It's You! : SEQUEL
.
.
.
SnK milik Hajime Isayama Sensei.
Spesial thanks untuk : Sykisan, Hatsune Cherry, Plovercrest, Kumada Chiyu, AkaneMiyuki, Lightmaycry... Untuk review kalian di fic It's You!
Semoga sequel ini tidak mengecewakan karena OOC, dan juga TYPO yang masih bertebaran dimana-mana.
Happy Reading minaa-san :)
.
.
.
Matahari coba mengusik ketenangan wanita yang masih bergelut dengan selimutnya namun sepertinya matahari belum lah sukses membuat wanita itu terbangun dari dunia mimpi yang membuainya. Jangankah matahari yang mengusik bahkan harum wangi teh beraroma mawar yang memenuhi ruangan itu saja masih tidak mampu mengusik ketenangan wanita itu dari balutan selimut yang kini melilit seluruh tubuh wanita itu. Seseorang yang juga berada diruangan yang sama dengan wanita itu hanya memperhatikan wanita itu saja bahkan senyuman tipis menghiasi wajah tampannya itu. Kedua orang itu adalah pasangan yang baru saja mengikatkan diri mereka dalam janji suci pernikahan yaitu Revaille dan Mikasa.
Yap. Wanita yang masih begelut dengan selimut itu adalah sosok Mikasa. Dan seseorang yang memperhatikan Mikasa itu adalah Revaille. Tingkah Mikasa yang sangat kekanakan - itulah yang dipikir oleh revaille - membuat Revaille amat sangat tertarik bahkan tidak sungkan untuk tersenyum. Merasa cukup membiarkan Mikasa untuk bergelut dengan selimut, Revaille pun manghampiri Mikasa untuk membangunkannya dengan caranya sendiri.
"Mikasa bangun."
"Ehhh... Lima menit lagi yaa Eren nii-chan." Gumam Mikasa dari balik selimut.
'Eren nii-chan ? Sepertinya dia lupa kalau dengan siapa dia sekarang.' Batin Revaille.
Revaille kini menyeriangi. Di tariknya pelan selimut yang melilit tubuh Mikasa dan saat wajah Mikara telihat, Revaille pun mendekatkan bibirnya pada cuping telinga Mikasa. "Mikasa bangun sekarang atau mau ku hangatkan lagi karena udara dingin pagi ini...Fyuhhh." Bisik Revaille dengan seduktif dan diakhiri dengan tiupan riangan ditelinga Mikasa.
Mikasa pun langsung membuka kedua matanya dan langsung terbangun dengan posisi duduk. Begitu melihat Revaille yang sedang menyeriangi disebelahnya jelas membuat muka Mikasa bersemu merah.
"Pakai selimut mu dan bergegaslah ke kamar mandi atau memang sengaja mau memancing ku untuk 'menghangatkan' mu dengan menunjukan tubuh mu pagi ini Mikasa ?"
"Ehhhhh... Ahhhhhhhhh dasar mesummmm !" Teriak Mikasa saat sadar kalau tubuh atasnya terekspos sempurna tanpa helaian benang pun bahkan yang membuatnya lebih malu adalah Revaille yang menatapnya dengan seriangi mengerikan karena melihat tubuhnya.
.
.
.
Diruang makan Revaille bersama Mikasa tengah menyantap menu sarapan mereka dengan beberapa maid-maid yang melayani mereka. Baik Revaille maupun Mikasa tidak saling berbicara satu sama lain. Mikasa sendiri masih sangat merutuki kebodohannya pagi ini, dan yang paling bodoh adalah kalau ia sempat lupa kalau sudah menyandang status 'istri' Revaille.
Selesai sarapan bersama Revaille kini tengah duduk di balkon lantai dua villa tempat mereka berbulan madu. Mikasa pun menghampiri Revaille sembari membawa segelas kopi yang memang Revaille pinta.
"Terima kasih." Ucap Revaille saat Mikasa tengah menaruh kopi pesanannya di meja yang ada didepannya.
"Sama-sama... Hum untuk tadi pagi maaf, lain kali aku akan bangun lebih pagi."
"Apa kau memang selalu seperti itu ? Bahkan kau bergumam menyebut nama Eren saat aku bangunkan."
"Tidak sering hanya beberapa kali seperti itu... Maaf karena yang biasanya membangunkan itu Eren nii-chan jadi ya aku mungkin aku refleks menyebut namanya saat kau bangunkan."
"Sepertinya aku harus lebih tahu banyak mengenai kebiasaan mu, Mikasa."
"Ah ya silakan saja dan sebaliknya pun juga."
Setelah berbincang kecil di balkon, Revaille mengajak Mikasa untuk berkeliling melihat pemandangan disekitar villa.
Mikasa benar-benar tersihir kagum akan pemandangan disekitarnya. Banyak bunga warna-warni yang amat indah tumbuh. Saking asiknya Mikasa menikmati pemandangan, ia tidak sadar kalau Revaille kini tengah sibuk memotret dirinya. Selesai menikmati pemandangan kedua kembali ke villa karena hujan yang turun secara tiba-tiba dan mengharuskan mereka menyudahi menikmati pemadangan indah yang tersaji didepan mata mereka.
"Malam ini kita akan pulang." Ucap Revaille yang kini tengah mengeringkan rambutnya dengan handuk.
"Eh ? Kenapa hanya sebentar disininya ?"
"Apa kau betah untuk berlama-lama disini karena pemandangan atau kau mau lebih banyak berbagi 'kehangatan' dengan ku ditempat ini ?" Goda Revailla.
"Aku berkemas." Ucap Mikasa sambil berlalu mengabaikan ucapan Revaille yang sukses membuat pipinya memerah. Revaille sendiri terkekeh kecil melihat tingkah Mikasa.
.
.
.
Mikasa kini tengah menikmati alunan musik yang mengisi perjalanan mereka untuk pulang, Revaille sendiri entah sudah ke berapa kalinya tersenyum melihat setiap tindakan Mikasa yang ada disebelahnya. Dahi Mikasa berkerut karena ia tahu kalau jalan yang kini sedang di laluinya bukan menuju rumahnya.
"Revaille sepertinya kau harus memutar, kita salah jalan kalau mau pulang ke rumah."
"Aku tidak lupa." Balas Revaille dengen tenangnya.
"Lalu ? Revaile, ini bukan arah menuju rumah ku."
"Sepertinya Mikasa masih belum sadar mengenai statusnya."
"Maksud mu ?"
"Aku tidak tahu kalau kau akan selambat ini dalam berpikir... Kita akan tinggal dirumah ku karena kau istri ku sekarang, tidak ada suami istri yang tinggal terpisah kecuali kalau mereka memutuskan untuk berpisah, mengerti ?" Jelas Revaille.
"Eh ? Lalu barang-barang ku ?"
"Sudah di urus semuanya dan sudah ada dirumah ku."
Bodoh. Mikasa kembali merutuki dirinya. Kenapa ia bisa lupa lagi dan lagi kalau ia sudah menikah dan wanita yang sudah menikah, tentu saja akan tinggal bersama dengan suami mereka.
Sampai dirumah Revaille, Mikasa tidak terlalu terkejut karena luas rumah Revaille tidak terlalu berbeda dengan rumahnya yang dulu bahkan rumah Revaille lebih luas lagi. Sesampainya dirumah itu Mikasa dan Revaille di sambut oleh beberapa maid dan Revaille pun meminta Mikasa untuk ke kamar mereka terlebih dahulu dengan diantar oleh seorang maid.
'Kamar ini lebih luas dari kamar tidur ku dulu.' Batin Mikasa, saat melihat ruang tidurnya dan juga Revaille. Mikasa pun menjelajah isi kamar itu dan barang-barangnya memang sudah ada di kamar itu. Puas menjelajah Mikasa pun bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Mikasa kini tengah memakai Lingeria berwarna putih polos yang menjadi pilihan pakaian tidurnya malam ini.
"Revaille." Panggil Mikasa saat melihat Revaille yang kini tengah beganti pakaian.
"Ah sepertinya Mikasa mencoba menggoda ku lagi malam ini." Ucap Revaille sembari menghampiri Mikasa.
"Ma-maksud mu ?"
"Pakaian yang cantik dan pas untuk tubuh mu."
"Eh ? Aku terbiasa memakai ini saat tidur."
"Benarkah ? Sangat menarik sekali." Revaille pun kini menggendong Mikasa dan meletakan tubuh Mikasa perlahan diatas kasur mereka.
Satu hal yang menjadi pelajaran Mikasa adalah bahwa ia harus merubah pakaian tidurnya karena bila tidak ia akan di lahap setiap malam oleh Revaille yang amat sangat 'kelaparan' itu.
.
.
.
Sudah tiga bulan pernikahan Revaille dan Mikasa. Mikasa sendiri sudah sebulan terakhir memprotes sang suami karena membatasinya untuk kegiatan kuliahnya. Mikasa bukanlah orang yang senang diatur oleh orang lain. Ya Mikasa adalah orang yang keras kepala, tetapi Revaille pun sama yaitu keras kepala. Tapi karena Mikasa yang terus-terusan keras kepala bahkan sampai tidak menegur Revaille, membuat Revaille menyerah dan mengizinkan Mikasa untuk mengikuti berbagai macam kegaiatan dikampusnya dengan syarat tidak pada sabtu dan minggu dan lewat dari jam delapan malam. Mikasa sangat puas karena Revaille tidak lagi memabatasinya walau pun dengan dua syarat yang harus diterimanya.
Jam perkuliahan Mikasa sudah usai satu jam yang lalu, hanya saja Mikasa masih menikmati banyak buku diperpustakaan. Pulang cepat pun percuma karena Revaille masih bekerja di kantornya.
'Ke kantor nii-chan sepertinya seru.' Batin Mikasa.
Mikasa pun bergegas menuju kantor kakaknya dengan strawberry cake yang di pesan kakaknya, saat ia mengabari kalau akan berkunjung.
"Eren nii-chan." Seru Mikasa saat masuk ke dalam ruang kerja Eren.
"Hai nona Revaille."
"Heh... Aku canggung dipanggil seperti itu."
"Hahahaha... Kau harus terbiasa karena kau akan sering hadir dalam acara jamuan-jamuan rekan bisnis Revaille nantinya dan mereka akan memanggil mu seperti itu."
"Iya..iya... Ini cake pesanan mu dan untuk bayaran cake ini, Eren nii-chan harus makan malam bersama ku."
"Baiklah asalkan kau yang traktir ya."
"Ihhhh tidak mau, nii-chan yang harus bayarin aku nanti."
"Iya baiklah... Ah iya kau terlihat lebih gemuk Mikasa, sepertinya menikah dengan Revaille membuat mu bahagia sampai bisa menjadi gemuk."
"Kalau gitu aku harus diet."
Kedua kakak adik itu pun bersenda gurau sampai akhirnya Eren mengajak Mikasa untuk pergi ke restoran tempat mereka akan makan malam. Eren memilih untuk makan mie ramen ditempat favoritnya dan Mikasa saat mereka masih bersekolah dulu. Bernostalgia akan kebersamaan mereka yang semakin lama, semakin berkurang karena kegiatan masing-masing. Selesai makan malam Eren mengantar Mikasa untuk kembali kerumahnya karena wajah Mikasa yang terlihat memang pucat bahkan saat pertama kali Eren melihat Mikasa.
"Terima kasih untuk hari ini Eren nii-chan, mau mampir dulu tidak ?"
"Tidak perlu, kau istirahat saja sepertinya kelelahan karena wajah mu pucat."
"Baiklah." Mikasa pun keluar dari mobil Eren.
Bruk. Mikasa jatuh pingsan saat berjalan tidak terlalu jauh dari mobil Eren. Eren pun langsung bergegas turun dan memeriksa kondisi Mikasa, maid-maid yang melihat Mikasa pingsan pun ikut segera menghampiri.
"Mikasa...Mikasa..." Tidak ada jawaban, Eren pun menggendong Mikasa masuk kembali ke mobilnya dan membawa Mikasa ke rumah sakit terdekat. Eren pun sudah menghubungi Revaille untuk mengabari kondisi Mikasa saat ini. Mikasa sendiri masih ditangani oleh dokter yang memeriksa keadaannya.
"Eren." Panggil Revaille yang datang dengan berlari kearahnya bahkan peluh membasahi wajah tampan Revaille.
"Mikasa masih di periksa oleh dokter."
"Apa yang terjadi dengan Mikasa ?"
"Aku sendiri tidak tahu. Mikasa tiba-tiba saja pingsan saat turun dari mobil ku didepan rumah mu."
Srek.
Pintu ruangan terbuka dan dokter yang menangani Mikasa keluar dari ruangan itu. Eren dan Revaille pun menghampiri dokter itu untuk menanyakan kondisi Mikasa.
"Yang mana suami dari pasien ?" Tanya dokter yang menangani Mikasa.
"Saya. Saya suami Mikasa, apa yang terjadi padanya ?" Tanya Revaille.
"Selamat tuan, istri anda kini tengah mengandung dan umur kandungannya sudah tiga minggu." Ucap sang dokter.
Revaille pun terkejut, begitu pula dengan Eren. Setelah dokter menjelaskan kalau Mikasa hanya kelelahan dan juga kondisinya yang sedang mengandung itu yang membuat Mikasa pingsan, Revaille memasuki ruangan dan melihat Mikasa yang tengah terbaring dan sudah tersadar walau wajahnya masih terlihat pucat.
"Merasa sudah baikan cantik ?" Tanya Revaille sembari mengelus surai hitam Mikasa.
"Masih pusing."
"Ada berita baik untuk mu." Revaille pun mengecup kening Mikasa.
"Apa ?"
"Berita baiknya adalah kau kini tengah mengandung anak kita dan usia kandungan mu sudah berjalan tiga minggu."
"APA ? KAU SERIUS ?" Tanya Mikasa dengan tatapan amat sangat terkejut karena hal yang disampaikan Revaille.
"Tentu aku serius."
Mikasa masih amat terkejut dan Revaille sendiri tersenyum melihat wajah Mikasa saat ini, karena ia pun sepertinya berwajah yang sama dengan Mikasa saat mendengar dokter memberitahunya. Mengecup kening Mikasa dan Revaille kembali mengelus surai hitam Mikasa dengan lembut.
"Yo Mikasa, Revaille selamat ya... Ku rasa tiga bulan setelah menikah dan sekarang Mikasa mengandung sepertinya kau sudah sangat berkerja keras Revaille." Ledek Eren.
"Ya, kau benar, Eren."
Mikasa sendiri menutupi wajah dengan kedua tangannya karena malu. Toh yang diucapkan Eren itu benar, ia baru menikah tiga bulan dengan Revaille dan kini sudah mengandung. Oh Mikasa pun teringat akan aktifitas malam yang mereka 'sering' lakukan yang bahkan membuatnya kesulitan bergerak esok paginya.
Berita kehamilan Mikasa pun sudah didengar oleh kedua orang tua Mikasa dan juga Revaille. Bahkan Carla Jeager dan juga Hanji Smith menjadi sering menginap dirumah Revaille dan Mikasa, dengan alasan menjaga Mikasa. Mikasa sendiri awalnya sangat senang karena perhatian dari Revaille dan juga ibu kandung serta ibu mertuanya itu tapi lama kelamaan mereka jadi amat sangat protektif. Bahkan Revaille kembali membatasi kegiatan Mikasa di kampusnya dengan alasan agar Mikasa tidak kelelahan karena beresiko untuk kehamilan Mikasa. Bukan hanya kegiatan kampusnya yang dibatasi, bahkan Revaille melarang Mikasa untuk menyetir mobil sendiri dan menyuruh seorang supir untuk mengantar Mikasa kemana pun. Dengan berbagai macam larangan dan peraturan jelas membuat Mikasa merasa tidak nyaman.
Untuk menjernihkan pikiran, Mikasa memutuskan untuk mampir di cafe favoritnya untuk meminum coklat panas dan juga cheese cake favoritnya sepulang kuliah. Mikasa pun menyantap pesanannya itu dengan lahap dan senang. Mematikan handphone, mungkin cara terbaik karena handphone Mikasa terus berdering akan email masuk dari ibu dan juga mertuanya untuk mengingatkan Mikasa berbagai macam hal yang harus di hindari dan sekali lagi itu amat sangat memusingkan.
"Memakan cheese cake dan coklat panas sendirian tidak akan seru nona cantik."
"Revaille ?"
"Mematikan handphone itu tidak baik nona, ibu mu dan juga ibu ku terus menelfon ku untuk menanyakan keadaan mu."
"Oh ayolah Revaille, aku bukan tidak senang hanya saja berbagai macam larangan, peraturan mengenai ini dan itu memusingkan ku."
"Kita akan bicarakan baik-baik nanti ya, agar kau tidak pusing."
"Baiklah."
.
.
.
Akhir pekan menjadi momen berharga untuk Revaille dan Mikasa yang kini tengah menikmati matahari tenggelam di pinggir pantai. Mereka memutuskan untuk berlibur berdua yang pasti tujuan Revaille adalah membuat Mikasa harus selalu dalam keadaan senang di masa kehamilannya. Pantai pun menjadi pilihan Mikasa untuk liburan mereka kali ini. Mikasa pun menaruh kepalanya di pundak Revaille dan juga mengeratkan tautan jari mereka.
"Aku bersyukur dipertemukan dengan mu, Revaille. Meski di awal pernikahan kita aku masih sebatas menyukai mu saja, tapi kini aku sudah sangat jatuh cinta pada mu dan sangat tidak ingin kehilangan mu. Terima kasih untuk semua kasih sayang yang aku berikan untuk ku. Aku mencintai mu Revaille."
Mikasa pun mencium Revaille dengan lembut. Ciuman manis dan penuh dengan kasih sayang.
"Aku pun sangat mencintai mu, Mikasa."
-END-
Kyaaaa selesai juga fic ini...
Bagaimana pendapat kalian mina mengenai Sequel dari fic It's You! ?
Mungkin saya akan membuat sequel lagi untuk fic ini dalam bentu oneshoot yang akan diupdate disini, hanya saja menunggu ide terlebih dahulu hehehe... Atau mungkin minaa-san punya saran, silakan beri sarannya dengan senang hati saya menerimanya :)
Sankyu mina-san telah menyempatkan waktu membaca fic nan abal ini :)
Jaa-na..
