Summary
Di Tokyo, terdapat sebuah tim pembunuh yang dipimpin oleh seorang samurai berambut ungu. Dia memiliki 2 anak angkat yang memiliki bakat psikopat yang amat hebat, serta 3 orang psikopat yang sangat professional. Mereka menyatu dengan satu niat yang sama, yaitu menghapus pemilik 7 dosa mematikan.
Disclaimed
Semua chara yang ada di sini bukan punya Nitsuki, tapi ceritanya milik Nitsuki.
Nitsuki gak tau mau bilang apa, jadi yang bisa Nitsuki bilang "SELAMAT MEMBACA, I HOPE YOU HAVE A NICE TIME FOR READING"
Chapter 1 : Gadis Rembulan Merah & Pemuda Berbintang Darah.
Seorang gadis berambut kuning sebahu terus menatap cerminnya yang berwarna kuning emas, kemudian dia mengambil sebuah topeng karnaval yang sangat cantik. seorang pemuda yang memakai topeng karnaval yang identik dengannya menghampiri gadis itu "Sudah waktunya" gadis itu mengangguk, kemudian mereka berdua keluar. seorang wanita berambut pink memandang mereka "Kalian akan turun?" keduanya mengangguk, kemudian pemuda itu membuka pintu "Kami pergi" kemudian mereka keluar dan menghilang di kegelapan malam.
Beberapa belas menit kemudian, di sebuah gang sempit dan gelap.
"UWAAA!"
CRASH!
Pemuda itu memandang korban sang gadis dengan dingin, kemudian gadis itu menatapnya dan tersenyum "Hei Len, aku boleh memberi dia 'tanda' kan?" pemuda itu mengangguk "Ya" kemudian gadis itu mencabut pisaunya yang menancap tepat di jantung korbannya, kemudian dia menusuk jantungnya berkali – kali, cipratan darah membasahi wajah dan topeng gadis itu.
kemudian seolah belum puas dengan aksinya, gadis itu menggoreskan berbagai luka sayatan di tubuh dan lengan korbannya. rambut biru sang korban kini telah berlumuran darah, kemudian dia segera memotong leher sang korban dengan cepat dan kasar, Len menghela nafas. kemudian dia mendengar ponselnya berbunyi "Moshi moshi?" (Halo?)
"Anata wa soko ni nani o shite iru? (Apa yang kau lakukan di sana?)"
Len menghela nafas, dia tahu suara wali mereka. pria berambut ungu yang selalu membawa pedang samurai "Menemani Rin" sementara itu gadis yang dipanggil Rin sedang menguliti wajah korbannya sambil bersenandung kecil, Len hanya menghela nafas melihat tingkah laku saudari kembarnya.
"Fukki" (kembali)
Pemuda itu menatap jam tangannya "Aku mengerti" kemudian dia memutuskan telpon mereka dan menatap Rin yang sedang membedah perut korbannya dan mengeluarkan seluruh organ dalam korban tersebut, Len menghampirinya dan menepuk bahu gadis itu "Sudah waktunya kita pulang" gadis itu cemberut sambil memainkan usus korbannya "Aku masih belum selesai"
"Segera selesaikan dan kita segera pulang, ayah sudah menelponku" Rin mengangguk, kemudian dia segera menyelesaikan pekerjaannya dengan kasar. Setelah selesai kedua anak kembar itu segera kembali ke 'rumah'.
Keesokan harinya
Seluruh warga kota gempar dengan penemuan mayat di dekat tempat sampah, keadaan korban sangat menggenaskan. Dengan kepala terpenggal dilengkapi dengan wajahnya dikuliti habis – habisan, serta tubuhnya yang penuh dengan sayatan – sayatan dan dan usus yang melilit tubuhnya, dan organ – organ dalam yang bereceran di sekitarnya.
Keadaan yang sedemikian rupa membuat seluruh warga yang melihatnya memuntahkan isi perut mereka. Sementara itu, Len dan yang lainnya mendengar berita tersebut dari koran edisi pagi yang sampai di rumah mereka. Rin tersenyum senang saat membaca berita tentang hasil karya-nya dimuat halaman pertama.
"Lihat, 'mainan'ku jadi halaman pertama. Padahal itu tidak begitu bagus" wanita berambut pink yang duduk di depan Rin menatapnya dengan datar "Hentikan Rin" gadis itu agak cemberut, kemudian dia menatap Len "Len, nanti malam kita berburu lagi ya?"
"Kalau perintah dari ayah sudah turun, aku akan menemanimu lagi" Rin menggembungkan pipinya "Ayolah~" pemuda itu menghela nafasnya "Akan kutanyakan kepada ayah" wanita berambut pink itu berdiri dan melihat jam dinding "Sudah waktunya kalian pergi sekolah"
"Aku mengerti" kemudian mereka berdua bersiap, tidak lama kemudian "Kami pergi" kemudian mereka pergi ke sekolah, seorang gadis berambut merah berlari sambil memanggil gadis itu "Rin! Hei, tunggu aku!" Rin menatap gadis itu dan tersenyum "Ayo cepat, Teto!"
"Kau sudah dengar berita pembunuhan itu?" Rin mengangguk, gadis berambut kuning itu tersenyum manis "Kita harus berhati-hati, kurasa pembunuh itu masih haus darah" Teto sedikit merinding saat mendengar ucapan temannya itu "Kurasa kau memang benar, apa kau tahu siapa korbannya?"
"Gallerian Marlon, bukankah dia salah satu hakim terkenal? Tapi sayangnya… yah, kau tahu…" Teto mengangguk "Sayangnya dia terkenal karena dia seorang koruptor" Rin mengangguk senang, dalam hatinya, gadis itu ingin tertawa saat mendengar diskusi dan perdebatan tentang pembantaian salah satu hasil karya miliknya.
Setelah sekolah selesai, Rin segera menghampiri Len yang menunggu gadis itu di depan gerbang "Malam ini Luka-neesan yang beraksi" Rin tersenyum manis "Aah… sayang sekali, tapi baiklah, itu bukan masalah besar. Apa master yang memberitahumu?" pemuda itu mengangguk, kemudian mereka kembali ke rumah mereka.
Wanita berambut pink itu menyambut mereka, Rin tersenyum dan merapikan sepatunya "Malam ini giliran Nee-san kan? Siapa yang akan jadi mainan Nee-san?" wanita itu mengangguk, kemudian dia melihat file yang berada di atas meja "Gumi, gadis ini diduga melakukan pembunuhan terhadap seorang anggota kepolisian tanpa alasan" Len menatap file itu "Bukankah itu kasus sebulan yang lalu? Kenapa ayah baru memerintahkan kita sekarang?"
"Dia baru berhasil menemukan persembunyian gadis itu, hm… aku membutuhkan bantuan kalian berdua" Rin bertukar pandangan dengan Len, kemudian mereka berdua mengangguk "Tapi kami hanya akan memancing dia keluar dari tempat persembunyian"
Wanita itu mengangguk setuju, kemudian mereka bertiga segera bersiap untuk melaksanakan misi mereka malam nanti.
~~~ To Be Continued ~~~
Nitsuki: "Aha~ akhirnya bisa update cerita ini juga"
Len: "Bukannya masih banyak fanficmu yang masih discontinued?"
Rin: "Iya, terus kok kami jadi psikopat kayak gini?"
Nitsuki: "Cerita ini udah lama ada tau~ jauh lebih lama dibandingin seluruh fanfic yang udah ku-update dan masih discontinued, terus Rin, cerita ini emang rada – rada gore"
Len: "Ukh!"
Rin: 'Ini mah bukan rada – rada gore lagi, tapi emang gore! Masa' gw jadi psikopat kayak gini'
Len: 'Rasanya mau ngelindas dia pake roadroller, kira – kira Rin mau ikutan gak ya?'
Nitsuki: "Jangan berfikir mau ngelindas Nitsuki pake roda rora atau road roller kalian, ntar Nitsuki tebas pake katana ini" (nunjukin pedang warna violet)
Rin: "Venom Sword!" (menunjuk katana itu dengan terkejut)
Len: "Sini pedangnya ntar kena 'lust' Venomania" (merinding sambil ngulurin tangan)
Gallerian: "Balikin pedang gw!"
Nitsuki: "Ini pedang Venomania-sama kok, week!" (ngejulurin lidah ke Gallerian) "Pokoknya aku gak mau balikin! Nggak mau! Oh ya, please review minna!" (lari)
Gallerian, Len + Rin: "Balikin oi!" (ngejar Nitsuki)
