Lunatic's Lament
Disclaimer © Masashi Kishimoto
Warning:
AU, OOC, Alur Cepat, Typo(s), EYD Amburadul, Dll.
"Naruto!"
Pemuda berambut pirang jabrik memakai sweater orange dan celana jeans biru panjang yang kelonggaran tersebut menoleh menatap gadis berambut pink sebahu yang tengah melambaikan tangan padanya. "Yo! Sakura!"
Gadis modis berpakaian elegan yakni dress pink selutut tanpa lengan dibalut sweater merah tersebut berlari kecil menghampiri Naruto. Dia memeluk beberapa buku dan dibahunya tersampir tas tangan berwarna merah. "Naruto! Tadi gimana kelas Algoritma dan Pemrograman?"
"Bahas bikin database desktop. Buka aja modul bab 9." Naruto memasukan kedua tangannya kedalam saku sweater orange-nya. "Ngomong-ngomong kenapa tadi kau tak masuk?"
Sakura menarik nafas panjang. Lelah. "Partner kerjaku sakit, jadi dia tak kerja sambilan dan aku harus menggantikannya."
"Oh." Naruto mengangguk mengerti.
"Naruto-kun!"
Naruto dan Sakura menoleh serentak menatap orang dari sumber suara yang memanggilnya. Gadis berambut pirang dikuncir kuda dengan poni yang menutup sebelah mata kanannya cemberut menatap Naruto.
Naruto tersenyum riang menatap gadis yang memakai sweater biru donker dan rok mini abu tersebut. Sesaat Naruto menatap Sakura. "Saku, maaf ya.. pacarku akan marah kalau aku tak langsung menghampirinya."
Sakura tersenyum kecil mendengarnya. "Iya! Sana gih!"
"Ja!" Naruto menghampiri gadis pirang yang tengah cemberut tersebut. "Ino-chan." Naruto tersenyum lima jari setelah berdiri didepan pacarnya.
Ino menatap Naruto dingin. "Ngobrol apa kau dengan si jidat lebar itu?"
"Dia hanya tanya 'belajar apa tadi?' karena tadi dia tak masuk." Naruto menjawab enteng.
"Huh! Kalau dia tak masuk, kenapa dia ada di kampus? Kau nggak bohong kan? Kalian bicarakan apa lagi?" Ino menatap Naruto penuh selidik.
Srek! Srek!
Naruto mengacak poni Ino pelan. "Ya ampun darling.. dia kan asisten dosen juga! Jadi jadwalnya banyak.. terus aku tak bicara hal lain karena kau memanggilku.. aku bahkan belum semenit bicara dengannya Ino!"
"Kau tak bohong kan? Dia tak menggodamu kan?" Ino menatap Naruto penuh harap.
"Darling! Sakura punya pacar loh! Namanya Sasuke.. so.. ngapain dia menggodaku?" Naruto menatap Ino heran. "Kita sudah berpacaran cukup lama.. kenapa kau tak mempercayaiku?"
"Huh!" Ino mendengus kesal seraya melipat tangannya didada. "Kau terlalu ramah pada teman-temanmu! Bagaimana kalau salah satu dari mereka menyukaimu? Atau dua atau bahkan lebih.. kau pasti akan meninggalkanku kan?"
"Hahahaha." Naruto tergelak karena geli. "Sekeren itukah aku dimatamu Ino?"
"Huh!" Ino membuang muka. Kesal.
Tep!
Naruto menangkup wajah Ino agar dia menatap mata Naruto. "Ino.."
Cup.
Naruto mengecup bibir cherry didepannya sekilas membuat pemiliknya merona merah. "Darling.." Naruto menatap Ino penuh keseriusan. "Jangan mengkhawatirkan hal yang tak perlu.. aku takkan melirik apalagi mencari gadis lain selama kau tak mengatakan bahwa kau tak mencintaiku lagi."
Ino menggenggam tangan Naruto yang menangkup wajahnya seraya menatap Naruto dihiasi senyum manisnya. "Arigatou.. I love you Naruto-kun."
"I love you too darling." Sambil menggenggam tangan Ino, Naruto menurunkan tangannya dari pipi kekasihnya itu kemudian sedikit membungkukan badannya agar bisa memagut mesra pacar cemburuannya ini.
"Ngghhh."
Lengguhan Ino membuat Naruto semakin memperdalam pagutannya.
Ino mengeratkan genggamannya di tangan Naruto. 'Tidak biasanya dia menciumku lama begini.' Ino sedikit heran dengan tingkah Naruto. 'Ah sudahlah.. toh aku menyukai permainannya.' Ino menutup matanya menikmati pagutan panas Naruto.
Sreet!
Ino membuka matanya karena heran dan terkejut saat Naruto mendadak melepas pagutannya. "Naru-"
"Haa.. maaf.. hha.. hhh.. hha.." Naruto bernafas dengan cepat sambil menundukan kepalanya.
"Kau kenapa?" Ino mengusap pipi tan Naruto.
Naruto nyengir kuda. "Aku lupa bernafas."
Ino sweatdrop mendengar ucapan Naruto. "Ceh! Kirain apa!"
"Ehehehe." Naruto menggaruk tengkuknya kaku. "Pulang yuk!"
"Yuk!" Ino memeluk tangan kanan Naruto. Bergelayut manja disana.
"Sebelum pulang, apakah ada tempat yang ingin kau kunjungi?"
Ino mengeratkan pelukannya. "Makan siang bareng kamu di Restaurant Teuchi."
"Siap darling." Naruto mengecup pelan kepala Ino.
Naruto dan Ino berjalan dengan mesra ke tempat parkiran kampus.
-neverlookback-
"Na-Naruto-kun.. aku menyukaimu.."
Naruto menggaruk kepalanya yang tak gatal sambil menatap gusar gadis cantik berambut biru donker sepunggung yang tengah berdiri didepannya. Gadis tersebut menundukan kepalanya karena gugup. "Hinata.. maaf aku tak bisa menerimamu.. kau tahu sendiri kan.. aku sudah punya kekasih.."
Hinata menggamit ujung baju polkadot ungu yang dipakainya. Dia menengadahkan kepalanya menatap Naruto berkaca-kaca. "Aku tahu Naruto-kun.. aku juga tahu kau akan menolakku.. aku menyampaikannya hanya agar kau tahu.. itu saja.." Hinata tersenyum miris. "Arigatou mau meluangkan waktumu.."
Naruto menarik nafas panjang. "Sekali lagi maaf.. aku sangat menghargai perasaanmu tapi.. kau tahu kan.. aku sangat mencintai Ino.."
Hinata mengangguk pelan. "Aku tahu.. Naruto-kun.. bolehkah aku meminta sesuatu..?"
"Kenapa tidak? Kalau aku bisa melakukannya demi temanku.. Dan jika ternyata permintaanmu sulit.. maaf aku tak bisa memenuhinya." Naruto meletakan tangannya di bahu Hinata.
"A-Aku ingin memelukmu sebentar saja."
"Maaf, aku tak mau Ino salah paham." Naruto menolak dengan halus.
Gyuut!
Hinata menerjang memeluk Naruto sebentar. Yeah! Walau sangat sebentar, Hinata senang dapat membenamkan wajahnya di dada bidang Naruto yang tertutup kaos hijau yang dipakai Naruto. "Oy! Hinata!"
"Sebentar saja!"
Naruto menarik nafas panjang. Frustasi.
'Minggu depan adalah aniversary jadian kami yang ketiga.. aku kasih hadiah apa ya? Dia kasih kejutan apa ya?' Ino senyam-senyum sendiri sambil berjalan di koridor kampus. Dia memeluk buku-buku tebal tentang jurnalistik. "Eh? Na-Naru.." Ino sangat terkejut melihat pacarnya tengah berpelukan didepannya-dengan gadis cantik yang tak dikenalnya.
Brukk!
Ino menjatuhkan buku-bukunya sambil menatap Naruto dan Hinata penuh amarah, kesal dan benci. Naruto langsung menjauhkan dirinya dengan Hinata seraya menghampiri Ino. "Ino." Ino mundur agar menjaga jarak dengan Naruto. "Ino! Semuanya bisa kujelas-"
"Berisik!" Ino berlari secepat mungkin agar bisa menjauh dari Naruto dan Hinata.
Naruto berlari mengejar Ino, Hinata ikut mengejar Ino. "Na-Naruto-kun.. aku akan meminta maaf padanya.. akan kujelaskan semuanya.. aku yang menyebabkan semua ini."
"Hm!" Naruto mengangguk mengiyakan.
Naruto dan Hinata menyisir kampus untuk mencari Ino tapi tak menemukannya dimanapun juga.
-neverlookback-
Ino Point Of View: On
Naruto?! Kenapa kau lakukan ini padaku? Aku merasa sedang dikejar imajinasiku. Kau tahu? Aku melihat senyummu disemua tempat. Penat, aku pun terduduk lesu dijembatan sambil menatap air sungai yang mengalir dibawahku. Begitu banyak rasa sakit, aku tak bisa berpura-pura tenang. Jiwaku gelisah dalam kekosongan pikiran yang hitam pekat.
Aku menengadahkan kepalaku, menatap langit kelam tanpa bintang. Malam ini sangat hitam, sehitam pikiranku saat ini. Gambaran situasi yang terakhir kusaksikan kembali mencubit urat-urat syaraf mataku.
"A-Ano.. I-Ino-san.."
Ake menoleh ke sumber suara. Kutatap sinis perempuan kaku yang berdiri dihadapanku. Dia terlihat sangat gugup. "Apa?"
"A-Aku ingin meminta maaf.. aku.. aku akan menjelaskan semuanya." Perempuan didepanku menunduk menyesal.
"Baiklah. Akan kudengarkan." Aku menyilangkan tangan didadaku. "Aku juga penasaran. Kenapa pelacur sepertimu bisa memeluk kekasihku." Aku berjalan santai melewati gadis tersebut.
"Ka-Kau mau kemana?" Gadis lavender tersebut menatapku heran.
"Pulang." Aku menjawab singkat. "Ikut aku."
-Skip Time-
Set!
Setelah kumatikan keran, kutatap diriku dalam refleksi kaca yang terpampang didepanku. Wajahku yang basah terlihat kelelahan dan memancarkan sedikit kelegaan. Aku tak bisa menjelaskan perasaanku. Aku tak tahu yang kulakukan ini benar atau salah. Aku bingung seperti ada sesuatu dalam diriku yang telah mati. Aku merasa sangat bersalah menjadi diriku. Aku merasa sangat rendah menjadi diriku. Diriku benar-benar rusak. Rusak oleh luka dan kebencian. Sangat mengecewakan. Akulah bajingan nyata.
Ting! Tong!
Bunyi bell begitu menggema di apartemenku. Aku langsung mengusap wajahku dengan handuk yang tersampir dipinggir kaca seraya berlari kecil menuju pintu.
Cklek.
Pintu kubuka dan menampilkan pria berambut pirang menatapku gusar. "Ino! Darimana saja kamu? Aku mencarimu kesetiap sudut kampus! Tadi aku juga kemari tapi kau tak ada! Berhentilah membuatku galau!"
"Berisik!" aku menatapnya sinis. "Ada apa kau datang kemari?"
"Tentu saja untuk menemuimu! Ino! Biarkan aku jelaskan semuanya." Naruto menatapku dengan tatapan memohon.
Aku memutar bola mataku bosan. "Sudahlah, aku malas mendengar penjelasanmu."
"Pleaseee."
"Haa~ masuklah." Aku mempersilahkan Naruto masuk. Gak tega juga liat dia berwajah seperti itu.
Sudah 30 menit Naruto menjelaskan kronologis kejadian tadi di kampus dan percakapan-percakapan ringan tentang aniversary kami yang ke-3. Aku hanya menanggapinya acuh. Naruto menatap jam sebesar figura kecil yang terpajang diatas televisi. "Sudah larut malam, sebaiknya aku pulang Ino."
"Ya."
Naruto menyeruput kopi yang kuhidangkan kemudian berdiri seraya mengambil kunci motornya yang tergeletak di samping cangkir kopinya. "Kalau begitu aku pamit ya."
"Hm."
"Besok mau kujemput?"
"Tidak usah, besok aku hanya ada kelas sore."
"Baiklah."
Aku mengantar Naruto hanya sampai pintu keluar. Setelah dia memberiku pagutan mesra, dia benar-benar pergi.
Cklek.
Kututup pintu sambil menarik nafas panjang. Aku melangkah ringkih kekamarku.
Bruk.
Kujatuhkan diriku sendiri di kasur. Aku menringkuk dan sesekali menguap. Perlahan-palah kupejamkan mataku. "Haa~ hari yang menyebalkan." Ino melirik dinding disebelah tempat tidurnya. "Aku harus menata ulang kamar sebelah."
Ino Point Of View: Off
To Be Continued
