Halo sebelumnya.. terimakasih sebelumnya untuk para reader setia fanfictin terutama para Dramione shipper. Mohon maaf untuk cerita What's Wrong,Love? Aku belum bisa publish chapter 8 karena story itu stuck di tengah chapter 8. Ide cerita sudah ada hanya saja karena kesibukan pribadi, Chapter 8 terpotong di tengah jalan dan justru malah membuat aku terinspirasi cerita baru. Huhu maaf ya. Tapi kemungkinan WWL masih tetap aku lanjutkan hanya saja terlebih dulu aku ingin mempersembahkan cerita terbaru Dramione. Masih tentang tema favoritku,Marriage Life, hanya saja kemungkinan besar konfliknya akan lebih serius dan agak berat dari ff sebelumnya. Ceritanya NO MAGIC. Tidak ada persahabatan Golden Trio dan Hogwarts. Semoga saja FF ini akan menyenangkan kalian para Dramione Shipper. Sekali lagi mohon maaf untuk yang sudah menunggu FF WWL dan selamat menikmati FF baru ini.

All characters belong to JK. Rowling

FACE THE TRUTH

Chapter 1

Udara pagi terasa begitu melegakan dan sudah menjadi kesenangan tersendiri bagi Hermione untuk menyempatkan diri menghirup udara pagi dari balkon yang terletak di kamarnya. Dengan kedua tangannya yang memegang secangkir coklat panas, Hermione tidak bergeming dari tempatnya meskipun udara pagi terasa lebih dingin dari biasa karena akan memasuki musim gugur.

Hermione selalu menyukai bangun pagi lebih awal daripada siapapun yang ada di rumah besar menyukai suasana pagi yang tenang..damai..yang mana sangat berbalikan dengan kehidupan yang dia jalani sekarang.

Hermione dapat merasakan bahwa hidupnya sekarang hancur. Satu-satunya hal yang diinginkannya sekarang hanyalah untuk dicintai.. Tapi.. hal sederhana yang sangat diinginkannya tersebut terasa sangat jauh dari harapannya.

Ayahnya..tidak pernah menyukainya..tak pernah menginginkan tahu itu, bahkan ayahnya tak perlu repot untuk memberitahunya karena dia sudah merasakannya. Ayahnya tak pernah peduli. Bahkan hanya untuk menatap Hermione dan mendengarkan setiap keluh kesahnya, Ayahnya tak pernah ada untuknya.

Ibunya, orang yang paling Hermione cintai, sudah meninggalkannya. Satu-satunya orang yang mencintainya sekarang sudah tenang di Surga. Satu-satunya orang yang peduli padanya.

Maka,Hermione benar-benar merasa sendiri sekarang. Baiklah, sebenarnya tidak sendiri,Hermione memiliki seorang suami. Tapi Hermione tahu keadaan rumah tangganya tidaklah seperti rumah tangga orang lainnya. Suaminya tidak peduli padanya. Pernikahan mereka hanyalah bentuk dari keegoisan orang tua yang menjodohkan mereka karena alasan bisnis keluarga. Hermione tidak bisa menolaknya, bagaimanapun juga pernikahan mereka tidak ada cinta

Ketika mengetahui bahwa dia akan menikahi orang yang tidak dia kenal, Hermione sadar dia tak akan bisa menolaknya. Hermione menyadari bahwa hidupnya sudah sangat hancur tapi dia masih berharap bahwa kehidupannya mungkin akan berubah, mungkin sedikit berubah.

Hermione tahu suaminya tidak menginginkannya dan itu terlihat jelas, Tapi dia juga tak bisa menyalahkan pria tersebut karena bagaimanapun dia juga tak menginginkan pernikahan ini. Namun, bagaimanapun juga, Hermione selalu berusaha agar pernikahannya baik-baik saja meskipun dia menyadari bahwa suaminya adalah orang yang sangat angkuh,dingin dan tanpa kepedulian pada dirinya.

Meskipun mereka hidup di dalam rumah yang sama bersama puluhan pelayan mereka, Hermione tak bisa menyangkal adanya jarak yang besar antara dirinya dan suaminya. Hermione tidak bodoh,Suaminya tetaplah seorang laki-laki. Hermione sadar mungkin saja suaminya, seorang Draco Malfoy, Pria kaya, tampan, pemilik salah satu perusahaan besar di London, akan bercinta dengan wanita lain, wanita yang lebih di inginkannya tentu saja karena bagaimanapun juga, pernikahan yang mereka jalani bukanlah pernikahan karena cinta.

Hermione bisa saja menyangkal nya atau mungkin melakukan hal yang sama tapi Hermione tidak bisa. Hermione bukanlah wanita murahan yang akan pergi dengan pria mana saja yang dia suka. Hermione selalu menutupi pada semua orang bahwa pernikahannya baik-baik , dia hanya tidak ingin pergi dengan orang lain atau katakanlah bercinta dengan orang lain dan ketika pulang dia akan menemui suaminya. Hermione sekali lagi hanya ingin pernikahannya terlihat baik-baik saja.

Ketjka minumannya mulai habis, Hermione berbalik pergi dari balkonnya dan berjalan menuju keluar kamarnya. Masih tak ada siapa-siapa di koridor. Hermione melangkahkan kakinya menuruni tangga dan berjalan ke arah dapur.

"Pagi Dorothy," sapa Hermione pada kepala pelayan dirumahnya. "Kau sedang membuat Nasi Goreng Thailand ya?"

"Oh. Pagi, . Ya, saya sedang membuat kesukaan anda," sahut Dorothy yang terlihat sedang mempersiapkan sarapan pagi untuknya.

"Baunya sangat enak, aku tak sabar ingin memakannya," kata Hermione sambil tersenyum.

Dorothy tersenyum melihat majikannya yang terlihat antusias pada masakannya."Anda terlihat sangat lapar," Dorothy tersenyum lebar pada Hermione."Mrs. Malfoy , anda tidak ke Hospital hari ini?"

Hermione memang bekerja di salah satu Rumah sakit terkenal di kota London setelah menyelesaikan pendidikan kedokterannya beberapa tahun lalu. Hermione menggelengkan kepalanya dan kemudian kembali mengamati Dorothy yang masih memasak. "Tidak Dorothy, hari ini aku sedang libur. Apakah kau memang sengaja memasaknnya banyak Dorothy. Aku rasa aku tidak sanggup menghabiskan sebanyak itu," Hermione mengerutkan keningnya heran karena dia merasa Dorothy memasak terlalu banyak.

"Tidak Mrs. Malfoy. Ini memang porsi yang pas." Dan sebelum Hermione sempat bersuara lagi, Dorothy mengatakan bahwa Mr. Malfoy sudah datang. Hermione agak terkejut dengan ucapan Dorothy. Dia memang terbiasa tidak melihat Draco pulang atau sekedar makan pagi dengannya, namun jarak waktu nya terlalu dekat sejak terakhir dia melihat keberadaan Draco di rumah. Biasanya dia akan mendapati kenyataan tidak bertemu Draco selama hampir 1 bulan namun 1 minggu terakhir kali bertemu dengannya, membuat Hermione merasa agak aneh.

"Mr. Malfoy baru saja pulang, . Dia tertidur di ruang tengah," sahut Dorothy. "Apakah nyonya akan sarapan sekarang?" tanya Dorothy kembali.

"Tunggu Dorothy. Aku ingin melihat keadaan Draco terlebih dulu," Hermione berlalu dari Dapur dan pergi keruang tengah di rumah besar mereka.

Hermione mendapati seorang pria yang kini sedang berbaring di salah satu sofa di ruang tengah rumah mereka. Semua kancing bajunya terbuka dan memperlihatkan dengan jelas dada bidang pria tersebut. Lengan bajunya tergulung dan salah satu tangannya menutupi matanya dan tangan lainnya menggantung di sisi sofa. Dasi dan jas nya sama-sama sudah tergeletak di lantai. Hermione berjalan dan meraih jas serta dasi suaminya sambil melirik ke arah pria yang masih tidak bergerak di sofa. Hermione tidak yakin apakah suaminya sedang tidur atau hanya berpura-pura tidur.

"Draco," Hermione memanggilnya dengan pelan.

Dan benar saja, Draco memang tidak benar-benar tidak lagi menutupi matanya dan beralih posisi menjadi duduk sambil tetap memegangi pelipis matanya. Hermione dapat melihat mata abu-abu Draco yang terlihat memerah serta rambut pirang platinanya yang terlihat berantakan. Hermione mengulurkan tangannya bermaksud memegang dahi Draco untuk memeriksa suhu tubuhnya namun Draci langsung menepisnya.

Dan 2 tahun hidup dengan Draco, Hermione sudah banyak membuat pengendalian emosi Hermione menjadi sangat baik sehingga Hermione tidak terlalu memusingkan atau mengambil hati atas setiap tindakan Draco. Hermione yang juga memiliki sifat keras kepala dan tak peduli dengan tepisan Draco, Hermione kembali memeriksa suhu tubuh Draco dengan paksa kali ini.

"Kau demam,"

Draco tidak menjawab. Hermione menambahkan kalimatnya karena sadar Draco tidak akan berusaha merespon ucapannya "Kau terlalu bekerja sampai larut malam sepertinya. Kau harus beristirahat di kamar, bukan di sini,"

Hermione baru akan meraih tubuh Draco untuk membantunya yang nampak kesusahan menjaga keseimbangan tubuhnya saat mencoba untuk berdiri namun lagi-lagi Draco menepisnya. "Aku bisa melakukannya sendiri," dan Draco berjalan menuju kamarnya tanpa menoleh ke arah Hermione.

Hermione tidak menyusulnya dan membiarkan Draco berjalan menuju kamarnya. Hermione menghela nafasnya dan merasa lelah atas situasi ini. Meskipun mereka jarang bertemu, namun Draco selalu bersikap dingin padanya.

Hermione selalu berusaha agar semua tampak normal dan baik-baik saja tapi Draco bahkan tidak menghiraukannya sedikitpun. Hermione pernah berpikir bahwa benar Draco membencinya karena Hermione menyetujui pernikahan ini tapi Hermione pikir lagi, rasanya tidak masuk akal karena Draco tidak punya Hak untuk membencinya karena dia juga dalam posisi yang sama , sama-sama tidak bisa menentang pernikahan ini dan Hermione berpikir lebih jauh, Draco tidak memiliki alasan untuk membencinya. Karena mungkin Hermione juga akan merasakan hal yang sama.

Hermione bermaksud kembali ke dapur namun kemudian berubah pikiran setelah melihat jas dan dasi yang masih ada di tangannya dan pergi menyusul Draco ke kamar. Hermione masuk dan mendapati baju-baju yang berserakan di kasur dan koper besar terbuka terletak di lantai.

Hermione jelas sadar apa yang akan terjadi.

"Kau mau pergi," Hermione bertanya seolah itu hal biasa dan berjalan menuju sofa di kamar untuk meletakkan jas dan dasi Draco yang sedari tadi di pegangnya. Dia sadar Draco tidak akan menjawabnya dan dia hanya berdiri menyaksikan Draco yang sedang memasukkan beberapa pakaiannya ke dalam koper. Hermione terlalu biasa dengan keheningan di antara mereka walaupun banyak hal yang ingin di tanyakannya namun menyadari bahwa Draco tidak akan menanggapinya , maka Hermione memutuskan tetap diam.

Seketika hal mengejutkan Hermione bahwa ternyata Draco lah yang memutuskan mengakhiri keheningan antara mereka.

"Ada urusan perusahaan di Paris selama satu minggu," tanpa menoleh Hermione , Draco menyahutinya dengan datar sambil menutup kopernya.

"Kau sedang sakit,"

"Aku akan menghubungi dokter pribadiku,"

Hermione terdiam sambil melipat kedua tangannya di dada namun dia benar-benar tak bisa menahan kalimat yang ingin dia keluarkan. "Kau hanya akan mempermalukan dirimu. Pergi dengan pakaian seperti itu? Kau terlihat mengerikan," Sesungguhnya Hermione tidak ingin berusaha terlihat mengejek Draco namun entahlah, setiap berhadapan dengan Draco dengan keadaan seperti ini, Hermione tidak bisa mencegahnya.

"Aku akan menggantinya di bandara. Aku sibuk,"

"Apa bedanya dengan mengganti di sini,"

Draco menahan nafas dan memutuskan menoleh ke arah Hermione.

"Aku sedang tidak ingin berdebat denganmu."

"Aku juga tidak," Hermione menegaskan suaranya. Hermione menatap Draco dan menunggu kalimat dari Draco "Aku tidak pernah ingin berdebat denganmu."

"Apa sebenarnya yang kau inginkan," Nada suara Draco terdengar dingin dan Hermione berusaha tidak terpengaruh dengan hal itu. Hermione bisa saja lebih keras kepala daripada Draco namun hal itu hanya akan membuat pertengkaran antara mereka.

"Kau sedang tidak sehat. Kenapa kau tidak beristirahat dulu,"

"Kenapa kau peduli?"

"Kenapa aku tidak boleh peduli?"

Selalu seperti ini. Hermione selalu berhasil membalikkan kata-katanya dengan mudah. Dia tak paham dengan ini semua. Sejak hari pertama mereka tinggal bersama, Draco menmyadari bahwa Hermione memiliki sifat yang sama dengannya dan itu sangat membuatnya jengkel.

"Aku harus pergi," Draco menyahutinya dengan datar dan meraih kopernya. Namun sebelum Draco akan mencapai pintu kamarnya, suara Hermione mencegahnya keluar dari pintu itu.

"Apa kau sangat ingin menjauh dariku, Draco," Hermione bertanya dengan lirih.

"Ini tidak ada hubungannya denganmu, Hermione," Draco menjawabnya tanpa menoleh ke arah Hermione.

Hermione tidak tersenyum tapi ini adalah kesempatan langka untuknya, Berbicara sedekat ini dengan Draco dan mungkin ini adalah percakapn mereka yang pernah di tanggapi Draco sebanyak ini. Dan sebelum Hermione sempat mencegahnya, bibirnya langsung mengatakan hal yang tidak pernah dia bayangkan untuk di katakan.

"Aku juga tidak menginginkan pernikahan ini, Draco." Hermione mengatakan nya dengan pelan namun berhasil membuat Draco memutarkan badan ke arahnya. Draco mengerutkan keningnya dan mungkin merasa heran mengapa Hermione menyangkut pautkan pernikahan mereka dengan kepergiannya kali ini.

"Aku ingin kau mengetahuinya karena aku jarang memiliki kesempatan untuk berbicara denganmu,"

"Kau juga tahu bahwa aku tak pernah menginginkan pernikahan ini."

Hermione tersentak dengan pernyataan Draco dan tidak berbicara apapun. Dia terkejut, tentu saja. Dia tidak sakit hati atau apapun, sungguh, Hermione baik-baik saja. Hermione terkejut karena Draco mengatakannya dengan terus terang. Bagaimanapun juga, Hermione tidak memiliki perasaan apapun untuk Draco.

"Apa yang sebenarnya kau inginkan, Draco?" Hermione mengulangi kalimat Draco sebelumnya setelah dia berhasil mengatasi keterkejutannya.

Draco melepaskan koper di sampingnya dan berjalan mendekat ke arah Hermione. "Kita berdua tahu bahwa kita tidak memiliki kekuasaan apapun atas pernikahan ini. Tidak ada yang bisa kita lakukan,"

Hermione menatap ke mata kelabu Draco. Hermione merasa muak. Ingin sekali dia meneriakkan segalanya di hadapan Draco. Mereka berdua memang sadar, mereka tidak memiliki kuasa apapun untuk menolak pernikahan ini dan itulah mengapa Hermione membuat pernikahan ini agar berjalan nampak baik-baik mengapa Draco tidak mengerti? Bukankah dengan rasa benci hanya akan membuat semuanya semakin rumit? Bisa saja akan menyakiti mereka berdua, bukan? Mereka sudah tinggal 2 tahun, tak bisakah Draco menerimanya? Tidak, mereka tidak perlu saling mencintai. Hermione hanya menginginkan agar mereka bisa saling menghargai satu sama lain.

Namun Hermione juga tidak bisa menyalahkan Draco. Hermione tahu,tinggal bersama orang yang tidak kita inginkan akan membuat siapa saja muak. Hermione tidak bisa menyalahkannya karena Hermione segera menyadari bahwa ini adalah salahnya. Untuk apa dia repot-repot membuat pernikahannya baik-baik saja padahal tidak? Tidak seharusnya di a berharap agar semua baik-baik saja pada akhirnya. Karena tidak seharusnya dia membuat pria yang mencintai wanita lain mau menerima pernikahan ini.

Ini adalah kesalahannya sendiri.

Hermione tidak menyadari bahwa dirinya menangis saat tangan dingin Draco menghapus air matanya yang mengalir di pipinya.

"Maaf."

Hermione tersenyum dan menggeleng. Iya, kalimat basa-basi yang memang tidak perlu diucapkan Draco. Untuk apa dia minta maaf, ini semua adalah salahnya. Salahnya karena berharap terlalu tinggi.

Hermione perlahan mundur sehingga Draco tidak lagi menyentuh pipinya. "Tidak, kau tidak salah. Maafkan aku yang membuatmu bingung.'

Namun sebelum Draco membuka mulutnya untuk bicara, Hermione menyelanya. "Kau beristirahatlah hari ini. Aku akan menelpon sekretarismu bahwa kau sakit."

Draco baru akan membantah namun Hermione kembali menyelanya.

"Aku mohon, Draco. Hanya untuk hari ini."

...

TBC

Ditunggu ya review, kritik dan sarannya...