USG
Disclaimer: Detective Conan milik Aoyama Gosho, tapi Kaishin dsb adalah milikku xD apalagi Kaicon xD #kena protes deh
Author's note:
Maaf karena aku malah bikin baru, bukannya nglanjutin yg sudah ada :p
Maaf juga kalau mungkin ini terasa aneh, karena ini ngawur banget, sekedar testing apakah aku bisa ngetik Kaishin di sela-sela pekerjaan. (Klo ga gini, ga ada waktu lagi)
Aku berniat bikin ini lucu, tapi mungkin jadi ga lucu kalau kalian juga salah paham seperti Shinichi. Jadi sejak awal aku beritahu bahwa di sini Shinichi salah paham sama foto USG ini.
And i love reviews!
Jadi, hari ini Shinichi mengalami hari yang sangat buruk. Dan menyebalkan. Dia setuju menemani Ran dan Sonoko berbelanja karena Kaito juga akan meneman. Tapi ternyata Kaito mendadak mendapat order melakukan pertunjukan sulap menggantikan seseorang yang mendadak tidak datang karena istrinya melahirkan. Lalu dia tidak bisa dihubungi.
Yang bisa dilakukan oleh Shinichi hanyalah mendengarkan ocehan dua perempuan pemilik beberapa tas belanja yang ditentengnya turut lantai, lift, eskalator, rak-rak (heran sekali dia, bagaimana wanita bisa sanggup berjalan dalam jangka waktu yang cukup lama begini, dengan sepatu berhak tinggi.. Mungkin karena itu mereka butuh pembawa beban, untuk mengurangi beban). Atau menjawab pertanyaan yang mengusik privasi, terutama dari Sonoko. Dia jelas, mutlak, sama sekali tidak akan menjawab pertanyaan mengenai kehidupan seksnya di tengah-tengah mall. Dan di tengah-tengah jeritan..
Rupanya ada seseorang di dalam ruang ganti untuk mencoba pakaian yang tiba-tiba terjatuh (bukan pingsan, karena matanya jelas-jelas terbuka). Ruangan itu hanya dibatasi kain gorden, tanpa pintu, jadi korban langsung jatuh keluar terlihat dalam busana yang.. yang tanpa busana, kecuali baju dalam. Dan ketika dia mencoba mendekat, banyak yang meneriaki dan mencoba menghalanginya. Lalu setelah orang-orang sadar siapa dia, muncul lagi jeritan-jeritan fans yang.. huh, begitulah. Dan mereka berkumpul penasaran, semakin menambah jumlah calon saksi mata serta jumlah calon tersangka. Parahnya lagi, tidak ada yang bisa membantu memberikan jawaban yang konkrit padanya ketika dia berkeliling mencari informasi.
Rupanya pelakunya adalah kekasihnya sendiri yang justru berdiri menunggu di luar toko baju ini. Mengatur sedemikian rupa agar jarum beracun menusuk ketika korban melepas pakaiannya. Karena dia tidak ingin bertanggung jawab terhadap anak di luar nikah yang dibuatnya sendiri (zzz..)
Shinichi pulang dengan lelah, dan Kaito masih tidak bisa dihubungi. Ternyata HP-nya tertinggal, astaga.. Oh, tunggu dulu, rupanya bukan hanya Shinichi yang berusaha menghubungi HP Kaito. Ada nomor tidak dikenal yang baru saja menelepon HP Kaito. Nomor yang sama yang juga baru saja mengirim foto ke akun Whatsapp Kaito. Foto USG. Foto hitam putih yang menunjukkan keberadaan sesosok bayi kecil di dalam kandungan seseorang. Shinichi baru saja tertegun membeku sepersekian detik, belum sempat berpikir apa-apa, nomor tidak dikenal itu menghubungi HP Kaito lagi. Shinichi mengangkatnya.
"Halo..?"
"Kaito!" Jawab suara perempuan yang sangat bahagia di seberang sana, yang salah paham mengira suara Shinichi adalah suara Kaito. Tidak mengherankan, suara mereka memang mirip. "Aku punya kabar yang sangaaat membahagiakan! Aku hamil! Kyaaaa~"
"Uh.. Selamat?"
"Apa-apaan itu hanya ucapan selamat?! Kaito harus segera ke sini, oke?!"
"..oke,"
"Janji, ya. Bye, Kaito~" Telepon ditutup.
Genggaman tangan Shinichi bergetar marah.
Di balik punggung Shinichi, pintu depan rumah terbuka, dan masuklah Kaito dalam keadaan yang sangat riang. "Shin-chan~" Secara normal, Kaito memang riang begitu. Tapi keriangan itu saat ini malah membuat Shinichi tiba-tiba semakin marah.
"Kamu." Suara Shinichi langsung membuat Kaito sangat waspada. "SUDAH MENGHAMILI SIAPA, HAH?!" Shinichi memecahkan rekor kecepatan dalam memunculkan bola dari sabuk, memutar tombol power di sepatu, dan langsung menendang ke belakang sekuat tenaga ke arah Kaito, tanpa memastikan terlebih dahulu posisi Kaito.
Berkat hal itu, nyawa Kaito terselamatkan. Meski sepertinya masih berada dalam bahaya. "T-tunggu, Shinichi, mana pernah aku-" Kaito menghindari bola yang melayang lagi. "Uh.. Bukti!" Shinichi terdiam. Oke, dia pasti ragu. "Bukti apa yang kamu punya menuduhku begitu?" Bukti apapun itu pasti bukan bukti yang tak terbantahkan. Karena Kaito tidak pernah melakukan hal seperti itu.
Shinichi menyerahkan HP Kaito yang layarnya menunjukkan foto USG. Kaito meringis.. "Nyasar pasti ini."
Shinichi jadi kembali curiga. "Pasti? Tapi dia tadi menelepon, dan ketika aku angkat, dia memanggilku Kaito. Mengabarkan kehamilannya dengan bahagia." Kaito syok. "Aku tetap menjawab sebagai 'Kaito' karena tidak mau memperkenalkan diri dan merusak kebahagiaannya."
Tanpa berkata apa-apa, Kaito langsung menelepon nomor bermasalah ini sebagai langkah pertama untuk tahu siapa sebenarnya yang membuatnya hampir kehilangan nyawa. "Halo, siapa ini?.. Aoko? Tadi kamu yang mengirim foto USG ke HP-ku?.. Hahh, Shinichi hampir membunuhku karena foto itu tahu.. Pikir sendiri. Atau tanya Hakuba." Kaito mematikan sambungan telepon. Lalu menoleh melihat Shinichi yang setengah malu, setengah menahan tawa.
"Uh.. Maaf?" Tawaran damai dari Shinichi.
Kaito memperhatikan tempat menggantung topi/jaket yang patah, tempat sepatu yang meledak terkena bola Shinichi. Bukan marah, balik menuduh, ataupun menyalahkan, Kaito malah menjadi kuatir. Kalau pasangan lain yang berantem salah paham karena foto seperti ini sih wajar sekali. Tapi ini Shinichi... yang sekarang malah sedang menahan tawa. "Hahhh... Ada apa, Shinichi? Tidak biasanya kamu kurang analitis.."
Shinichi malu-malu salah tingkah. Tidak habis pikir bagaimana dia bisa salah paham terhadap hal yang sama sekali belum tentu benar begitu. Parah sekali. "Ya.. Maaf.. Mungkin karena hari ini ada beberapa kejadian beruntun yang membuatku kesal terus-terusan. Dan, kamu tidak bisa dihubungi seharian.."
"Awww~ jadi karena kangen aku, ya? Merasa kesepian tanpa aku, lalu mengira aku mengabaikanmu?" Goda Kaito sambil menubruk Shinichi dalam dekapan rindu. Bukan Shinichi saja yang kangen. Kaito juga.
"Salah. Aku tahu kok kalau ada banyak kemungkinan alasan kamu tidak bisa menjawab teleponku. Tapi, tetap saja kesal." Shinichi tertawa kecil. "Maaf, sungguh, ini kesalahpahaman yang konyol. Mengira kamu melakukan hal begitu."
"Benar. Untuk apa aku begitu dengan orang lain," Kaito membuat raut wajah jijik. "Jauh lebih baik kalau aku begitu denganmu."
"Hei, tangan!"
"Apa sih,"
"Kaito. Ini kita di depan pintu depan rumah! Yang aku yakin barusan aku rusakkan juga."
Kaito melepaskan Shinichi lalu melakukan sesuatu pada pintu. "Oke, beres. Lalu aku akan menghamilimu."
"Itu mustahil."
"Proses jauh lebih penting daripada hasil."
Dan pintu pun sukses terkunci.
