Il Sogno

By: Ietsuna G. Ventisette

G27

Cast: Giotto (Ieyasu Sawada); Tsunayoshi Sawada

Rated: T

Genre: Drama. Romance

Katekyo Hitman Reborn!

©Akira Amano


[!]

OOC

GiottoxTsuna

PuriTsuna

•••


Perlahan kelopak mata itu terbuka. Memperlihatkan iris cokelat terang dari seorang Don Vongola Decimo, Sawada Tsunayoshi. Matanya menatap kosong, lalu terpejam sesaat, dan terbuka lagi. Perlahan ia menatap fokus langit-langit kamar. Kemudian beralih melirik jam digital yang menunjukkan pukul 01:10 tengah malam.

Tsuna menghela napas berat. Bisa-bisanya ia terbangun di tengah malam seperti ini. Tubuh letihnya yang terbaring di tengah ranjang berukuran king size itu terlihat nyaman. Namun kenyamanan itu terusik saat intuisinya memberi peringatan.

"Siapa?"

Ia beranjak penuh kewaspadaan saat menyadari ada orang lain di kamar itu. Tangannya telah bersiap dengan senjata api di balik bantal.

Ketukan sepasang sepatu terdengar mendekat ke arahnya. Sosok itu menampakkan wujudnya kepada sang Decimo. Dia adalah Vongola Primo, Giotto, bos pertama Vongola Famiglia sekaligus pendahulunya.

Perasaan tegang yang sempat Tsuna rasakan menurun ketika ia mengetahui siapa sosok itu. "Primo?" katanya sedikit heran. Sekarang ia merasa cemas. Apakah akan ada percobaan lagi terhadap dirinya? Kenapa pria itu muncul? Untuk apa?

Giotto bersikap sangat tenang. Tetap karismatik. Sejenak ia menatap sang Decimo. Kemudian ia berkata, "Kita bertemu lagi, Decimo."

Suara itu terdengar lembut namun penuh wibawa. Bibir yang menyunggingkan senyuman itu membuat hatinya menghangat. Tanpa sadar, Tsuna terhipnotis oleh sosok yang ada di hadapannya ini. Terlebih pada iris jingga yang cemerlang itu. Seakan ia tengah menatap panorama senja.

Giotto bergeming. Senyum di bibirnya tak memudar. Matanya tengah sibuk memandangi sosok pria muda yang ada di hadapannya. Terlebih pada iris cokelat terangnya yang selalu memancarkan kehangatan.

Tsuna menggelengkan kepalanya cepat. Apa yang baru saja ia pikirkan?! Tsuna merutuk dalam hati. Baru saja ia akan menanyakan hal yang lebih lanjut, sosok itu tiba-tiba berada di sampingnya. Terlalu cepat hingga ia tak menyadarinya.

Tubuh Giotto bergerak sangat cepat. Pergerakannya tak tertangkap mata. Dengan cepat ia menghapus jarak di antara mereka.

Tsuna terkesiap. Apa yang sedang terjadi? Ia tak bisa berpikir jernih. Sentuhan itu membuatnya terlena. Bibir mereka bertemu satu sama lain dan saling menyalurkan kehangatan.

Iris jingga mengunci dalam iris cokelat itu tanpa berkedip. Hingga mata mereka merefleksikan wajah masing-masing.

Untuk yang satu ini Tsuna benar-benar tak berkutik. Ia tak perlu khawatir akan pendahulunya. Kerena di dalam tubuh mereka mengalir darah yang sama. Ia menutup kedua matanya tanpa ragu dan membiarkan tubuhnya terengkuh erat.

Senyum di bibir Giotto kian melebar saat jarak tercipta. Ia berhasil membuat pria muda itu terbuai dalam sentuhannya.

Entah seperti apa wajahnya sekarang. Kacau? Tsuna merasa wajahnya memanas. Ia gelagapan. Baru Tsuna membuka mulut hendak melontarkan sebuah pertanyaan, sebuah jari menginterupsinya.

Giotto menempelkan jarinya di bibir Tsuna. "Giotto."

Tsuna mengerjap. Giotto? Apa maksudnya? Keningnya berkerut samar. Ia tak mengerti maksud pria ini.

Giotto menyunggingkan senyuman. "Panggil namaku, Tsunayoshi."

Jantungnya berdebar. Saat nama kecilnya disebut, kenapa ia merasa bahagia? Aneh. Wajah sang pria muda merona. Apa tidak apa-apa jika ia menyebut nama sang leluhur? Tsuna merasa ragu.

Keraguan itu tertangkap jelas di matanya. Giotto membelai wajah itu sejenak. Tatapannya memelas.

Tsuna tertegun melihat tatapan itu. Ia... tak bisa menolaknya. Bibirnya pun bergerak menyebut namanya, "Giotto..."

Pria itu tersenyum bahagia. Giotto senang mendengarnya. "Buona notte, Tsunayoshi," katanya seiring dengan tubuhnya yang mengabur dari pandangan.

Tsuna tak mengerti. Kenapa ia tak ingin dia pergi? Saat sosok pria itu menghilang, ia merasa kosong. Dan saat ia menyebut nama itu, ia merasa... Ia tak bisa menjelaskannya dengan kata-kata.

Kenapa?

Tsuna tersentak karena suara dari dering jam digital yang berbunyi nyaring. Waktu telah menunjukan pukul 06:00 pagi. Dan ia tengah terbaring di ranjangnya.

"Mimpi?" gumamnya. Matanya menatap langit-langit kamar. Tapi terasa sangat nyata. Tsuna menyentuh bibirnya. Bibirnya melengkung. Mengukir senyuman manis. Membuat wajahnya tampak lebih cerah.

"Giotto."

•••

•Fin•


Thanks for reading minna-san!

Ciao!

[Ietsuna G. Ventisette]