Tittle : Only You (SunJi couple from HTB)

Pairing : Sunwoo (Park Seojoon), Jidwi (Park Hyunsik)

Dics : Karakter bukan milik Joy, tapi cerita murni dan asli milik Joy-dattebayo :v

Note : FF kedua Joy tentang SunJi couple dari HTB. OOC pastinya, alur masih tetap maju mundur cantik :v

.

.

Semoga readers suka ya.. rencananya saya bikin Twoshoot atau Threeshoot, tapi tergantung respon readers ya :)

.

MENGANDUNG ADEGAN YAOI/HOMO/GAY/BL.

YANG HOMOPHOBIC HARAP TINGGALKAN LAMAN INI.

DLDR.

.

.

.

HAPPY READING MINNA-SAN

%%%%Joy AKNS%%%%

.

.

.

Jidwi adalah pewaris tunggal kerajaan Silla. Meskipun pewaris tunggal kerajaan, namun sebenarnya Jidwi tidak pernah menginginkan kedudukan itu. Ia terus menerus dipaksa oleh sang Ibu untuk mengemban tanggung jawab itu.

Sejak kecil Jidwi hanya memiliki seorang teman akibat kekangan sang Ibu yang selalu mengurungnya di dalam istana. Teman Jidwi itu bernama Sunwoo. Anak seorang setengah bangsawan yang takdirnya diperuntukkan berkorban demi keluarga utama kerajaan. Sama seperti yang telah dilakukan sang ayah berkorban demi Keluarga Kerajaan. Jadilah kini Sunwoo yatim piatu.

Jidwi dan Sunwoo pertama kali bertemu saat mereka berusia lima tahun. Saat itu Sunwoo dibawa ayahnya -Ahn Ji- ke kerajaan untuk bertugas menjadi pengawal Jidwi. Mulai sejak itulah mereka berteman. Kemana pun Jidwi pergi selalu ada Sunwoo yang mengikuti. Hingga saat beranjak remaja pada usia 12 tahun Ratu Jisoo mengutus Sunwoo untuk berlatih ke negeri seberang dengan tujuan untuk persiapan Sunwoo total mengorbankan hidupnya mengabdi pada Jidwi, seperti yang telah ditakdirkan untuk separuh bangsawan sepertinya.

"Apa maksud Ibu berbuat semaunya seperti ini? Sunwoo tidak akan kemana-mana. Sunwoo tetap akan disini bersamaku. Menjadi temanku !" Secara tiba-tiba Jidwi memasuki ruangan pribadi Ratu sembari berteriak lantang. Sedangkan Sunwoo yang berada di belakang Jidwi hanya menunduk hormat. Sunwoo tahu jika Jidwi sudah marah besar seperti ini tak ada seorang pun yang berani mengusiknya, bahkan Ibu nya sekali pun. Namun sepertinya kali ini Jidwi akan kalah berdebat dengan Ibu nya.

"Apa yang ku lakukan adalah hak ku. Apa pun bantahanmu tak kan berlaku lagi." Ratu Jisoo berkata santai di atas singgasananya.

"Kau tak bisa mempermainkan hidup seseorang seperti ini lagi !" Jidwi masih bersikeras membantah sang Ibu.

"Aku bisa. Akulah penguasa disini sekarang. Ingat itu bocah." Ratu Jisoo berkata tajam.

"Kau bukan Tuhan. Ingat batasanmu !" Jidwi yang sudah benar-benar panas itu langsung melemparkan gelang pewarisnya tepat di hadapan sang Ibu, yang mengenai ujung bawah pakaian Ibu nya.

Ratu Jisoo memunguti gelang itu. Lalu memainkannya ditangan. Kemudian ia menatap Sunwoo yang masih menunduk hormat itu.

"Sunwoo-ah, kemarilah." Ratu berkata lembut kepada Sunwoo.

Sunwoo yang diperintah pun segera mendekati Ratu. Dengan masih tetap menundukkan kepalanya.

"Ibu dengarkan aku !" Jidwi masih berteriak marah disana.

"Angkat kepalamu. Dan tatap aku." Ratu Jisoo mengangkat dagu Sunwoo. Ia sama sekali tidak memedulikan Jidwi yang tengah mencak-mencak di sana.

"Maaf Yang Mulia." Sunwoo berkata sopan dan menatap Ratu.

"Kau tahu apa tugasmu bukan? Buatlah bocah itu mengerti akan kewajibannya dimasa depan mendatang." Ratu Jisoo berkata lembut sembari ia mengambil tangan kanan Sunwoo lalu meletakkan gelang Jidwi disana.

"Ingatlah posisimu sebagai pelindung Sam Mekjong. Aku berharap banyak padamu, Sunwoo-ah." Lanjut Ratu dengan nada angkuh.

"Ye Yang Mulia." Sunwoo pun berbalik setelah tadi ia menundukhormat kepada Ratu.

"Jangan turuti dia Sunwoo. Kau bukan pelindungku. Kau temanku !" Jidwi berteriak marah kepada Sunwoo.

Sunwoo berjalan tenang menuju Jidwi. Lalu menangkap pergelangan tangannya seraya berkata.

"Sudahlah. Suaramu akan habis jika terus-menerus berteriak. Ayo bermain diluar." Sunwoo berkata lembut kepada Jidwi sembari menariknya pelan untuk keluar dari ruangan itu.

"Kau akan pergi ke Garyeo 2 hari lagi Sunwoo-an. Di sana kau akan di latih oleh Panglima Wangso." Ucap Ratu tiba-tiba.

"Sunwoo tidak akan kemana-mana !" Jidwi mengentakkan tangannya yang sedang digenggam Sunwoo dan menunjuk Ibunya dengan tidak sopan.

"Baik Yang Mulia." Sunwoo berbalik dan menunduk hormat kepada Ratu.

"Apa-apaan sikapmu itu? Jangan bodoh Sunwoo !" Jidwi kembali membentak Sunwoo.

"Sudahlah ayo main." Sunwoo berucap dingin dan datar.

Sontak Jidwi diam tanpa melawan. Hal itu memudahkan Sunwoo untuk membawa Jidwi keluar. Sedangkan Ratu yang melihat interaksi mereka hanya menatap sendu keduanya.

Semoga yang ku takutkan tak kan terjadi. Tuhan lindungilah anakku. Ibu melakukan ini demi masa depanmu nak. Ibu Jidwi membatin risau.

Sunwoo Jidwi side

Sunwoo membawa Jidwi menuju gudang di belakang peternakan Kerajaan yang sudah tidak digunakan. Sunwoo mengangkat Jidwi lalu mendudukkannya di salah satu kursi singgasana Raja yang telah usang. Namun Jidwi masih tetap diam sembari menundukkan kepalanya menatap lantai. Ia masih takut menatap wajah Sunwoo. Sunwoo tahu bahwa Jidwi tertekan akibat nada suaranya yang dingin dan datar tadi. Sunwoo juga tahu hal yang paling Jidwi benci didunia ini adalah ketika Sunwoo bertindak seolah tak memperdulikannya.

"Maafkan aku. Kita masih punya waktu 2 hari sebelum aku belajar." Ujar Sunwoo lembut sembari mengangkat dagu Jidwi lalu menatapnya lembut. Namun Jidwi malah menghindari tatapan Sunwoo. Ia lebih tertarik menatap perabotan Kerajaan yang usang dari pada menatap wajah tampan Sunwoo.

Sunwoo menghela nafas. Membujuk Jidwi yang telah merajuk ini sangat susah. Namun Sunwoo tak putus asa. Ia tetap mencari perhatian Jidwi dengan cara apa pun.

Sunwoo berjongkok di hadapan Jidwi yang tengah duduk dikursi itu. Tangan Sunwoo terampil mengenakan kembali gelang pewaris Kerajaan itu ke tangan halus Jidwi.

"Kau tahu? Aku melakukan ini agar nantinya dapat melindungimu. Aku tak ingin kau terluka karena aku gagal melindungi. Lagi pula aku hanya pergi sebentar. Sebelum pelantikanmu menjadi Raja aku akan pulang." Sunwoo berujar lembut sembari mengelus tangan Jidwi.

"Kau gila. Kau tahu pelantikan itu ketika aku berusia 20 tahun ! Itu berarti kau akan meninggalkanku selama 8 tahun ! Aku membencimu. Kau tidak menyayangiku. Aku membencim-uumph." Ucapan Jidwi terhenti saat tiba-tiba Jidwi mencium bibirnya lembut. Sontak Jidwi membelalakkan matanya kaget. Tanpa sadar Jidwi meneteskan air matanya.

Sekedar hanya kecupan ringan penuh cinta yang diberi Sunwoo kepada Jidwi. Namun bisa membuat keduanya mengerti akan perasaan yang tersampaikan lewat ciuman itu.

Hanya sekitar 45 detik mengecup bibir itu, Sunwoo pun melepaskan kecupannya. Lalu menatap mata Jidwi yang tengah berair itu lembut.

"Aku menyayangimu. Bahkan aku mencintaimu Jidwi. Maaf membuatmu menangis." Ucap Sunwoo lembut sembari mengusap air mata Jidwi. Lalu mengecup mata sembab itu lembut.

"Kalau kau mencintaiku. Tetaplah bersamaku." Jidwi berkata dengan susah payah karena sesenggukan oleh tangisnya.

"Ini tugasku. Aku harus membuktikan kepada Ibu mu aku sanggup melindungimu dengan kekuatanku sendiri. Kau mau menungguku hingga saatnya kita bersama nanti tiba?" Bujuk Sunwoo lembut sembari menyatukan kening mereka.

"Jangan pergi hiks. Kau tahu aku hanya memilikimu. Jangan tinggalkan aku hiks." Wajah Jidwi begitu menyedihkan saat mengatakan itu. Ditambah air mata yang tak kunjung reda. Hal itu membuat dada Sunwoo sakit seperti terisis pedang yang amat tajam.

"Kumohon jangan menangis. Maafkan aku." Sunwoo segera saja menarik lembut wajah Jidwi menuju dadanya. Ia tak mau ketahuan oleh Jidwi bahwa ia kini juga tengah meneteskan air matanya. Sungguh ia tak ingin pergi, namun ia telah berjanji kepada Ratu untuk ini.

Cukup lama mereka berpelukan seperti itu hingga Jidwi tertidur dipelukan Sunwoo karena kelelahan menangis. Sunwoo pun menggendong tubuh kecil Jidwi ala bridal atyle dengan hati-hati, lalu membawanya keluar dari gudang tersebut menuju kamar Jidwi yang berada di dalam ruang utama Kerajaan.

Tanpa mereka ketahui Ratu melihat semua yang mereka lakukan dari awal. Pandangan Ratu Jisoo datar menatap mereka.

Ratu Jisoo POV

Keputusanku memisahkan mereka tak salah lagi. Maaf anakku, ini yang terbaik untukmu. Cinta kalian ini adalah semu. Aku tak mau kalian tersesat jauh ke dalam cinta semu sesaat ini.

Ratu Jisoo POV end

Setelah melihat itu Ratu pun kembali menuju ruang utama kerajaan, diikuti oleh pengawalnya yang setia itu.

Skip Time

Di sepanjang jalan menuju kamar Jidwi, seluruh pelayan dan pengawal menunduk hormat kepada Sunwoo yang tengah menggendong Pangeran mereka. Pemandangan itu tak membuat mereka terkejut. Karena Sunwoo sudah bagai Pangeran kedua bagi mereka, karena kesetiaan Sunwoo menjaga Jidwi semenjak ia dibawa sang ayah ke istana ini.

Sesampainya dikamar Jidwi, Sunwoo pun meletakkan Jidwi dengan hati-hati di atas ranjang milik sang Pangeran cantik itu. Bukannya keluar malah Sunwoo duduk di tepian kasur Jidwi sembari menatap Jidwi penuh cinta. Walaupun masih 12 tahun namun Sunwoo telah mampu berpikiran layaknya orang dewasa yang bijak. Sungguh ia sangat mencintai pemuda cantik ini.

Sunwoo POV

Melihatnya tertidur seperti ini membuat hatiku nyaman. Entah kapan lagi setelah ini aku bisa melihat wajah polosnya saat tidur seperti ini. Mengingat aku akan meninggalkannya sejenak selama 8 tahun. Semoga malaikatku ini dapat melewati ini. Sungguh aku tak sanggup, namun aku harus.

Kukecup keningnya, namun alangkah kagetnya aku merasakan suhu panas dikeningnya. Sontak aku pun segera berlari keluar meminta air hangat dan handuk kecil.

Tak berapa lama pelayan pun datang membawa apa yang ku pinta. Langsung saja aku meletakkan handuk kecil yang sudah aku basahi tadi diatas kening malaikatku ini.

Setengah jam berlalu aku masih setia di samping Jidwi. Syukurlah panasnya sudah mulai turun. Aku mengecup bibir pucatnya. Cepatlah sembuh malaikatku.

Sunwoo POV end

Setelah usai mengecup bibir Jidwi, Sunwoo pun keluar kamar. Ia memerintahkan pelayan memeriksa Jidwi setiap lima belas menit.

"Periksa Pangeran setiap lima belas menit sekali. Jika ada apa-apa segera panggil aku di taman belakang Kerajaan. Malam ini aku akan berlatih pedang sesaat." Setelah dilihatnya pelayan itu mengangguk, Sunwoo pun pergi menuju tempat yang dimaksud.

Belum sampai 1 jam Sunwoo berlatih pelayan tergopoh-gopoh memanggilnya.

"Pangeran mencari Anda, Tuan." Pelayan itu menunduk hormat kepada Sunwoo.

"Baiklah." Sunwoo menyimpan pedangnya lalu berjalan menuju kamar Jidwi.

Sesampainya dikamar Jidwi, Sunwoo langsung disambut oleh isak tangis Jidwi. Seperti biasa, jika sedang sakit Jidwi akan sangat manja kepada Sunwoo.

"Hiks kau lama." Tangis Jidwi manja. Tangan nya menggapai Sunwoo minta dipeluk.

"Maaf Pangeranku, aku baru selesai berlatih. Dan kau tahu, aku bau keringat. Jadi aku akan mandi dulu ok?" Ujar Sunwoo tertawa kecil sembari menyimpan pedangnya di atas meja disana. Lalu berjalan mendekati Jidwi untuk memeriksa suhu tubuh pria cantik itu.

"Biar saja. Aku suka bau keringat Sunwoo." Jidwi berkata manja seraya mengangkat tangannya untuk digendong Sunwoo. Kebiasaan Jidwi ketika sedang sakit. (-_-)

"Dasar manja. Ck ck." Sunwoo berdecak kecil melihat tingkah manja Jidwi, namun tetap menggendong lelaki cantik itu. Gendongan didepan ala koala.

"Aku tidak mau tidur hingga dua hari ke depan. Aku ingin bersama Sunwoo." Jidwi berujar pelan. Ia memeluk leher Sunwoo sangat erat.

"Jangan begitu. Itu tak baik untuk kesehatanmu. Aku tak mau kau sakit." Sunwoo berujar pelan sembari ia berjalan pelan kesana-kemari, persisi seperti seorang Ibu menggendong anaknya yang sedang rewel.

"Biar saja." Jidwi menyela kesal. Jidwi menaruh kepalanya dibahu Sunwoo.

"Sudahlah. Sebaiknya kau tidur ok? Jangan membantah atau aku akan marah." Sunwoo berucap mutlak. Ia pun mendudukkan dirinya di ranjang Jidwi. Namun Jidwi masih tetap di pangkuannya.

"Tidak mau ! Tidak mau dan tidak mau !" Jidwi dengan keras kepalanya menolak perintah Sunwoo.

"Baik baik sayang. Jangan berteriak. Lakukan semaumu." Sunwoo berkata sabar. Ia dengan telaten mengelus lembut punggung Jidwi.

Jidwi diam tak menjawab. Ia sudah sangat mengantuk namun masih tetap ia tahan supaya tak tidur. Namun belaian tangan Sunwoo dipunggungnya membuat Jidwi nyaman tak kuasa menahan kantuk. Hingga akhirnya kepala Jidwi terkulai lemas dibahu Sunwoo, deru nafasnya stabil menandakan Jidwi telah tertidur.

Setelah mengetahui malaikatnya tertidur, Sunwoo meletakkan Jidwi dengan hati-hati kembali berbaring diranjangnya.

"Jaljayo sayangku. Mimpi indah ne." Kecupan selamat malam Sunwoo berikan dikening dan bibir Jidwi. Lalu ia beranjak untuk membersihkan diri dikamar mandi yang ada di kamar Jidwi.

FYI, semenjak kenal Sunwoo, Jidwi tak mau dipisahkan dari Sunwoo. Hingga Ratu terpaksa membuat mereka sekamar berdua. Semenjak umur 5 tahun setiap kegiatan rutin Jidwi seperti belajar membaca akan selaku diikuti oleh Sunwoo. Hingga saat ini mereka masih tetap bersama.

Skip Time

Dua hari yang dijanjikan Ratu telah tiba. Hal ini membuat Jidwi histeris karena tak mau berpisah dari Sunwoo. Dari semenjak bangun pagi Jidwi sudah menempeli Sunwoo ke mana pun ia pergi termasuk mandi pun jidwi ikut.

Kini mereka telah sampai digerbang perbatasan Kerajaan dengan daerah luar. Selama itu pula Jidwi masih menangis memegangi tangan Sunwoo. Semua Prajurit dan Pelayan hanya menatap haru peristiwa itu. Sedangkan Ratu yang ikut mengantar hanya menatap datar mereka.

"Sudahlah. Aku akan segera kembali. Ingat apa yang ku bilang tadi malam." Sunwoo tersenyum manis sembari mengacak rambut Jidwi.

"Hiks tidak mau. Jangan pergi hiks." Isak tangis Jidwi semakin keras dan semakin kuat pula ia mencengkeram lengan Sunwoo.

"Pengawal tahan Pangeran." Perintah mutlak dari sang Ratu.

"Andwae andwae Sunwoo !" Jidwi berteriak histeris ketika pengawal melepas paksa pegangan tangannya pada Sunwoo.

Sedangkan Sunwoo hanya terdiam. Lalu menaiki kudanya dengan segera. Ia tak mau semakin sulit meninggalkan Jidwi nanti nya.

"Tuan Wi Hwa pastikan kau membimbing Sunwoo selama belajar dengan Panglima Wangso. Jangan mengecewakanku." Tutur Ratu dengan nada khasnya.

"Ye Yang Mulia. Kami pergi dulu." Kedua orang itu bersama kudanya masing-masing melaju meninggalkan perbatasan. Saat melihat ke belakang, Sunwoo melihat Jidwi yang terjatuh karena mengejar Sunwoo. Jidwi menangis keras di belakang sana. Hati Sunwoo tertancap panah kala itu juga, namun ia langsung mengalihkan pandangannya ke depan.

Tunggulah aku Jidwi. Jika kita ditakdirkan bersama kuta akan bersama. Karena kau hanyalah milikku. Tunggu aku sayang. Tekad Sunwoo dalam hati.

Flashback on

Malam harinya sebelum keberangkatan Sunwoo besok. Sunwoo dan Jidwi sedang berada dikamar Jidwi. Mereka berpelukan erat diatas ranjang.

"Sudah jangan menangis lagi. Kita sudah sepakat tak ada tangis-tangisan lagi bukan? Sudah dua hari ini kau menangis. Tak lelah huh?" Sunwoo berkata jenaka sembari mengusap pipi lembab Jidwi.

"Hiks hiks." Jidwi hanya menatap Sunwoo dengan masih tetap menangis.

"Oh ayolah sayang. Jangan menangis lagi." Sunwoo mencium pipi Jidwi.

"Hiks hiks huwaaaa." Bukannya berhenti malah tangisan Jidwi semakin keras.

Sunwoo menghela nafas pelan. Lalu membawa tubuh yang lebih kecil darinya itu duduk bersender dikepala ranjang.

"Aku punya hadiah. Kau mau?" Sunwoo bertanya sembari mengusap air mata Jidwi.

"Hiks tidak mau. Jang pergi hiks." Hanya kata itu yang diucapkan Jidwi ketika Sunwoo berusaha membujuknya.

Hilang akal membujuk Jidwi, Sunwoo pun mencium bibir Jidwi. Melumatnya dengan penuh nafsu hingga Jidwi lupa akan tangisnya karena berusaha membalas ciuman yang diberikan Sunwoo.

"Eummhhpp..mmhpp." Jidwi mendesah tertahan disela-sela ciuman mereka.

Sunwoo mengabsen seluruh yang ada dalam mulut Jidwi. Setelah puas mengeksplor mulut Jidwi, Sunwoo kembali menyerang lidah Jidwi untuk diemut.

"Euumphh sesakhh.." Jidwi memukul pelan dada Sunwoo.

Sunwoo pun melepaskan ciumannya. Lalu memasangkan sebuah cincin perak di jari manis Jidwi.

"Tunggu aku. Dan simpan ini sampai aku kembali." Ucap Sunwoo lembut sembari mengusap bibir dan dagu Jidwi yang penuh akan saliva akibat ciuman mereka.

"Hiks jangan pergi." Jidwi kembali menangis melihat cincin cantik yang bertengger indah dijari manisnya itu.

"Tunggulah aku. Aku mencintaimu."

"Aku juga mencintaimu. Jangan pergi hiks."

Mereka pun kembali berciuman mesra. Malam itu mereka habiskan dengan berciuman. Tak lupa setelahnya Jidwi memberikan ikat kepala kesayangannya untuk dibawa oleh Sunwoo.

Tanpa mereka ketahui ikatan benang merah telah terjalin dengan erat saat itu juga.

Flashback off

Jidwi sampai dirumah setelah tadi mengantar kepergian Sunwoo. Namun belum sepatah kata pun yang terucap dari mulutnya sejak saat itu. Jidwi seperti mayat hidup yang tak berdaya lagi.

Jadilah ia boneka Ibu nya hingga nanti. Hingga Sunwoo datang menjemputnya dan membebaskannya dari kekangan Ibunya.

.

.

.

.

TBC or END ? :v

Joy bikin FF SunJi lagi.. dapat ide tadi malam dan langsung Joy tulis biar gak lupa :3

Kalau banyak yang minta lanjut akan Joy pikirkan lagi, kalau tidak ada ya Ending nya begini :v

Terakhir Joy minta keikhlasan reader mereview cerita Joy ini ya :)

Maaf kalau jelek dan banyak typo, Joy masih newbie di FFn..

Sayonara minna-san :)