(Meiko POV)
KRING!
Jam weker berbentuk kaleng bir berdering keras, membangunkanku dengan kesal.
"Jam 5 pagi." ucapku melihat jarum jam lalu melangkahkan kakinya menuju kamar mandi, mengganti pakainku dengan baju kaos merah bergaris hitam dan celana pendek berwarna hitam bergaris merah serta kaus kaki hitam dan sepatu bermerek Nike berwarna merah dengan garis hitam. Setelah mengganti pakain, akupun melangkah menuju meja rias, mengambil iPod dan headseat bermerek "b". Setelah dirasa cukup, aku pergi keluar rumah untuk berjoging ria di kopleks perumahan ini sampai jam 6 nanti.
Setelah puas berjoging ria dan jampun sudah menunjukkan jam 6, aku kembali kerumah. Membersihkan diri dan mengganti pakainku dengan pakaianku yang biasa,setelah itu aku menuju dapur untuk mempersipakn sarapan. Sebagai member tertua, tugasku adalah membuat sarapan dan mengontrol rumah agar semuanya berjalan seharusnya. Setelah sarapan selesai, sekarang saatnya membangunkan semua penghuni rumah ini agar mereka tidak terlambat kesekolah. Pertama-tama aku menuju kamar paling ujung kiri, kamar dengan papan nama Rin dan Len tergantung didepan kamar itu. Aku membuka pintu kamar yang memang tidak dikunci itu. Kamar dengan wallpaper pisang yang dikolaborasikan dengan jeruk begitupula dengan tirai kamar ini, 2 buah meja belajar yang satunya berbentuk pisang dan satunya lagi berbentuk jeruk, 2 buah kamar mandi yang satunya khusus toilet dan yang satunya khusus bath up agar tidak ada yang terganggu masih dengan kolaborasi pisang dan jeruk. Aku yang sebenarnya sudah biasa menatap ruangan ini sering tertawa sendiri melihat koaborasi 2 buah ini. Akupun mengalihkan pandanganku pada kasur bertingkat yang bagian bawah berbentuk pisang (lagi) dan bagian atas berbentuk jeruk (lagi). Aku menghampiri kasur ini membangunkan si pecinta pisang terlebih dahulu setelah mematikan AC dikamar ini.
"Len.. Hey.. Bangun sudah pagi." ucapku menggoyangkan tubuh Len pelan.
"Nee-chan." ucap Len mengerjap-ngerjapkan matanya perlahan.
"Ayo bangun.." ucapku lagi sambil membantunya duduk.
"Selamat pagi Nee-chan." sapa Rin yang tiba-tiba saja sudah berdiri dibelakangku membuatku terlonjak kaget.
"R.. Rin.. Jangan mengagetkanku begitu." ucapku merasa jantungku melocos keluar.
"Maaf nee-chan." ucap Rin merasa bersalah.
"Sudahlah.. Tidak apa-apa.. Ayo segera bersiap pergi kesekolah." saranku sambil mengusap pelan puncak kepala Rin dan Len berbarengan.
"Pagi, Len!" seru Rin yang langsung memeluk Len begitu Len berdiri dan bermaksud melakukan peregangan.
"Dasar pengganggu!" seru Len langsung mencium lembut bibir Rin. "Sana mandi duluan, aku mau peregangan." ucap Len berjalan menuju balkon kamar mereka.
"Si.. Sial.." ucapku dengan muka memerah karna gak sengaja melihat adegan 'salam selamat pagi' pasangan kekasih itu. Akupun berjalan beberapa langkah dari kamar Len dan Rin, menuju kamar dengan papan nama bertuliskan Miku dengan hiasan daun bawang. Aku masuk ke kamar yang bernuansa daun bawang sama seperti halnya kamar Rin dan Len yang bernuansa jeruk dan pisang. Aku menghampiri kasur Queen size dangan ornamen-ornamen daun bawang. Aku menghampiri gadis yang tengah tertidur pulas dibalik selimut tebalnya, mengingat dia menurunkan suhu kamarnya hingga 15oC, membuatku kedinginan sejak awal memasuki kamar ini.
"Miku.. Hey.. Bangun.." ucapku menggoyang-goyang tubuh bermahkota hijau panjang itu membuatnya terganggu dan tersadar dari tidurnya.
"Selamat pagi, Meiko-nee..." sapanya melihatku sambil mengucek-ngucek matanya.
"Pagi.. Ayo segera bersiap." ucapku yang mengambil remot AC dan mematikan AC di ruangan itu.
"Baik.." ucap Miku berjalan sempoyongan menuju kamar mandi.
"Hah.. Dasar." ucapku lalu berjalan keluar menuju ruangan berikutnya. Sebuah kamar dengan papan nama Kaito dengan hiasan berbentuk ice cream. Aku mengetuk pelan pintu kamar itu, tidak ingin mengganggu privasi orang yang ada didalamnya. Tidak ada jawaban, jadi aku tarik kesimpulan kalau dia masih tidur. Akupun memasuki kamar itu, tapi begitu aku menutup pintu dan mendekati kasur king sizenya, dugaanku salah. Kaito tidak ada disana.
SRET..
"Hah.. Segarnya." ucap Kaito yang keluar dari dalam kamar mandi hanya memakai celana panjang hitam sambil bersenandung kecil mengeringkan rambutnya menggunakan handuk kecil yang kini dia kalungkan dilehernya. "Loh, Meiko? Adaapa?" tanya Kaito menghampiriku, tapi degan bodohnya dia tersandung bukunya yang tergeletak di lantai.
"?!" aku terdiam, kini dia berada diatas tubuhku, menindih diriku akibat dari tersandungnya dia tadi. Membuat mukaku memerah karna malu.
"Akh.. Kamu baik-baik saja, Mei-chan?" tanya Kaito masih menindihku sambil bertanya.
"Ka... Ka... KYAAAAAAAAAAAAAAAA!" teriakku panik membuat dirinya terlonjak kaget begitu menyadari posisi kami. Begitu dia menjauh dari tubuhku, akupun langsung mengambil langkah seribu. Meninggalkannya yang tengah terbengong tidak mengerti.
-Normal POV-
"Tadi aku mendengar suara teriakan Meiko-nee dari dalam kamar Kaito-nii. Memangnya ada apa?" tanya Len sambil mengoles roti bakarnya dengan selai pisang.
PRANG!
"Meiko-nee!" seru semuanya kaget melihat Meiko menjatuhkan nampan berisikan 5 cangkir coklat hangat.
"Ma.. Maaf.." ucap Meiko cepat-cepat mengambil pecahan kaca itu dengan gugup karna kembali terbayang akan hal yang baru saja terjadi pada dirinya. "Akh.." rintih Meiko begitu tangannya tidak sengaja tergores pecahan cangkir milik Kaito.
"Meiko-nee baik-baik saja?" tanya Miku menghampiri Meiko.
"Jangan mendekat! Masih banyak pecahan cangkir, nanti kamu terluka!" seru Kaito memegang tangan Miku yang akan menghampiri Meiko.
"Tapi Meiko-nee terluka." ucap Miku masih berusaha mendekati Meiko.
"Meiko tidak apa-apa, paling hanya luka kecil. Di obati sebentar juga sembuh."ucap Kaito lalu mengelus-elus pelan kepala Miku. "Ayo, kalian bisa terlambat. Ambil tas kalian, aku akan antar kalian." ucap Kaito sambil tersenyum bahagia.
"Meiko-nee." ucap Rin dan Len berbarengan tidak tega melihat Meiko yang tengah menahan sakit sambil terus membereskan pecahan-pecahan cangkir itu.
"Tunggu aku." ucap Meiko yang telah selesai membersihkan pecahan-pecahan cangkir itu serta telah selesai melap coklat hangat yang mengotori lantai. "Ah?! Bukuku tertinggal dikamar." ucap Meiko teringat akan bukunya.
"Meiko.. Sepertinya aku tidak bisa menunggumu. Nanti Miku, Rin, dan Len terlambat kesekolah. Bagaimana kalau kamu pergi kuliah dengan mobilmu sendiri saja." saran Kaito melihat jam tangannya.
"Ide yang bagus. Kalau begitu kalian duluan saja." ucap Meiko tersenyum.
"Sampai jumpa nanti Meiko-nee." ucap Rin, Len dan Miku berbarengan.
"Ya.. Sampai jumpa lagi. Belajar yang rajin." ucap Meiko melambaikan tangannya pada mereka.
"Meiko-nee.." ucap Rin yang sempat melihat telapak tangan Meiko.
KRING...
"Halo?" Meiko langsung mengangkat telpone rumah begitu terdengar berbunyi tanpa melihat siapa penelponnya.
"Ah, Meiko.. Pas sekali." ucap orang disebrang sana.
"Pak Presdir? Adaapa?" tanya Meiko sambil bersandar ketembok.
"Nanti kita akan kedatangan anggota baru. Aku hanya ingin memberitahu itu supaya kau dan yang lainnya tidak kaget." ucap presdir lalu menutup telponnya setelah mendengar Meiko berkata "baiklah".
