Minna… Ini adalah fanfict chibi yang ke-4

Heum… semoga fanfict ini berkesan di hati Minna-san


Summary : Setelah mengetahui perasaan Gaara yang sesungguhnya, Nejipun belajar untuk merelakan Gaara bersama Naruto. Namun kebahagiaan Naruto dan Gaara tidak bertahan lama ketika sosok Pemuda lain hadir di dalam kehidupan keluarganya.

Rated : T

Pair : NaruGaa slight NeJiSasu

Warning : OOC, Yaoi, BL, MXM, Rape, TYPO

Disclaimer : milik Masashi Kishimotoseorang

Fic ini punya Chibi

Don't Like Don't Read


Pagi hari yang cerah dimana suara burung-burung yang berkicau membangunkan sosok pemuda manis yang tengah tertidur lelap disamping suaminya yang sudah mendampinginya selama 2 bulan terakhir.

Ya, Sabaku Gaara atau lebih tepatnya sekarang Ny. Uzumaki itu mulai merenggangkan badan ketika dirasakan mual yang teramat sangat sehingga diapun berlari menuju toilet. Suara berisik di toilet rupanya membangunkan Uzumaki Naruto.

"Umh…Nghh…Gaara?" Naruto tampak mencari sosok yang selalu menemaninya tidur itu

Saat didengarnya suara di toilet, maka segeralah ia menuju kesana.

"Hooooeeekkk… Hooooeeekkk…"

"Gaara! Kau kenapa?" mengelus-elus punggung Gaara

"Aku tidak ta.. Hoooeekkk…"

"Sebaiknya kita pergi ke Rumah Sakit saja."

"Tid… Hoooeekkk…"

"Tidak ada penolakan."

Tanpa ba bi bu lagi, Naruto segera menyiapkan mobilnya dan membawa Gaara ke RS Konoha.

"Aku benar-benar heran." Ucap Tsunade

"Ada apa, Tsunade-baachan? Gaara tidak apa-apa kan?" tanya Naruto sementara Gaara baru keluar dari ruang pemeriksaan ikut duduk di sebelah Naruto

"Hm… Bagaimana aku menjelaskannya pada kalian?"

"Apa penyakitku kambuh lagi, Tsunade-sensei?" ujar Gaara dengan ekspresi takut

"Tidak, tentu saja tidak. Hanya saja kau hamil, Gaara."

"AAPAAA?!" kata Gaara dan Naruto bersamaan

"Aku tahu kalian kaget. Aku juga baru pertama kali ini menumakan kasus seperti ini. Aku ingin kal…"

"Yatta! Gaara, kau dengar itu?! Kau dengar?! Sebentar lagi aku akan menjadi ayah, Gaara! Menjadi Ayah!" seru Naruto kegirangan

"Hentikan sifat bodohmu itu." Balas Gaara

"Biar saja, aku tidak peduli. Sayang, cepatlah keluar. Tou-san tak sabar ingin menggendongmu." Mengelus perut Gaara yang masih rata

BLEETTAAK!

"Ittai! Apa yang kau lakukan, Gaara?" ujarnya ketika Gaara menjitak dengan penuh sayang?

"Dengarkan penjelasan Tsunade-sensei sampai selesai, Naruto."

"Haaah… Kalian ini benar-benar…" kata Tsunade menghela nafas

"Lalu apa ada yang perlu kami ketahui lagi?" tanya Gaara

"Ya, seperti kataku tadi. Ini adalah kasus yang jarang aku temui. Jadi aku ingin kau check up rutin seminggu sekali. Berhubung usia kandunganmu masih satu bulan jadi hindari pekerjaan berat, kelelahan dan stress. Ah, juga perhatikan gizi dan kesehatanmu. Ini juga menjadi tugasmu, Naruto."

"Hai'! Apapun untuk mereka berdua."

"Ini aku resepkan obat untuk mual dan beberapa vitamin. Naruto, pastikan Gaara meminumnya dengan teratur."

"Arigatou, Tsunade-baachan."

Setelah menebus obat dari Tsunade merekapun memutuskan untuk mampir ke swalayan. Gaara takjub dengan perubahan sikap Naruto. Dia menjadi protektif saat bersama dengan Gaara dan lebih berhati-hati dalam memilih makanan.

"Nah Gaara, kau mau makan buah apa? Sayurnya mungkin lebih baik kalau kita beli dengan variasi warna. Dan juga dag…"

"Naruto."

"Ya?"

"Kepalamu tidak terbentur sesuatu kan?"

"Kenapa kau bertanya seperti itu?"

"Karena kau menjadi sosok Naruto yang tidak aku kenal."

"Aku hanya ingin kalian berdua dapat yang terbaik, makanya aku akan berusaha menjadi suami dan ayah yang baik untuk kalian." Mendengar pengakuan dari Naruto membuat hati Gaara tersentuh dan diapun membiarkan suaminya itu berbelanja untuk makan malam nanti.

"Nanti kita makan siang dimana?" tanya Gaara

"Hem… Apa ada yang kau inginkan, Gaara?"

"Etto…Mmm… Kita makan ramen saja."

"Eh?"

"Kenapa? Bukankah kau sangat suka ramen?"

"Ya aku suka, tapi bukankah kau tidak menyukainya?"

"Aku ingin mencoba."

"Baiklah."

Entah kenapa Gaara ingin mencoba makanan kesukaan suaminya itu. Segeralah mereka berangkat menuju warung ramen Ichiraku, tempat langganan Naruto.

"Selamat datang. Oh, Naruto. Rasanya sudah lama sekali kau tidak mampir. Apa pekerjaanmu banyak sekali?" tanya Paman Teuchi

"Ya, begitulah. Duduklah, Gaara." ujar Naruto setelah menarik satu kursi untuk Gaara

"Sekarang aku mengerti." kata paman Teuchi setelah melihat Gaara

"Mengerti apanya?" tanya Naruto sambil menaikkan sebelah alisnya.

"Tampaknya kau sudah mempunyai istri yang manis. Kau tak pernah kemari pasti karena sering dimasakkan makanan yang enak oleh istrimu ini. Iya kan?"

"Bu-bukan begitu," Naruto gelagapan dan wajahnya memanas. Sementara Gaara hanya diam dengan semburat merah diwajahnya.

"Apa yang kau lakukan, ayah? Jangan menggoda mereka seperti itu." Ujar Ayame

"Ah, gomen." ucap paman Teuchi

"Selamat datang..um.." Ayame nampak berpikir sejenak, "Ny. Uzumaki," Ucap Ayame pada Gaara.

Blush! Wajah Naruto bahkan Gaara memerah mendengarnya.

"Sudah! Aku pesan ramen! Kau mau yang seperti apa Gaara?" Tanya Naruto sambil menoleh pada Gaara.

"…" Gaara hanya diam.

"Paman, aku minta yang tidak pedas, tidak banyak minyaknya, dan perbanyak sayuran serta daging untuk Gaara." Cerocos Naruto, sementara Gaara hanya memandangnya dengan senyum

"Ho~ Tak ku sangka Naruto yang ceroboh dan keras kepala bisa jadi sangat perhatian." Ucap Teuchi sambil tersenyum.

"Tentu saja! Kalau ada apa-apa dengan kandungan Gaara, aku bisa diomeli Tsunade-sensei karena dianggap tidak bisa jadi suami yang baik dan bertanggung jawab." Ucap Naruto tanpa sadar.

"Ah…" Naruto segera menutup mulutnya

Wajahnya sudah merah seperti kepiting rebus, menyadari ucapannya barusan. Naruto melirik Gaara dengan ujung matanya. Gaarapun demikian, hanya bisa terdiam dengan muka merah. Pemandangan itu membuat gelak tawa meluncur dari ayah dan anak yang ada dihadapan mereka.

"Ini, ramen khusus untuk Ny. Uzumaki." Kata Ayame sembari meletakkan mangkok ramen di depan Gaara

"Panggil Gaara saja." Ucap Gaara

"Tidak usah malu-malu begitu."

"Aku tid…"

"Baiklah, Gaara-chan. Selamat menikmati." Ujar Ayame sembari melenggang pergi meninggalkan Gaara yang cengo dan Naruto yang berusaha menahan tawanya

"Kalau kau tertawa maka kau akan mati, Naruto."

"Go…Gomen."


Berita tentang kehamilan Gaara segera terdengar ke telinga Temari dan Kankuro. Merekapun bergegas datang kerumah Gaara dan Naruto.

TING TONG TING TONG

"Ya, tunggu sebentar." Gaara yang sedang mencuci bergegas menuju pintu, "Ya, sia…"

"GAAAAAAAARAAAAA!" teriak Temari sambil memeluk Gaara

"Ne…Nee-san?"

"Apa benar kau hamil?"

"Um… itu…"

"Lebih baik kita bicarakan didalam saja." Ujar Kankuro

Gaarapun mempersilahkan kedua kakaknya untuk masuk kedalam

"Jadi, bagaimana?" tanya Kankuro

"Bagaimana apanya?" kata Gaara berbalik tanya, "Ini." Menghidangkan teh dan beberapa kue

"Nee-chan senang kau jadi pintar masak, Gaara."

"Nee-san jangan memotong pembicaraan." Kata Kankuro

"Memangnya penting ya? Kau ini hanya iri karena Gaara sebentar lagi punya anak kan?" ejek Temari

"Si…siapa yang iri?!"

"Sudah, sudah. Jadi apa keperluan kalian kemari?" pusing mendengarkan kedua Kakaknya berkelahi, Gaara memutuskan pembicaraan keduanya

"Kenapa bertanya? Tentu saja untuk memberikan ucapan selamat sekaligus melihat calon ponakan." Jawab Temari, "Tapi kami ingin menginap beberapa hari disini."

"Menginap?"

"Iya, tapi sebenarnya Kankuro yang memaksa karena dia tidak rela kau menjadi seorang ibu."

"Ap…apa? Tidak aku tidak pernah bilang seperti itu?"

"Ah, sudahlah Nee-san tahu segalanya."

"Ukh… kalau iya kenapa? Memangnya salah?"

"Hahahaha…"

Mendengar keributan yang dibuat oleh kedua kakaknya itu, hanya membuat Gaara menghela nafas tampaknya akan menjadi hari yang panjang untuknya.

Malam harinya saat Naruto pulang.

"Tadaima."

"Okaeri, Naruto." Jawab Temari

"Temari-nee?"

"Hai…"

"Ken..kenapa disini?"

"Kenapa? Tentu saja menjenguk adikku dan juga calon ponakanku. Tidak boleh?" tanya Temari dengan nada sakartis

"Bo..Boleh saja." Jawab Naruto setengah merinding

"Bagus."

Setelah itu, Gaara dibantu oleh Temari menyiapkan makan malam. Sedangkan Naruto dan Kankuro menyiapkan meja makan.

"Hm… kau jadi pandai memasak, Gaara." Puji Temari ketika melihat Gaara memasak sukiyaki

"Itu karena aku tidak mau dia yang memasak. Bisa-bisa tiap hari makan makanan tidak sehat terus."

"Ah, iya juga ya. Hahahaha…"

"Lalu, apa dia menjadi suami yang baik?"

"Hah?" pertanyaan Temari membuat Gaara menghentikan kegiatannya

"Yah, kau tahu kan dia itu ceroboh, kekanakan dan keras kepala. Bukannya Nee-san mau menjelek-jelekkannya tapi Nee-san hanya tidak mau kau menderita."

"Aku tidak tahu." Jawab Gaara sambil melanjutkan kembali kegiatannya

"Maksudmu?"

"Awalnya, aku takut. Sungguh. Walau dari awal pernikahan aku sudah sering membicarakannya dengan Naruto tapi aku tetap saja takut. Apakah aku bisa menjadi orang tua yang baik? Namun, Naruto selalu memberikan support baik secara lahir maupun batin. Melihat kesungguhannya dalam merawat calon anaknya, keragu-raguanku sedikit demi sedikit menghilang. Lalu muncul pemikiran lain. Kenapa tidak aku coba saja? Asal ada Naruto, semua pasti baik-baik saja."

Mendengar penuturan panajng dari sang adik yang notabennya jarang berbicara membuat Temari sedikit mengakui Naruto.

"Yah, baiklah kalau begitu pemikiranmu. Tapi ingat, Gaara. Kalau kau ada masalah jangan ragu-ragu menghubungi Nee -san."

"Iya, terima kasih. Naruto pasti senang mendengar kalau Nee-san sudah menyetujuinya."

"Nee-san masih tidak setuju kau bersamanya, Gaara." Ucap Temari dengan wajah kesal

Gaara hanya bisa tersenyum namun dalam hatinya dia merasa ringan. Seolah beban yang dipikulnya sedikit berkurang. Acara makanpun berlangsung dengan Naruto yang menjadi bulan-bulanan kedua kakak iparnya.

Dikamar

"Haaahhh…" Naruto menghela nafas panjang

"Kau lelah, Naruto?"

"Yah, sepertinya."

Gaara mendekati suaminya itu setelah ia selesai mengganti pakaiannya dengan pakaian tidur, "Sebaiknya kau banyak beristirahat." Sambil mengelus rambut Naruto

Melihat Gaara dan memeluknya, "Ahh… Harusnya aku yang berkata seperti itu, Gaa-chan. Usia kandunganmu masih muda dan rentan. Jadi kaulah yang harus banyak beristirahat. Hei, apa kau sehat di dalam sana? Tou-san sudah tidak sabar ingin bertemu denganmu." Ucap Naruto sembari mengelus perut Gaara

Diperlakukan seperti itu oleh suaminya membuat muka Gaara memerah

"Berhentilah bersikap kekanak-kanakan, Naruto. Lagipula usia kandunganku baru dua bulan, mana mungkin dia bisa mendengarkanmu?"

"Biar saja. Ayo tidur." Menarik Gaara tidur

"Haah… Baiklah. Oyasumi."

"Oyasuminasai, Gaara, Aka-chan." Sambil mengelus perut Gaara


Beberapa hari kemudian, satu persatu teman kantor dan sahabat Naruto datang menjenguk. Neji dan Sasukepun datang untuk mengucapkan selamat. Ada yang terkejut, heran, penasaran, antusias, tak percaya dan lainnya. Namun dari kesemuanya Naruto bersyukur karena sepertinya tak ada yang menganggap aneh. Mereka justru terlihat senang dan memberi dukungan pada Gaara juga Naruto. Mungkin bagi mereka ini merupakan suatu keajaiban. Banyak juga dari mereka yang tak sabar untuk melihat Uzumaki junior berkeliaran.

"Wah Naruto, Gaara hamil ya? Selamat!"

"Kenapa kau tidak bilang-bilang padaku kalau Gaara hamil? Dasar kau ini!"

"Selamat ya, Naruto. Kau akan jadi ayah!"

Hari itu, seakan menjadi panjang dan melelahkan. Terlebih Naruto harus tetap menjaga Gaara agar tidak terlalu banyak melakukan hal berat. Padahal bagi Gaara, ia masih sanggup jika hanya sekedar membuatkan para tamu mereka makanan dan minuman.

"Jadi, Gaara-san benar-benar hamil ya?" tanya Sai, teman sekantor Naruto, dengan nada yang kurang mengenakkan

"Sudah jelas kan?"

"Selamat kalau begitu." Ucapnya lalu melangkahkan kaki pergi, meninggalkan Naruto yang kebingungan

"Ada apa dengannya?"

"Ada apa?" tanya Gaara

"Gaara. Tidak apa-apa. Sudah kau duduk saja, biar aku yang memberikan mereka minum." Ujar Naruto sembari mengambil nampan berisi minuman dari tangan Gaara

"Tapi aku…"

"Gaara, kau ingat pesan Tsunade-baachan kan? Jadi, sekarang kau harus banyak-banyak istirahat dan jangan melakukan pekerjaan yang berat."

"Tapi aku masih kuat kalau hanya mengantarkan minum saja."

"Sudah biar aku saja."

"Dasar, overprotektif."

"Demi kebaikanmu juga."

Gaara hanya bisa memandang suaminya itu dengan tatapan kesal

"Ehem… Ano sepertinya kami mengganggu? Apa sebaiknya kami pulang saja?" tanya Neji

"Eh? Se…sejak kapan kalian disana?" tanya Naruto dengan semburat merah di wajahnya

"Tak kusangka kau bisa jadi suami yang baik, Naruto." Ucap Sasuke

"Kau mengajakku berkelahi, heh? Aku memang baik kok dari dulu."

"Yare…yare…"

Semua tersenyum melihat tingkah Naruto dan Sasuke yang tidak berubah itu, sementara Gaara hanya menghela nafas panjang dengan sifat kekanakan suaminya. Di pojok ruangan tanpa ada yang menyari sepasang mata telah melihat kegembiraan mereka dengan penuh iri dan dengki.

"Kita lihat saja sampai kapan kalian bisa tertawa."


Dalam beberapa bulan pertama, Naruto menjadi overprotektif. Hal ini dilakukan Naruto untuk menjada agar kandungan Gaara baik-baik saja, namun menurut Gaara hal ini terlalu berlebihan. Meskipun sekarang dia sedang hamil tapi dia tetap seorang lelaki yang tangguh.

"Apa yang sedang kau lakukan, Gaara?" tanya Naruto ketika melihat sang Istri membersihkan ruang tamu

"Apa lagi jelas sedang membersihkan rumah." Jawab Gaara semabri melanjutkan pekerjaannya

"Bukankah sudah ku bilang, kita menyewa pembantu saja."

"Tidak usah, Naruto. Aku masih sanggup melakukannya."

"Tapi…"

"Naruto, aku tidak ingin hanya diam duduk di rumah sementara kau sibuk bekerja ditambah mencemaskanku. Aku ingin setidaknya membantu membersihkan rumah atau memasak."

"…" terdiam sebentar

Sebenarnya Naruto masih enggan mengijinkan Gaara melakukan banyak kegiatan. Namun ia sadar bahwa Gaara pasti bosan dirumah sendirian. Oleh karena itu, ia akan memilih melakukan kegiatan untuk membunuh rasa bosannya. Akhirnya dengan berat hati Naruto mengiyakan permintaan Gaara.

"Haah… Baiklah, tapi kau harus janji untuk tidak terlalu memaksakan dirimu. Aku tidak ingin kehilangan kalian disaat aku baru saja akan menikmati masa-masa bersama kalian." Ucap Naruto sambil memeluk dan mengelus perut Gaara

"Iya, aku tahu."

"Kalau begitu, sekarang biar aku yang bersih-bersih. Dan kau, Gaara, siapkan makanan karena sepertinya kegiatan ini akan membuatku lapar."

"Hai'. Hai'."

Setelah itu, Naruto membersihkan rumah sementara Gaara memasak di dapur. Gaara tampak puas dengan hasil perdebatan mereka tadi. Diapun memasak sambil bersenandung kecil membuat Naruto yang mendengarnya tersenyum geli karena pada kenyataannya Gaara itu buta nada.

Setiap minggu, Naruto selalu rutin mengantar Gaara check up. Hingga pada bulan ketiga Tsunade menemukan keanehan pada janin mereka dari hasil pemeriksaan.

"Bagaimana Tsunade-sensei?" tanya Sakura

"Aku juga bingung?"

"Apa mungkin?"

"Ya, ini bisa saja terjadi. Buktinya dia juga berada di rahim pria."

"Tapi, ini terlalu riskan."

"Kau benar, kita harus segera memberitahukan mereka. Semoga mereka baik-baik saja setelah mendengar hal ini. Sakura cepat kau telpon mereka untuk menemuiku besok pagi."

"Hai'."

Keesokan harinya, Naruto dan Gaara masuk ke ruangan Tsunade. Mereka tampak gugup karena belum waktunya check up tapi Tsunade memanggilnya ke rumah sakit. Pasti terjadi sesuatu yang berhubungan dengan Gaara dan anak mereka.

"Ada hal penting yang harus aku bicarakan dengan kalian."

"Apa ini ada hubungannya dengan bayi kami?"

"Ya, kurang lebih begitu. Apa kalian siap?"

"Iya" Naruto dan Gaara bergandegan tangan

"Dari beberapa hasil pemeriksaan selama 3 bulan ini, aku menemukan keanehan pada bayi kalian."

"…!"Naruto dan Gaara tersentak kaget


TBC

Yosh… Chibi tidak akan banyak berharap yang bagus-bagus karena chibi sadar karya chibi jauh dari kata sempurna…

Teeheee…

So minna-san review please…