membalas perkataan orang itu dengan membungkuk hormat. Ia juga belum sadar jika tangannya masih bertengger manis pada lengan Chanyeol. Tiba-tiba Minseok membisikkan sesuatu untuk orang itu.
"Eo? Jinjja? Baik maafkan aku. Kalian terlihat seperti sepasang kekasih jika berpegangan seperti itu. Tapi kalian cocok kok" ucap orang itu lagi setelah keluar dari mobilnya. Luhan kali ini tersadar dan memandang tangannya. Ia pun langsung melepaskan kontaknya secara tiba-tiba. Membuat Chanyeol mengerang dalam hati.
"Hai. Namaku Chen. Aku kekasih Minseok" ucap orang itu—Chen- dengan mengulurkan tangannya kedepan. Bersalaman.
"Aku Xi Luhan"
"Chinnese?" tanya Chen dan Luhan mengangguk.
"Aku Chanyeol" ucap Chanyeol setelah dipandang Chen dan mengulurkannya.
"Jadi kapan kita akan jalan-jalan?" ralat Minseok yang sedari tadi ada dalam pelukan Chen.
"Baik. Senang berkenalan dengan kalian. Kuharap kita bisa berteman baik" ucap Chen dan merekapun melesat kearah tujuan. Chanyeol menggunakan mobilnya sendiri. Dan tentu saja berdua dengan Luhan.
Dan jadilah malam itu jalan-jalan pertama yang sangat menyenangkan bagi Luhan. Ia tak pernah melepaskan senyum manisnya itu dan sesekali tertawa lepas ketika Chen menceritakan sebuah lelucon. Chanyeol bersumpah akan memiliki Luhan dengan segera.
~Hello Goodbye~
CKLEK
BLAM
Luhan memasuki rumahnya emm maksudku rumah Sehun dengan pelan dan santai. Ini suda hampir jam 10 malam Luhan sangat mengantuk. Makanya ia minta pulang terlebih dahulu tadi dan diantar oleh Chanyeol sampai kedepan gedung apartemen.
KLIK
Luhan menyalakan lampu dan betapa terkejutnya ia melihat Sehun yang berdiri ditengah ruangan seraya memasukkan tangannya ke saku dan berwajah datar. Luhan tak juga menyapa Sehun. Yang ia pikirkan hanya segera tidur karena besok ia akan kembali bekerja.
GREB
"Darimana saja kau?" ucap Sehun yang memegang tangan Luhan dengan erat. Aku yakin itu akan berbekas.
"Bukan urusanmu. Aku ingin tidur" Luhan berusaha melepaskan genggaman Sehun namun tak bisa karena itu sangat kuat. Sesungguhnya ia merasa sakit Sehun menggenggamnya seperti itu.
"Ooh. Jadi kau selama ini kelayapan hingga tengah malam seperti ini huh!?" Luhan membelalak mendengar perkataan Sehun.
"Tidak! Kenapa kau berpikiran seperti itu?" Luhan kembali berusaha memberontak dari genggaman Sehun. Sungguh ia lelah sekali.
"Lalu kau kemana saja?" Wajah Luhan mengeras mendengarnya.
"Kenapa kau tidak cari tahu sendiri jika kau mencari kekasihmu!?" Luhan membentak Sehun kali ini. Ia sungguh bingung dengan kekasihnya ini. Sehun tersentak mendengarnya.
"Kau membentaku?" ucap Sehun sarkastik.
"Iya! Kenapa? Kau ingin mengusirku? Silakan! Aku akan keluar dari sini. Aku juga sudah punya uang untuk menyewa satu rumah!" sekali lagi Sehun tersentak. Luhan tak pernah seperti ini biasanya.
"Kau tahu aku selama ini kemana? Aku bekerja Sehun! Ingin menambah uang saku ku yang semakin menipis. Dan untukmu juga!" pada kalimat terakhir Luhan kembali menaikkan nadanya. Kali ini Sehun terperangah.
"Aku takut minta uang denganmu. Kau seperti psikopat!" Luhan memelankan suaranya seraya memundurkan langkahnya karena genggamannya sudah terlepas.
"Aku muak. Aku muak denganmu Sehun" kali ini Luhan berkaca-kaca. Sungguh ia tak menyangka kata-kata itu akan keluar.
"Baiklah. Terima kasih atas semuanya. Selamat tinggal Sehun-ssi"
DEG
Sehun membelalakan matanya dan menegang ketika Luhan mengucapkan itu.
BLAM
Luhan meninggalkan Sehun dalam ketegangan.
"S-sehun-ah" panggil seseorang yang baru saja keluar dari salah satu bilik kamar dengan takut-takut. Sehun memutar badannya dan menatap orang itu dengan kosong.
"Baekhyun-ah. Aku berhasil. Aku berhasil" ucap Sehun pada Baekhyun—orang itu.
GREBB
Sehun merengkuh tubuh mungil Baekhyun kedalam pelukannya. Tentu saja Baekhyun membalas. Sebenarnya Baekhyun sangat kasihan pada kekasih Sehun tadi. Ia tak tega pada Luhan yang diduakan. Justru itu Baekhyun menyuruh Sehun untuk memilih salah satunya. Dan yeah- seperti yang kita lihat, Sehun memilih Baekhyun.
"Apa kau yakin dengan keputusanmu ini Sehun?" tanya Baekhyun yang pipinya ia tempelkan pada dada bidang Sehun.
"Apa yang kau maksud? Tentu saja aku sangat yakin dengan keputusanku sendiri chagi" jawab Sehun seraya melonggarkan pelukannya dan menatap dalam manik Baekhyun yang menempelkan dagunya pada dada Sehun.
Baekhyun kembali mendekap Sehun dan menelungkupkan wajahnya seraya bergumam tak jelas didada Sehun. Sebenarnya ia sempat melihat mata Sehun yang seperti kehilangan tadi. Tapi ia berusaha seperti tak melihat hal itu.
~Hello Goodbye~
Lelaki yang tadi mengantar seseorang masih betah ditempatnya memandang bangunan apartemen didepannya melalui jendela mobil. Chanyeol. Sudah lumayan lama ia seperti itu. Dan saat hendak meninggalkan tempat itu ia melihat siluet yang sangat familiar.
Luhan?
Matanya menyipit untuk memperjelas penglihatannya, dan terbelalak kala melihat siluet yang agak dekat dengannya itu. Luhan'nya' sedang menangis! Oh tidak! Tidak! teriaknya dalam hati.
Ia pun turun dari mobil dan berusaha mengejar Luhan yang berlari didekatnya.
Hap!
Berterima kasihlah pada kakinya yang panjang itu karena dengan cepat ia menggenggam tangan Luhan yang gemetar.
"Lu?" Chanyeol menetralkan napas nya yang sedikit berpacu. Tak ada sahutan dari yang dipanggil. Malahan bahunya semakin bergetar dengan hebatnya kala mendengar suara yang sering menenangkannya.
GREBB
Tanpa perintah Luhan memeluk Chanyeol yang hendak mengeluarkan suaranya lagi untuk memanggil Luhan.
Napas Chanyeol tercekat.
Ia membeku.
Jantungnya bekerja dua kali lipat.
Ia tak menyangka Luhan akan memeluknya seperti ini. Sangat erat hingga ia meremas kemeja belakang Chanyeol.
"Lu" panggil Chanyeol setelah lama hening melanda. Chanyeol dapat merasakan kemeja bagian depannya basah.
"Hikss"
JLEB
Bagaikan anak panah yang menusuk dadanya ketika ia mendengar isakan Luhan yang teredam dada bidangnya. "Lu. Kau kenapa hmm?" tanya Chanyeol setenang mungkin dan membalas pelukan Luhan serta mengusap pelan surai coklat madunya itu.
"Kuantar kau pulang oke?" Luhan dengan segera menggelangkan kepalanya dengan kencang dan mencengkram kemeja bagian belakan Chanyeol. Itu membuat Chanyeol bingung sendiri.
"Katakan padaku kau kenapa Lu" ucap Chanyeol lagi setelah terdian cukup lama. Tak ada jawaban dan tak ada pergerakan dari Luhan. Chanyeol berusaha sesabar mungkin untuk menunggu jawaban darinya.
2 menit
3 menit
4 menit
Lima menit sudah Chanyeol menunggu dan tetap tak ada jawaban.
"Lu-" ucapan Chanyeol terputus ketika ia melonggarkan pelukannya dan Luhan hampir limbung. Namun segera Chanyeol merengkuhnya kembali.
Luhan tertidur.
Chanyeol hanya tersenyum melihat Luhan yang tertidur layaknya bayi. Mulutnya seperti menggumamkan sesuatu tapi entah apa itu.
Dengan jiwa yang masih sadar, Chanyeol mengecup kedua mata Luhan yang terpejam itu. Membuat Luhan kembali bergumam dan tangannya seperti hendak menggapai sesuatu. Hingga telapak tangannya mengenai pipi Chanyeol dan menaikkan hingga leher Chanyeol. Dan akhirnya Luhan memeluk leher Chanyeol dengan posesive.
Chanyeol tak tahu apa yang harus diperbuatnya. Ia juga tak menghiraukan pandangan orang-orang melihatnya gemas. Lalu dengan senang hati Chanyeol mengangkat tubuh Luhan ala bridal dan membawanya kerumah Chanyeol.
~Hello Goodbye~
"Heunggh?" Luhan melenguh terbangun dari tidurnya. Lalu menatap ruangan yang ia tiduri.
Bukan kamarnya.
"Eo? Hi Lu. Kau sudah bangun?" Luhan segera menoleh kearah sumber suara. Kemudian matanya terbelalak melihat Chanyeol.
"Chanyeol!? Bagaimana kau bisa disini? Ah- maksudku kenapa aku disini? Ini dimana? Kenapa ada kau? Dan aku? Ini dimana?" tanyanya beruntun. Chanyeol terkekeh mendengarnya karena pertanyaan itu tak jauh-jauh dari dirinya dan Luhan.
"Kau dirumahku. Nah, dan kau berhutang penjelasan kepadaku atas yang kau lakukan tadi malam" Luhan mengkerut mendengarnya. Chanyeol mendudukan dirinya disamping Luhan diatas ranjang itu tanpa mengenakan atasan yang kain itu hanya digantung dibahunya. Habis mandi.
BLUSH
Entah kenapa Luhan merona melihatnya. "Jadi bisa kau jelaskan padaku?" tanya Chanyeol menyadarkan keterdiaman Luhan.
"Hah? Aku harus menjelaskan apa?" tanya Luhan balik. Chanyeol menghela napas sebentar sebelum Luhan sudah mengingat kejadian tadi malam.
"Emm itu- itu. Itu tak penting" ucapnya. Yang sebelumnya terdengar bergetar berubah menjadi datar. Chanyeol menyadari itu. Pasti ada sesuatu dari Luhan.
"Kau yakin? Kau menangis tadi malam" mendengar itu Luhan menegang. Tentu saja Chanyeol yang peka menyadari ketertegangan Luhan. "Kau tahu? Aku hampir depresi melihatmu seperti itu" kali ini hati Luhan menghangat mendengar ucapan Chanyeol. Entahlah Luhan peka jika mengenai perasaan dirinya sendiri. Tapi akan terlihat sangat bodoh jika merasakan perasaan orang lain. Ck.
"Jadi sekali lagi bisa kau jelaskan kenapa?" tanya Chanyeol lagi. Ia tak puas mendengar jawaban Luhan yang berkata 'tidak penting' tapi bagi Chanyeol ini sangat penting.
"Emm.." Luhan terlihat ragu untuk menjawabnya. Ia tak yakin jawaban dari pertanyaan Chanyeol akan memuaskannya.
"Ayolah Lu. Kumohon" ucap Chanyeol yang menggunakan aegyeo nya tepat didepan wajah Luhan. Yang membuatnya ingin tertawa.
"Sudahlah Chanyeoliie. Itu tak penting untukmu" ucap Luhan sambil terkikik. Chanyeol mendelik mendengarnya. Kemudian menyilangkan tangannya didada.
"Kau tahu? Itu sangat penting bagi ku. Kau bekerja ditempat ku. Aku tak ingin pegawai ku ada masalah ketika ia bekerja" Alasan yang bagus Chanyeol. Ia tersenyum bangga didalam hati menyadari alasannya tersebut.
Luhan tak bisa berkata apa-apa. Benar juga, ia bekerja ditempat Chanyeol. "S-sebenarnya tadi malam aku punya sedikit masalah. Sungguh hanya sedikit" Luhan berusaha meyakinkan Chanyeol agar Chanyeol tak menanyakan lebih.
"Aku tahu. Tapi bisa kutahu apa masalahnya?" Luhan gagal dalam hal meyakinkan Chanyeol.
"Sebenarnya itu tak terlalu penting"
"Ceritakan saja. Aku akan mendengarkan dengan baik"
Selanjutnya Luhan menceritakan semua kejadian setelah ia pulang. Mata nya berkaca dan tak lama mengalir cairan itu melewati pipinya tapi segera dihapus namun cairan itu tetap saja keluar. Chanyeol berusaha untuk tidak merengkuh tubuh itu. Tapi setelah Luhan mengeluarkan isakkanya. Ia tak bisa menahan lebih lama lagi dan dengan erat merengkuh tubuh yang bergetar itu. Sebenarnya Chanyeol sedikit sakit setelah tahu Luhan memiliki kekasih. Tapi senang juga mendengar dari Luhan ia sudah memutuskannya.
"Ssstt.. Sudahlah. Yang berlalu biarkan berlalu dan hadapi apa yang akan terjadi. Tenang saja ada aku disini" ucap Chanyeol menengangkan. Yang dibalas Luhan memeluknya lebih erat.
"Oh ya. Kau tadi malam tertidur dipelukan ku lho. Kau tidur sangat lucu Lu. Seperti bayi" ucap Chanyeol yang diakhiri dengan kekehan kecil. Dan dibalas pukulan kecil dari Luhan.
"Kau menyebalkan Park Chanyeol" ucap Luhan yang mengerucutkan bibirnya yang memerah dengan mata yang basah.
"Kenapa kau sangat lucu eoh? Uuuu~~" Chanyeol mencubit kedua pipi Luhan dengan gemas.
"Chanyeoliie. Appo~" rengek Luhan kemudian Chanyeol tertawa dan memeluk Luhan lagi. Luhan tak menolak, ia hanya menyamankan wajahnya pada dada telanjang Chanyeol.
Sebulan kemudian
"Chanyeol" panggil Luhan pada Chanyeol yang sedang memasukkan popcorn dengan brutal. Mereka sedang menonton film. Sekarang Luhan sudah menjadi tanggung jawab Chanyeol. Setidaknya itu yang dikatakan Chanyeol pada Luhan. Chanyeol sudah membelikannya baju-baju baru dan segala kebutuhan Luhan. Yang sebelumnya Luhan tak membawa apa-apa saat pergi meninggalkan rumahnya.
"Ngg? Haee uuu? (Wae Lu?)" Luhan mendelik bosan mendengarnya.
"Telan dulu makananmu Chan. Kau menjijikan" walaupun manager, Chanyeol jika dirumah bersikap sangat childish. Ia ragu apa pihak sekolahnya dulu meluluskannya dengan benar?
"Nah ada apa Lu?" ucap Chanyeol setelah menelan makanannya.
"Aku ingin punya rumah sendiri saja Chan. Tidak enak juga rasanya tinggal dirumah orang terus" jelas Luhan sambil mengelap remah-remah yang tersisa diantara bibir Chanyeol dengan tangannya—itu sudah biasa untuk mereka. Mendengar penjelasan dari Luhan wajah Chanyeol berubah masam. Tentu saja Luhan menyadarinya. Luhan selama ini juga tak jarang diajarkan Chanyeol tentang agar-peka –terhadap-orang-lain.
"Apa?" tanya Luhan dirasanya Chanyeol menatapnya dengan intens.
"Baiklah. Besok kita akan cari rumah untukmu" tanpa Luhan sadari Chanyeol menyeringai dibalik topengnya.
"Oke. Gomawo Chan!" ucap Luhan sembari memeluk erat leher Chanyeol. Dibalik itu Chanyeol tersenyum puas dan membalas pelukan Luhan.
~Hello Goodbye~
"Nah. Kita sudah sampaii~~" Luhan memandang rumahnya dengan pandangan senang.
CKLEK
Whoa Luhan takjub dengan isinya. Sofa, meja, tv, dan perabotan lainnya sudah tersedia disitu. Tentu saja dari Chanyeol. Walaupun rumah ini kecil. Tetap saja itu membuat Luhan terharu. Luhan berbalik memandang Chanyeol dengan pandangan berkaca-kaca.
GREBB
Chanyeol hampir limbung saat Luhan memeluknya dengan cepat. Namun pelukan itu tetap dibalasnya. "Hikss.. Kau berlebihan Chanyeol" Luhan terisak di perpotongan leher Chanyeol.
"Sudah kubilang sekarang kau tanggung jawab ku. Ssstt sekarang jangan menangis lagi" Chanyeol berkata sambil mengusap surai halus Luhan dengan lembut. Dan dibalas anggukan oleh Luhan.
"Nah. Sudah melihat rumahnya kan? Sekarang ayo kita ke restoran. Mulai saat ini kau akan ku antar jemput setiap hari"
"Tapi-"
"Tak ada penolakan darimu Xiao Lu" Luhan mengerucutkan bibirnya setelah melepaskan pelukannya. Chanyeol yang melihat itu hanya mengulum senyumnya.
"Kajja" Chanyeol mengulurkan tangannya untuk disambut Luhan. Kemudian merekapun memasuki mobil Chanyeol yang sebelumnya Chanyeol melirik rumah yang berada dismping rumah Luhan.
~Hello Goodbye~
Besoknya.
Luhan menikmati pagi damainya seorang diri. Rindu juga dengan Chanyeol. Biasanya jika pagi seperti ini Luhan akan direpotkan untuk membangunkan manager mudanya itu dan membuat sarapan untuk mereka berdua.
Luhan mendudukan dirinya dikursi kayu diteras rumahnya. Rumah Luhan memang tidak bertingkat, tapi cukup nyaman. Lagipula ia cuma sendiri disini. Jikapun Chanyeol akan menginap masih ada satu kamar kosong dirumahnya ini.
Luhan menoleh kearah rumah tetangganya yang ada seorang lelaki berparas manis sedang menyiram tanaman dengan senyum yang sangat menawan menghias wajahnya yang bak bocah lima tahun itu. Kemudian pandangan keduanya bertemu dan tersenyum satu sama lain. Luhan pun berjalan mendekati lelaki itu.
"Hai" ucapnya menumpukan dagunya pada pembatas rumah yang dibuat berbentuk pagar.
"Hai" balasnya. "Kau tetangga baru?" sambungnya menatap Luhan.
"Yeah. Begitulah hehe. Kau tinggal sendiri?" tanya Luhan berbasa-basi.
"Tidak" jawabnya. Luhan melihat pipi lelaki itu sedikit memerah setelah menjawab pertanyaannya.
"Oh. Kalau boleh tau dengan siapa? Apa istrimu? Atau adik?" tanya Luhan beruntun yang membuat pipi orang itu semakin memerah. Dan dijawabnya gelengan, Luhan mengernyit melihatnya.
"Sebenarnya. Aku tinggal dengan suamiku" ucapnya sembari menundukan wajahnya yang sangat memerah padam.
"Oh" jawab Luhan seadanya dengan senyuman. Ia paham saja dengan tetangganya ini.
"Kami baru menikah seminggu yang lalu dan diberi hadiah oleh orang tua ku rumah ini" orang itu memandang rumahnya dengan senyuman.
"Wah~ Pasangan baru. Selamat ya~" ucap Luhan sembari menyalamkan tangannya pada orang itu.
"Haha~ Terima ka-"
"Yeobo~ dimana kau taruh dasiku?" teriak seseorang dari dalam rumah.
"Tu-tunggu sebentar Sehuniie~! Dia memang seperti itu" teriaknya pada orang yang disebutnya Sehuniie itu. Dan berbisik pada Luhan pada kalimat terakhirnya.
Sehuniie?
TBC
Sebenarnya ini OS, tapi karena kepanjangan dan takut kalian muntah-muntah bacanya, yaudah Ovie bagi dua deh. Mangap gegara yang error.
Salam dua jari saja dari Ovie /Chu~/
