~ Are you, Shemale? ~
Pairing : SasuNaru
Rate : M
Genre : Romance/Humor(gak yakin) '-')a
Disclaimer : Masashi Kisimoto
Warning : BOYxBOY, YAOI, AU, alur gak jelas, cerita pasaran, gajenes, bikin mual dll..
Summary : Naruto yang seorang gay ingin kembali menjadi straight, dan ketika ia bertemu dengan seorang gadis cantik ia merasa dirinya sudah 'berubah'.. sampai akhirnya dia menerima kenyataan yang sebenarnya/"W-WHAT? A-ARE YOU, SHEMALE?- BRUAGH/"NARUTO!"
.
.
.
.
a/n: Yoo bawa ff baru nih X3 maap ya buat ff 'everything i do' nya.. aku berniat menghapus ff itu.. jujur aja moodku hancur gara2 something, dan lagi aku berniat me-remake ff itu.. situasinya beda, hanya saja jalan ceritanya dan 'inti' ffnya sama.. cuma gak janji bakal di update cepet.. hehe, mau fokus sama ff ini dulu.. oke deh happy reading aja..
.
.
.
.
/TIDAK SUKA?/
/JA Jjjj jJAJAJAJAFGGFFGGFNGAN BACA!/
.
.
.
.
~ DrakKnightSong ~
.
.
.
~ Happy Reading~
.
.
.
.
"GUNTING BATU KERTAS!"
Gunting. Gunting. Gunting. Kertas.
"Yeyyy! Hahahaha akhirnya kau memang harus melakukan itu semua, Sasuke!" tawa puas segera dilontarkan Obito yang diikuti oleh Itachi dan Shisui.
"T-tunggu dulu! K-kita lakukan sekali lagi ya?" bujuk Sasuke tidak menerima begitu saja. Hah! Apa-apaan ini! Ia sama sekali tidak mau kalah dalam permainan konyol sang kakak juga sepupunya.
Itachi menunjukkan jari telunjuk panjangnya didepan wajah sang adik seraya menggelengkan kepalanya, "Kau tidak ingat ini sudah yang ke sepuluh kalinya kita mengulang? Dan hasilnya tetap sama-"
"Kau. Kalah. Sa-su-ke" Obita hanya terkikik geli ketika adik sepupunya itu menatap dirinya tajam.
Dengan angkuh Sasuke melipat kedua tangannya didepan dada, sedangkan mulutnya sibuk mengupat kesal. "Kalian bermain curang!" tudingnya.
"Oh tentu tidak, sepupu sayang. Kami tidak melakukan itu" Shisui menggelengkan kepalanya tidak setuju atas tudingan Sasuke. "Bisa kau lihat sendiri kami tidak berunding sama sekali"
"Tapi kan bisa saja kalian sudah merencana-"
"Sttt, berhenti berkata yang tidak-tidak, Sasuke" Obito merangkul erat bahu lebar bungsu Uchiha, dan menusuk-nusukkan jari telunjuknya ke pipi kanan Sasuke gemas. Membuat Sasuke risih dengan perlakuannya. "Akui saja jika kamu itu memang payah dalam hal ini. Kau bolehlah pintar dan jenius dalam bidang akademis dan non akademis, tapi bukankah tidak ada manusia yang sempurna di muka bumi ini? Dan buktinya ini Sasuke, kekalahanmu dalam melakukan gunting batu kertas" jelasnya, dengan diiringi kikikkan geli dari kedua pemuda lainnya.
Sasuke hanya mengerlingkan kedua bola matanya malas, melihat betapa senangnya sang kakak dan kedua sepupu idiotnya itu. "Ck, ya sudah hanya sekali kan? Fine aku mengaku kalah" cibirnya, kesal.
"Ya, memang seharusnya" angguk Shisui, menyebalkan.
Grep!
Dengan semangat Obito menarik pergelangan tangan Sasuke lalu menyeret adik dari Itachi itu untuk mengikutinya ke lantai dua. Itachi dan Shisui yang melihat itu hanya saling pandang sebelum kedua mengeluarkan seringaian dan beradu kepalan tangan. Lalu keduanya pun berjalan mengikuti Obito dari belakang.
"Tidak kusangka dia mudah dibodohi" kikik Shisui pelan, yang diangguki oleh Itachi.
"Aku pun tidak menyangka akan hal itu"
Sesampainya ditempat yang dituju pada sebuah ruangan luas yang berisi banyak pakaian wanita, dapat dilihat dari pintu masuk ruangan, Obito tengah sibuk memilih pakaian yang akan dipakai oleh Sasuke. Dengan cekatan Obito mencari pakaian terbaik untuk Sasuke yang hanya memandang penuh kebosanan pada tingkah sepupu idiotnya. Sasuke sendiri bertambah bosan dan kesal disaat melihat sang kakak dan sepupu satunya lagi ikut memilihkan pakaian untuknya.
Seraya menanti ketiga orang itu untuk memilihkan baju untuknya, manik Onyx Sasuke sibuk memandang sekeliling ruangan. Lagi-lagi ia hanya bisa menghela nafas ketika mengingat aksi gila ketiga orang itu untuk membajak kunci butik milik bibi Kotoko -adik Kaasannya- itu dan tanpa berpikir apapun mereka langsung membobol butik hanya untuk melakukan suatu hal konyol -bagi Sasuke. Ruangan yang tidak begitu luas untuk ukuran butik terkenal, dengan desain modern berlapis cat putih dan terdapat dua sampai tiga ruang ganti disetiap sudut ruangan. Membuat Sasuke sedikit mengagumi tempat ini.
"Nah, ayo di coba pakaian ini" dengan tiba-tiba dan tidak tahu diri ketiga pemuda itu menyodorkan beberapa helai pakaian wanita kedepan wajah Sasuke yang menatap horror.
Oh, my god!
Yang benar saja ini. Apa yang mereka pikirkan dengan memberikan begitu banyak pakaian wanita hanya untuk dipakai sekali olehnya, itu pun palingan hanya memakan waktu dua sampai tiga jam saja. Lihat lah tumpukan pakaian wanita yang sudah menyerupai gunungan itu, ini sih bukan memilihkan pakaian untuknya dari pakaian yang terbaik, melainkan sama saja seperti mengeluarkan semua pakaian itu untuk di acak-acak oleh mereka. Apa yang akan dikatakan bibi Kotoko nanti begitu mengetahui salah satu butik kesayangannya hancur berantakan karena ulah sang kakak juga kedua sepupu sarapnya ini. Sasuke segera memijit pangkal hidungnya ketika dirasa kepalanya berdenyut sakit memikirkan kegilaan mereka. Sasuke juga jadi berpikir disini sebenarnya siapa yang bocah dan siapa yang dewasa? Dan, oh ingatkan dirinya jika Sasuke berada tiga tahun lebih muda dari mereka yang sudah berumur 19 tahun itu.
"Cepat Sasuke segera dicoba, kita tidak memiliki waktu banyak" desakan sang kakak yang diiringi cekikkan itu hampir membuat Sasuke melemparkan kursi tunggu untuk pengunjung didekatnya ke wajah-wajah menyebalkan itu.
Dengan perasaan jengkel setengah mati, bungsu Uchiha dari Fugaku dan Mikoto itu mencomot asal salah satu pakaian yang sekiranya tertutup untuknya. Dan tanpa memperdulikan tawa puas ketiga pemuda itu, Sasuke berjalan menuju ruang ganti.
Manik Onyxnya menatap dengan teliti pakaian dress abu berlengan tanggung,sebuah pita merah muda berada dibagian atas dada kanan, dan terdapat sebuah ikat pinggang kecil berwarna senada dengan pita. Sederhana namun cantik.
Manis.
Satu kata yang ada dipikiran sang Uchiha muda itu ketika melihat dress ditangannya. Tidak salah ternyata ia yang hanya asal menyomot dress ditangan Obito, ternyata sangat memuaskan dirinya. Lagian ia terlalu malas memakai pakaian glamour ala wanita badut(?) diluaran sana. Dan ia bersyukur dengan dress ditangannya ini.
Tidak ingin terlalu lama berada didalam ruang ganti, cepat-cepat Sasuke mengganti pakaian santai miliknya dengan dress tersebut. Lagi-lagi ia harus terkagum dengan pilihannya ketika dress tersebut sangat pas dengan ukuran tubuhnya, lalu dress yang seharusnya berukuran selutut itu, kini naik beberapa centi ketika dipakai olehnya. Sasuke sedikit mengernyitkan kedua halisnya melihat penampilan dirinya didepan kaca. Astaga! Entah dirinya harus merasa bersyukur atau mengumpat, disaat Sasuke merasa begitu girly dengan dress abu ini. Dan lihatlah lekukkan tubuhnya yang memang atletis itu semakin meyakinkan tubuhnya untuk lebih terlihat feminim.
- DOK DOK DOK-
Dengan tidak berperikepintuan ketiga orang idiot diluar sana menggedor pintu ruang ganti, seakan berniat untuk menghancurkan benda penghalang itu.
"Sasuke cepatlah keluar jika sudah selesai. Jangan terus mengagumi tubuh sexy mu didepan cermin" teriak Obito sinting, yang disusul suara gaduh diluar sana. Dan teriakan itu hampir membuat Sasuke tersandung kakinya sendiri, jika saja ia tidak segera dapat menjaga keseimbangan tubuhnya.
Astaga. Apa-apaan kakak sepupu idiotnya itu? Menyebalkan sekali mulutnya. gerutu Sasuke dalam hati gemas, sampai rasanya ingin memutilasi pemilik suara itu.
Mengambil pakaiannya yang berserakan diatas lantai, Sasuke pun segera membuka pintu ruang ganti dengan kasar. Kesal dengan tingkah ketiga orang idiot yang mengaku sebagai salah satu keluarga Uchiha yang selalu dielu-elukan itu. Sasuke mendelikkan matanya melihat ketiga saudaranya yang tengah tumpang tindih diatas lantai dengan Obito yang bernasib berada dipaling bawah.
"Idiot" dengus Sasuke, menggelengkan kepalanya tidak habis pikir dengan tingkah ajaib para saudaranya itu.
Itachi segera menyingkirkan tubuhnya ketika sang adik sudah keluar, manik sekelam malamnya memandang takjub pada penampilan 'beda' sang adik. "Tidak kusangka tubuhmu cocok menggunakan dress itu" gumamnya, yang entah kenapa terdengar seperti penghinaan untuk Sasuke. Terbukti dari respon yang Sasuke berikan. Deathglare.
Suara suitan menggoda keluar dari mulut Obito, "Cute~" gumamnya gemas semakin membuat Sasuke kesal setengah mati.
"Waw" Shisui hanya bisa berdecak kagum dengan postur tubuh yang dimiliki Sasuke, sampai-sampai dirinya sulit berkata-kata.
Berkacak pinggang. Sasuke menatap angkuh ketiga saudaranya. "Sekarang apa lagi yang harus aku lakukan?" tanyanya tidak sabar dan ingin segera mengakhiri penderitaannya secepat mungkin.
Berdahem pelan, Shisui segera memberi petunjuk selanjutnya disaat kedua saudara lainnya seperti menyerahkan sisanya kepadanya.
"Tunggu sebentar" katanya, berjalan menuju sebuah meja untuk mengambil tas yang tadi sempat dibawanya. Sasuke semakin mengernyitkan halis dan menatap awas pada setiap langkah sang sepupu yang semakin mendekat ke arahnya.
"Apa itu?" tanya Sasuke, curiga.
Shisui mengangkat sebelah halisnya begitu mendengar pertanyaan itu keluar dari mulut Sasuke. "Hanya beberapa pelengkap yang harus kau kenakan" jelasnya singkat. Tangannya sibuk mengeluarkan segela sesuatu yang berada didalam tas bawaannya.
Obito berjalan mendekati Shisui, lalu mengambil rambut palsu berwarna raven yang panjangnya mencapai setengah pinggang dan dengan seringaian jail yang menghiasi wajah tampannya. Obito menunjukkan rambut palsu ditangannya ke hadapan wajah Sasuke dengan sok polos.
"Ayo dipakai" titahnya, sontak membuat Sasuke melayangkan sebuah pukulan pada kepala cokelat itu gemas. "Wadaw! Astaga Sasuke" ringisnya mengelus kasar pukulan Sasuke dikepalanya.
Sasuke tersenyum puas melihatnya, setidaknya rasa kesalnya sudah tersampaikan. "Rasakan" gumamnya, kejam. Lalu merebut kasar rambut palsu dari tangan Obito, dang sibuk membolak balikkan rambut palsu ditangannya. Menatap intens.
"Sini aku bantu" ujar Itachi membantu Sasuke menggunakan rambut palsu tersebut, dan sedikit merapikannya ketika sudah selesai memasangkan. "Waw, kau benar-benar manis Otoutou" decaknya, kagum.
"Ck, berhenti menghinaku, Aniki!" kesal sang adik, tidak suka. Menepis kasar tangan Itachi yang berada dikepalanya.
Obito dan Shisui terkekeh pelan, "Sudah-sudah jangan bertengkar" ujar Obito sok menengahi, "Tapi Sasuke jika dipakainya asal tempel begitu saja nanti yang ada ketika kena angin langsung terbang rambutnya-" ujarnya seraya mengambil salah satu lem perekat diantara tumpukan make up lainnya, "-jadi pakai ini supaya tahan lama dan tidak mudah jatuh" lalu menyerahkan lem itu ke tangan Itachi.
Sasuke menahan pergerakan sang kakak yang ingin mengambil lem tersebut, kedua matanya menatap ragu benda ditangan Obito. "Nanti kalau tidak bisa dilepas bagaimana?" Tanya nya sangsi. Bagaimana pun juga ia tidak mau berakhir dengan mempermalukan diri sendiri ketika besok adalah hari pertama untuknya masuk kedalam Konoha High School. Apalagi jika itu berkaitan dengan ketiga idiot ini, semakin membuatnya merasa tidak nyaman dan selalu was-was.
"Itu aman kok. Paling lama juga sekitar tiga jam perekatnya sudah terlepas" jelas Shisui menenangkan adik Itachi, dikedua tangannya sudah siap dengan peralatan make up yang ia curi dari sang Ibu yang mungkin sekarang tengah kalang kabut mencari alat make up, ketika Shisui tahu bahwa siang ini sang Ibu ada acara arisan.
Obito yang gemas dan tidak sabaran melihat sikap ragu-ragu Sasuke, segera mengambil rambut palsu dikepala Sasuke yang langsung mendapatkan delikan tajam dari Sasuke. Tidak memperdulikan Sasuke yang tengah sibuk menggerutu, Obito pun segera menuangkan cairan perekat itu secara merata pada bagian dalam rambut palsu itu, dan setelahnya ia memasangkan rambut itu dengan rapih hingga menempel erat pada kulit kepala Sasuke , sebuah senyum kepuasan segera Obito perlihatkan disaat melihat betapa manis nya Sasuke dengan rambut palsu itu. Jika saja wajah itu tidak terlihat sangar.
"Bagaimana? Terasa nyaman kan jika dipakai perekat itu?" ucapnya bangga, yang diangguki kedua Uchiha lainnya.
Itachi mengacungkan ibu jarinya tanda setuju, "Jika begini kan kalau tiba-tiba rambutmu ke sangkut ranting pun rambutmu tidak akan terlepas" ujarnya, membuat Sasuke mengerlingkan matanya bosan.
"Nah sekarang saatnya kau ber-make up" dengan semangat Shisui menarik tangan adik Itachi itu untuk duduk pada sebuah sofa tunggu, dan akan segera memulai acara 'corat-coret' nya diwajah angkuh itu. Oh ayolah, siapa sih yang tidak akan senang jika diberi kesempatan untuk menistakan pemuda angkuh didepannya ini? Bocah yang suka berkata seenaknya tanpa di rem itu, sekali-sekali memang harus dikerjai.
Emangnya enak dikerjain?
Gumam hati kecilnya Shisui, dendam.
Sasuke menatap horror benda-benda yang selalu menghiasi meja rias sang Ibu itu, kini berada didekatnya dan wajah tampannya dalam hitungan detik kedepan akan berkenalan dengan benda-benda paling nista sejagat per-lelakian kaumnya. Sasuke tidak tahu apakah setelah wajah tampannya dipolesi benda-benda nista itu masih bisa membuatnya percaya diri untuk mendekati sang pujaan atau tidak. Dan entah kenapa hati kecilnya berkata bahwa ini terakhir kalinya ia menikmati wajah tampannya yang selama ini ia banggakan.
GREP!
"B-bisakah kita tidak usah melakukan ini semua?" pinta Sasuke menahan gerakan Shisui yang akan menyentuh wajahnya dengan sebuah cepuk bedak ditanggannya. Dan Sasuke harus meringis ngeri disaat kedua tangannya malah di pegang dan ditahan oleh sang kakak.
"Jika kau merasa dirimu seorang lelaki, kau harus bisa menepati janjimu dan tidak menarik kembali kata-katamu itu. Bukankah itu janjimu sebagai ninja?" dengan sintingnya Itachi membacakan skenario milik salah satu tokoh anime yang katanya para pemainnya itu berwajah seperti mereka. Dan dengan yakinnya ia menunjukkan kalimat itu pada sang adik yang walaupun dalam anime nya pun tokoh yang mirip dengan sang adik tidak pernah berkata seperti itu.
Sasuke mendengus kesal dengan tingkah sang kakak, "Diamlah. Dan lagi kalimat itu tidak pernah keluar dari mulut seorang ninja missing-nin berwajah triplek" semburnya, gemas sendiri.
Shisui dan Obito hanya bisa menepuk jidatnya melihat tingkah Itachi yang begitu memalukan. "Sudah salah dengan pede-nya malah berucap lantang begitu" gumam mereka, menggelengkan kepala melihat Itachi yang tengah berpikir, lalu setelahnya ia nyengir tanpa dosa begitu sadar dengan kesalahannya.
"Sudahlah lupakan masalah tidak penting itu, sekarang lebih baik kita bergegas mendadani Sasuke, dan sebentar lagi jam sembilan pagi. Itu tandanya kita hanya memiliki waktu setengah jam lagi untuk segera keluar dari butik ini, karena karyawan bibi Kotoko akan segera datang" lerai Shisui mencoba menyadarkan kembali kondisi mereka saat ini. Ketiganya pun menganggukkan kepala dan dengan pasrah Sasuke merelakan wajah tampannya di polesi berbagai macam benda nista itu. Sasuke hanya berdo'a semoga disaat ia sedang melakukan 'misi' nantin ia tidak diketemukan oleh orang-orang yang mengenalnya.
.
.
.
.
"Selesai" sorak Shisui dan Obito. Puas dengan hasil kerja mereka. Itachi melepaskan kukungannya pada sang adik dan memperhatikan dengan seksama seorang 'gadis' manis berambut raven panjang sepinggang, dress abu berpita membaluti tubuh sang 'gadis' yang bisa dibilang 'cukup' langsing.
Sasuke mendelik tajam ketiga pemuda yang sibuk terpesona dengan dirinya. Bahkan Itachi sampai berulang kali mengucek kedua matanya, guna memastikan jika sosok 'gadis' didepan matanya itu memang sang adik yang kerap kali memperlihatkan wajah ketusnya.
"Aku tidak keberatan sama sekali jika untuk ber-incest-ria denganmu, Suke" gumam Itachi, yang dibalas kerlingan bosan plus jijik dari sang 'gadis'.
Obito pun menganggukkan kepala, menyetujui ucapan Itachi. "Aku pun sama" dan Shisui hanya mampu menggelengkan kepala melihat sikap error keduanya. Rupanya ia satu-satunya orang yang mampu mengendalikan sikapnya dijalan yang benar(?), walau ia akui, ia pun terkagum dengan sosok 'gadis' didepannya.
"Berhenti melihatku dengan tatapan menelanjangi kalian. Itu sangat menjijikkan"
DOEENGG
Suara barithon yang keluar dari kedua belah bibir ranum itu, seolah menampar telak kesadaran ketiganya. Ditambah suasana yang sunyi senyap, ketika tadi ketiganya sibuk menatap kagum sosok 'gadis' didepannya, tiba-tiba suara menggelegar dari sosok 'gadis' yang rupanya tengah dalam masa pubertas itu membuat suara sang 'gadis' terlalu berat untuk ukuran wajahnya yang cantik. Ketiganya pun berdahem pelan mencoba fokus kembali pada tujuan awal mereka, yang sampai rela pagi-pagi sudah 'menculik' adik dari Itachi itu dari tidur tampannya.
"Oke, karena sepertinya suaramu terlalu berat dan menakutkan-" Obito nyengir kaku ketika Sasuke menatapnya tajam, "-kebetulan kemarin aku dan kedua manusia disampingku ini sudah membuat sebuah ramuan yang bisa sedikit mengubah suaramu menjadi 'sedikit' feminim" ujarnya, menunjukkan sebuah botol kecil berukuran jari kelingking yang terdapat sebuah cairan berwarna kuning itu didepan wajah Sasuke.
Sasuke mengernyit jijik melihat cairan kuning didepan wajahnya, "Yakin jika itu ramuan buatan kalian? Atau itu air seni kalian? Aku tidak mau meminumnya" tolaknya, bergidik ngeri. Bagaimana pun juga ia masih belum sepenuhnya yakin pada sikap 'baik' ketiga orang didepannya, jika mengingat kembali seperti apa 'ikatan' antara ia dengan ketiga makhluk idiot didepannya. Dibanding sebuah saudara, ikatan mereka tidak lebih dari seekor kucing dan tiga(?) ekor anjing yang selalu saling menghina dan bertengkar, jika disatukan dalam sebuah ruangan.
Obito yang merasa tersinggung, segera menjitak gemas surai panjang 'gadis' didepannya. Hilang sudah selera inginnya untuk berhubungan incest dengan adik dari Itachi itu, melihat sikap kurang ajarnya membuat ia dongkol setengah hidup.
"Enak saja kau berkata, Sasuke. Begini-begini kami masih memiliki pikiran untuk tidak melakukan itu. Lagian air seniku terlalu suci untuk diberikan pada bocah triplek seperti dirimu"
Sasuke mendengus meremehkan, "Orang yang memiliki pikiran tidak akan mungkin melakukan tindakan memalukan di sebuah toko cemilan, dengan dalih ingin mencicipi, lalu dengan tidak tahu dirinya orang yang 'mengaku' memiliki pikiran itu menghabiskan jatah teaster cemilan" skakmat. Obito langsung bungkam seketika dengan serangan telak bocah didepannya. Astaga, ia tidak mengira jika Sasuke masih mengingat kejadian memalukan dua tahun lalu. Memang ia akui, ia dan kedua saudara lainnya -Itachi dan Shisui- yang saat itu tengah kelaparan sehabis pulang dari sekolah, kebetulan melewati sebuah toko cemilan yang ternyata baru dibuka itu, serta menyediakan berbagai macam teaster cemilan andalan toko itu. Ia dan kedua saudaranya -sok- iseng-iseng itu mampir yang lalu ditawari berbagai macam jenis cemilan yang disediakan disana. Bagaikan sebuah keberuntungan bagi mereka, ditambah kondisi perut yang keroncongan serta masih jauhnya jarak kediaman, membuat mereka melupakan sejenak kata 'memalukan'. Dipiikiran mereka saat itu adalah mumpung gratis, jadi serbu sajalah.
"Dan mengenai air senimu itu, kau pikir air senimu itu berupa dari sebuah batu berlian yang dicairkan keluar dari pedangmu? Dimana-mana, bahkan anak TK, pun tahu kalau air seni itu kotor. Tidak ada yang suci. Khe, bukankah kau sendiri merupakan salah satu calon dokter? Masa' mengenai itu pun tidak tahu" Obito menelan ludahnya susah payah disaat setiap kata demi kata tajam dan menyudutkan itu terus Sasuke keluarkan untuknya.
Itachi yang merasa bahwa Obito sudah mulai tidak nyaman dengan tingkah sang adik, segera meminta bantuan Shisui untuk melerai kedua. Shisui melirik kesamping disaat merasakan ada yang mencolek pinggangnya, tepatnya ke Itachi yang sedang menatapnya dengan 'cepat-kau-lerai-mereka-sebelum-misi-kita-hancur-gara-gara-bocah-itu'.
Shisui pun menghela nafas, dan mulai berdahem pelan, mencoba mengikuti keinginan Itachi, walau pun sebenarnya ia terlalu malas. Apalagi harus berurusan dengan bocah bermulut pedas itu.
"Sudah ah, kita harus bergegas keluar dari sini. Sasuke lebih baik kau minum ramuan itu, tenang saja efeknya hanya berlangsung beberapa jam saja kok. Dan kami sudah menguji cobakan ramuan itu pada hewan" ujarnya mencoba melerai, lalu memberikan botol kecil ditangannya yang tadi sempat ia rebut dari tangan Obito -yang saat ini masih berwajah masam-
Manik onyx Sasuke menatap ragu ramuan ditangannya, ia pun hanya bisa menuruti permintaan konyol itu, dan berharap hari menyebalkannya ini segera selesai. Setelahnya ia bisa hidup normal kembali sesuai keinginannya.
Glup Glup Glup
Sasuke mengernyitkan halisnya begitu rasa asam bercampur sedikit pahit itu mulai mengisi tenggorokannya. Itachi, Obito dan Shisui menunggu reaksi yang akan dialami sang 'gadis' yang tengah terdiam.
'Sebentar lagi..'
Pikir mereka.
Dan benar saja tidak lama Sasuke merasakan tenggorokannya terasa seperti terbakar. Panas dan gatal. Menyerang tenggorokan sang 'gadis'.
"Arghhhh! S-sakitt.. Ukh!"
BRUK
Tubuh berbalut dress abu itu pun terjatuh keatas lantai, kedua tangan pucatnya memegang tenggorokannya. Manik Onyxnya menatap ketiga pemuda yang tengah menatapnya dengan cemas, dijulurkannya sebelah tangannya meminta pertolongan. Dan Itachi pun segera meminta Shisui untuk mengambilkan air dingin. Shisui pun bergegas menuruti permintaan Itachi, ia sedikit melupakan satu hal, seharusnya ia sudah menyiapkan air dingin untuk Sasuke. Dan ia berharap bocah menyebalkan itu bisa sedikit bertahan, mengingat bagian dapur butik ini berada dilantai satu samping kiri pintu masuk.
"Sasuke tahan ya. I-ini memang reaksi dari ramuan itu" Itachi memeluk erat tubuh sang adik yang terus menjerit kesakitan. Sial. Ia memang paling tidak bisa melihat Sasuke menderita begini.
GREP
Sasuke mencengkram erat baju sang kakak, keringat dingin mengucur deras dikening seiring rasa sakit dan panas pada tenggorokkannya semakin terasa. "Hahh hahh" deru nafas keluar dengan memburu dari kedua bibir mungilnya. Tubuhnya bergetar menahan sakit. Sial. Memang seharusnya ia tidak meminum ramuan itu. Hell, jika tahu reaksinya akan sesakit ini, mending ia membatalkan perjanjiannya dengan ketiga orang didepannya ini.
"Shisui cepat airnya" seru Obito gemas melihat tingkah lelet Shisui, ia yang tengah mengipasi Sasuke segera menghentikan tugasnya, dan meminta Itachi untuk mendudukkan Sasuke ketika sedang minum.
Shisui berjalan tergopoh-gopoh mendekati kakak beradik Uchiha itu, lalu memberikan air dingin itu pada Sasuke. "Minum lah Sasuke" katanya.
Itachi pun membantu sang adik meminum air putih itu, dan senyum lega segera terukir dibibir tipisnya, ketika melihat Sasuke yang secara berangsur-angsur mulai tenang. "Syukurlah kau tidak apa-apa, Otoutou" desahnya lega.
Menormalkan kembali deru nafasnya, Sasuke pun bersandar lemas pada dada sang kakak. Kedua matanya tertutup rapat, ketiga pasang mata diruangan itu menatap penuh rasa bersalah.
"K-kenapakalian tidak memberitahuku jika reaksinya akan seperti itu?" tanya Sasuke mencoba menekan rasa amarahnya, manik onyx-nya memperhatikan ketiga orang disekitarnya yang tengah terbengong. Sebelah halisnya terangkat bingung dengan sikap orang-orang disekitarnya. "Hei, aku berbica-"
"SASUKE!" dengan tiba-tiba Obito memegang erat kedua bahu Sasuke, dan mengguncangkannya kencang. Sasuke mencoba melepaskan cengkraman Obito, risih. "Coba bersuara lagi" titahnya, semakin membuat Sasuke mengernyit bingung.
"Ada A-Hah!?" Sasuke langsung menghentikan ucapannya, dan membekap mulutnya dengan kedua tangannya. Kaget. Tadi itu suara siapa? Kok lembut banget. Pikirnya, bingung. "A a a.. H-hallo. A-aniki suaraku-"
"Sasuke tenanglah. Ini hanya semantara kok, dan suaramu akan kembali setelah beberapa jam kedepan" terang Itachi menenangkan sang adik yang tengah syok itu, manik onyxnya melirik kedua orang lainnya yang masih dalam sikap 'bengong'nya. "Hei, ayo cepat bereskan barang-barangnya, kita harus bergegas keluar dari tempat ini" serunya, menggelengkan kepala.
"A-ah, ayo. Shisui alat make-up-nya jangan ada yang ketinggalan, bisa repot nanti berurusan dengan Bibi Kotoko" titah Obito seraya membereskan sisa-sisa kekacauan yang dibuat olehnya dan kedua saudaranya (disini Sasuke tidak ikut-ikutan mengacau dalam pemilihan baju)
Itachi segera membantu Sasuke berdiri dan menerima High Heels berukuran tiga centi berwarna hitam dan sebuah tas selempang merah yang Shisui berikan untuk Sasuke pakai. Itachi sedikit merasa bersalah ketika melihat wajah masam sang adik. "Aku harap kamu mau bertahan Sasuke, setelah misi ini selesai. Aku berjanji akan membelikanmu dua kantung buah tomat segar dan dua dus jus tomat" hiburnya, berharap dengan itu sang adik mau bersabar untuk beberapa waktu kedepan. Dan benar saja dugaannya, sang adik terlihat sedikit menyunggingkan senyuman senang kepadanya.
"Awas jika kau berbohong, Aniki!" ancamnya, kekanakan. Dan Itachi hanya menganggukkan kepalanya yakin, sebelah tangan kanannya mengacak surai panjang sang adik gemas. Ha'ah biarlah ia harus mengeluarkan banyak uang untuk sang adik, bagaimana pun juga ini salahnya yang memberi usul pada dua saudaranya untuk menjalankan misi ini. Hm, ia hampir lupa dengan dari misi ini juga ia akan kembali menerima haknya yang banyak. Seringaian kemenangan pun terlihat di masing-masing sudut bibirnya. Entah mengapa ia sudah bisa merasakan euporia kemenangan ada ditangannya.
"Ayo Itachi kita bergegas pergi dari sini" ajak Shisui yang ternyata sudah hamper sampai didepan tangga dengan sang adik dan Shisui yang sudah menuruni anak tangga. Cepat-cepat Itachi pun menyusul dan sekali lagi ia harus terkagum dengan sang adik yang dengan santainya berjalan menuruni anak tangga menggunakan Heels, tanpa ada keraguan dan ketakutan dari cara berjalan sang adik.
"Aku jadi sedikit meragukan adikmu, Itachi" bisik Shisui yang ternyata sama-sama tengah mengagumi sosok Sasuke didepannya. Itachi menatap bingung pemuda disamping, "Ayolah, kau perhatikan cara jalan adikmu itu mana ada seorang cowok tulen bisa dengan mudah menggunakan Heels, sedangkan seingatku ini yang pertama kalinya dia menggunakannya. Ah! Atau jangan-jangan adikmu itu sudah sering menggunakannya secara diam-diam?" Itachi mengerlingkan kedua matanya mendengar ucapan konyol sang sepupu.
"Jangan berbicara seenaknya begitu. Aku tahu Sasuke itu seperti apa, mungkin saja dia terlalu cerdas hingga hanya menggunakan Heels saja dia bisa menguasainya dalam sekali coba?" tepisnya, yakin. Bagaimana pun juga ia tahu keseharian adiknya itu seperti apa dirumah. Sasuke hanya akan menghabiskan harinya dengan membaca buku, buku, dan buku. Oh ya ia melupakan satu kegiatan sang adiknya yang baru-baru ini dilakoni sang adik, yaitu bermain Facebook.
"Ya ya ya, mau sampai kapan pun juga itu memang tidak mungkin dilakukan oleh adikmu, yang notaben sangat berkepribadian buruk" kata Shisui, lalu ia mengerutkan keningnya begitu merasa ada yang salah dengan ucapannya, "Aku ralat, bibirnya yang buruk-ah tidak tidak tidak bukan bibirnya, bibirnya itu tipis dan ranum, jadi bukan bibirnya yang buruk, tapi kata-katanya yang buruk dan pedas. Ya, ucapannya yang tidak pernah disaring itu benar-benar selalu menyakiti perasaanku"
Itachi mendengus geli dengan tingkah aneh Shisui, ia pun menggelengkan kepalanya, lalu mengacak surai raven tersebut sayang.
"Sudahlah, kau seperti tidak mengetahui sifat Sasuke itu seperti apa saja" imbuhnya, manik onyxnya menatap lurus sang adik yang tengah sibuk mengomeli Obito didepannya. "Sasuke sebenarnya anak yang penurut dan baik, tapi entah kenapa semenjak kehilangan sahabat kecilnya ia menjadi seperti sekarang. Bermulut pedas dan angkuh" sorot matanya berubah sendu, disaat ia mengingat betapa terpukulnya Sasuke menerima kenyataan harus ditinggal pergi oleh sahabat kecilnya itu.
PUK PUK PUK
Shisui menepuk pelan pundak lebar Itachi, "Jika mereka berjodoh, aku yakin mereka berdua akan dipertemukan kembali suatu saat nanti. Dan jika hari itu tiba, aku harap orang itu bisa kembali merubah sifatnya kembali menjadi periang" hiburnya, merangkul saudara yang sekaligus merangkap menjadi sahabat itu. Itachi pun hanya bisa meng-amini ucapan tersebut.
.
.
.
.
.
Sasuke menatap bosan ketiga orang didepannya yang tengah memberinya arahan dan larangan untuk misi yang ia dapat ini. Layaknya guru yang tengah mengajari muridnya, ketiga pemuda idiot -bagi Sasuke- itu sibuk berceloteh-ria, bahkan kalimat yang mereka ucapkan tidak diperhatikan olehnya, ketika ucapan itu keluar secara bersamaan dan malah membuatnya pusing. Tidak mengerti.
Bosan yang melanda dirinya, membuat Sasuke memperhatikan daerah sekitar taman hiburan yang saat ini sedang ramai-ramainya dikunjungi banyak orang. Dari berbagai kalangan muda-mudi, anak-anak sampai orangtua pun hilir mudik didepannya. Sampai akhirnya kedua manik Onyxnya melihat sesuatu yang membuatnya merasa familiar.
Dilihatnya didekat sebuah kedai es-krim arah jam dua dari posisinya, terdapat beberapa gadis yang seumuran dengannya tengah bergosip sambil menunggu pesanan datang. Diantara ketiga gadis didepan sana, yang menjadi fokus matanya adalah sosok gadis bersurai merah muda itulah, yang menjadi sorotannya. Sasuke sedikit merasa panik jika gadis itu mengenali wajahnya sekalipun ia dalam keadaan 'wanita'.
"Sasuke!" seru Obito, menarik pipi pemuda disampingnya gemas. Obito hanya mendengus jengkel ketika ia dan kedua saudara lainnya sibuk berceloteh mengenai hal apa saja yang harus dilakukan bocah disampingnya, malah sibuk menatap intens gadis menor itu.
"Dari tadi kami menjelaskan sampai berbusa, tapi kamu malah sibuk jelalatan merhatiin wanita pakaian sexy disana" gerutu Shisui, gemas sendiri.
Itachi menggelengkan kepalanya melihat tingkah sang adik yang mendelik tajam, tidak terima. "Sasuke, kami hanya ingin kamu itu menjadi lebih berhati-hati, makanya kami memberikan penjelasan itu" jelasnya, perlahan.
"Aishh, ya ya ya. Aku tahu kok. Aku hanya perlu merayu pemuda merah itu saja kan? Dan aku harus mengambil kembali kartu ATM kalian yang di sita olehnya kan? Dengan mengikuti pemuda itu ke hotelnya lalu mengambil kartu itu yang orang itu simpan diantara dompetnya yang ia bawa. Selesai!" tutur Sasuke, emosi. Wajahnya yang cantik terlihat sedikit sangar, ketika tatapan tajam ia keluarkan untuk ketiga pemuda yang tengah tersenyum puas.
Obito menepuk suka cita bahu sang 'gadis', yang langsung ditepis oleh sang empunya bahu, kasar. "Semoga sukses, oke? Oh iya jangan lupa bawa racikan ini agar membuatnya tidak sadarkan diri, juga bisa membantumu untuk lebih leluasa kabur darinya" Sasuke menerima racikan tersebut dan memasukkannya kedalam tas selempang yang ia bawa.
Sasuke menghela nafas pelan, ia pun mulai beranjak berdiri dan merapikan kembali pakaiannya. "Aku pergi dulu, lelaki itu bernama Namikaze Kyuubi kan? Dia ada dimana sekarang?" tanyanya, seraya menatap sekeliling dan matanya tanpa sengaja bertemu dengan manik Emerald yang menatapnya penuh tanda tanya.
GLEK!
'Waduh, apa Sakura sadar kalau gadis ini itu aku? Aishh, bagaimana ini?'
Batinnya, panik.
Sasuke pun menggelengkan kepalanya pelan, dan berniat untuk segera pergi secepatnya ketika melihat Sakura tengah berjalan kearahnya diikuti kedua temannya.
"Hubungi aku untuk memberitahu posisinya. Dan oh iya jika gadis merah jambu itu bertanya tentangku, tolong jangan beritahu aku itu Sasuke ya. Jaa" setelah mengatakan itu, gadis ber-dress abu segera beranjak pergi meninggalkan ketiga saudaranya yang tengah melongo, tidak mengerti dengan tingkah Sasuke yang tiba-tiba seperti itu.
"Ada apa dengannya?" gumam ketiga pemuda itu bersamaan, lalu mereka pun saling tatap satu sama lain, bertanya melalui isyarat mata.
"Permisi" sebuah suara lembut mengalihkan tatapan ketiga pemuda, menatap penuh tanya akan kehadiran ketiga gadis cantik dan sexy dihadapannya. Melihat dari penampilannya, terutama gadis berambut merah jambu ini, apa ini yang dimaksud Sasuke?
"Ah ya, ada yang bisa kami bantu?" tanya Itachi, mencoba bersikap ramah. Ia sedikit mengernyitkan kedua halisnya begitu gadis berambut merah jambu itu mengulurkan tangannya, seperti meminta untuk berjabat tangan.
"Perkenalkan saya Haruno Sakura teman sekelas Sasuke, adikmu. Dan ini teman-temanku, yang berambut kuning itu Yamanaka Ino, lalu yang berambut merah itu, Uzumaki Karin" jelas Sakura, tersenyum amat manis. Itachi pun hanya ber-oh-ria bersama kedua saudaranya yang lain, lalu Itachi pun menerima uluran tangan itu.
"Itachi Uchiha, dan mereka sepupu ku namanya Shisui dan Obito" katanya, memperkenalkan satu persatu pemuda disampingnya. Sedangkan Shisui dan Obito hanya mengangguk ramah, setelahnya mereka mempersilahkan ketiga wanita itu untuk duduk, yang tentunya langsung diterima dengan senang hati oleh para wanita tersebut.
"Emm-ngomong-ngomong apa Sasuke tidak ikut bersama kalian?" tanya Karin, sambil menyendoki es-krim ditangannya.
Itachi dan kedua pemuda disampingnya saling tatap, "A-ah Sasuke ya? Dia.. Emh, dia.." Sakura mengangkat sebelah halisnya aneh, begitupun kedua sahabatnya yang merasa ada sesuatu mengganjal dari sikap aneh pemuda berambut durian cokelat itu. Itachi dan Shisui secara serentak, melalui bawah meja, mencubit gemas paha sang pemuda yang langsung menjerit kesakitan.
"Aishh, sakit tahu~" bisik Obito, menatap tajam kedua pemuda disampingnya yang malah memasang wajah tanpa dosa.
Shisui melempar senyum manisnya untuk ketiga tamu tak diundangnya yang tengah menatap aneh kearah mereka bertiga. "Obito kita harus segera pergi dari sini, Sasuke dalam bahaya jika kita tidak memantaunya" gumam Shisui sangat pelan, sehingga hanya Obito sajalah yang bisa mendengar gumamannya. "Aku sudah mengirim posisi Kyuubi ada dimana pada Sasuke, dan kita harus bergegas pergi sebelum kita kehilangan jejak mereka" lanjutnya, masih sangat pelan. Ia sedikit merasa bersyukur ketiga gadis itu tidak memperhatikan tingkahnya yang tengah berbincang dengan Obito, disaat fokus ketiga gadis itu tertuju pada Itachi sepenuhnya.
Obito mengangguk samar, " Kita harus bergegas menyusul Sasuke" gumamnya didekat telinga Itachi, gerakannya yang berpura-pura tengah melakukan peregangan, tidak membuat ketiga gadis itu sadar jika dia baru saja berbisik ditelinga Itachi.
Seakan tersadar dengan apa yang sedang mereka lakukan hari ini, kakak dari Sasuke itu pun langsung berdiri disusul Obito dan Shisui untuk pamit undur diri. Bagaimanapun juga ia tidak ingin sang adik kenapa-kenapa mengingat siapa yang tengah berurusan dengan Sasuke saat ini.
"Maaf ya nona-nona cantik, kami baru ingat jika kami masih memiliki urusan yang harus segera kami lakukan. Jadi, dengan berat hati kami mohon undur diri. Permisi" setelah melemparkan senyum maut andalannya, ketiga pemuda itu segera bergegas pergi, meninggalkan ketiga gadis yang sibuk ber-blushing-ria karenanya.
"Shisui segera lacak Sasuke tengah berada dimana sekarang? Apa di masih ditempat itu?" titah Itachi yang langsung disanggupi Shisui. Dengan langkah lebar-lebar ketiganya berjalan cepat menuju tempat tujuan bungsu Uchiha berada. Entah kenapa firasatnya tidak enak.
"Sasuke masih berada ditempat itu. Ayo cepat, sepertinya ia berhasil merayu sulung Namikaze itu" Itachi dan Obito menatap tidak percaya ucapan Shisui, "Dari sinyal ini mulai menandakan pergerakan, ayo cepat" dengan tidak sabaran, Shisui mendahului kedua saudara untuk memimpin jalan. Hingga akhirnya kedua manik onyxnya melihat sesosok 'gadis' ber-dress abu tengah berbicara dengan sesosok pemuda tampan berambut merah yang tengah mengusap lembut pipi pucat sang 'gadis'. Lalu dilihatnya kedua sosok itu mulai mengambil ancang-ancang untuk pergi, dengan sang 'gadis' yang sibuk merangkul manja tangan sang pemuda, sedang sang pemuda sendiri merangkul mesra pinggang sang 'gadis' dengan sesekali meremas gemas pantat sang 'gadis'.
Itachi, Obito dan Shisui yang melihat setiap tingkah kedua orang didepannya, atau lebih tepatnya pada tingkah sang 'gadis' hanya bisa menganga lebar menyaksikan itu semua.
"A-astaga, Itachi.. A-aku tidak tahu jika adikmu begitu manja dan agresif" gumam Shisui dan Obito secara bersamaan. Keduanya menelan ludah melihat kejadian 'amazing' didepannya, terlihat jelas jika keduanya begitu syok dengan kejadian yang sudah berlangsung beberapa saat yang lalu.
Itachi menggelengkan kepalanya pelan, kedua matanya masih sibuk menatap kosong kedepan. Ia pun sama, tidak mengira sama sekali jika sang adik amat begitu 'menikmati' misinya. Rupanya aksi Sasuke barusan sudah membuat ketiga pemuda itu merasa terkena serangan jantung. Oh ayolah, Sasuke yang selama ini dikenal oleh mereka itu adalah, seorang remaja -yang walaupun baru 16 tahun- sikapnya sangat tegas, jantan, dan paling utama sangat acuh dan cuek pada orang-orang sekitarnya. Tapi sekarang yang ada dihadapan mereka, dan juga sudah mereka yakini jika 'gadis' itu adalah pemuda yang selama ini bersama mereka, kini yang ada dihadapan mereka hanyalah sesosok manusia perayu handal. Sasuke dihadapan mereka seolah-seolah memiliki kepribadian ganda dan sangat berbeda dengan keseharian pemuda itu lakukan dirumah.
Itachi yang tersadar dari lamunannya ketika mendengar dering telpon miliknya berbunyi, segara mengangkat nada sambungan itu yang ternyata dari sang adik.
[ Apa yang kalian lakukan, hah? Mau sampai kapan kalian melamun seperti orang idiot!? Cepat ikuti aku, pemuda sial itu akan mengajakku ke hotel Central Konoha. Bagaimana pun aku butuh kalian untuk bisa bebas dari pemuda itu, aku tidak ingin berakhir mengenaskan diatas ranjang!] dan setelahnya nada sambungan telpon itu terputus, tanpa memberi kesempatan untuk Itachi berbicara barang sepatah-dua patah kata.
Lagi-lagi Itachi, Obito dan Shisui harus mengangakan lebih lebar mulutnya ketika mereka harus menyaksikan sikap ke-OOC-an Sasuke hari ini. Hell, jelas saja mereka merasa syok dengan kejadian tadi, seingat mereka (lagi) sosok Sasuke adalah seorang pemuda yang amat sangat pelit dalam mengeluarkan sepatah kata pun dari mulut seksinya, mereka bahkan pernah berpikir sepelit-pelitnya para Uchiha dalam berkata, mereka masih bisa menyapa balik pada orang yang menyapa mereka, sekalipun hanya sebuah anggukkan kepala. Sedangkan Sasuke? Jangan ditanya lagi. Sasuke hanyalah mau berkata pada orang yang dianggapnya penting saja dalam kehidupanya, yang dimaksud disini adalah keluarganya, itu pun jika ada yang bertanya duluan. Dan oh mungkin jika para leluhur Uchiha itu sedang melihat tingkah salah satu keturunannya ini, bisa dipastikan mereka kejang-kejang melihatnya.
Obito sekali lagi menelan ludahnya, seraya menggeleng prihatin, dipikirnya Sasuke sedang sangat frustasi sekarang, sehingga bertransformasi menjadi sesosok manusia yang manis sekaligus menyeramkan disaat bersamaan.
"Oh Kami-sama maafkan kami yang sudah membuat salah satu keturunan Uchiha menjadi gila" ucapnya, sinting. Itachi yang tidak terima adiknya dikatai orang gila dan menurunkan derajat para leluhur Uchiha terdahulu, langsung saja melayangkan sebuah jitakan maut untuknya yang disambut dengan jeritan lebay ala Obito.
Shisui yang melihat itu hanya meringis ngeri seraya berkata, "Ish, pasti sakit" dengan suara yang hanya bisa didengar olehnya.
Tanpa memperdulikan Obito yang sibuk misuh-misuh karena jitakannya, Itachi langsung saja berlalu menuju tempat sang adik akan dibawa oleh pemuda Namikaze itu, diikuti Shisui yang sama tidak pedulinya dengan nasib Obito. Menurutnya itu sudah resiko bagi orang yang berani mengatai Sasuke didepan Itachi yang mengidap penyakit Brother-Compleks(?). Masih segar diingatannya ketika sulung Uchiha ini mengatakan dengan lantang pada orang-orang disaat mereka masih menduduki kelas 4 Elementary Konoha School, dimana saat itu Sasuke diganggu oleh para teman wanitanya yang meminta untuk berkenalan dengannya, namun saking banyaknya wanita yang mengelilingi Sasuke kecil, membuat bocah tampan itu menangis ketakutan. Itachi yang melihat kejadian itu segera menerobos masuk lautan bocah wanita, dan memeluk posesif tubuh kecil sang adik seraya kedua mata tajam melayangkan deathglare pada orang-orang disekitarnya, lalu setelahnya Itachi kecil itu berkata, "Bagi siapapun yang berani menganggu adikku, barang seujung kuku pun, apalagi sampai membuatnya menangis. Mau pria atau wanita, akan berurusan denganku!" dengan suara yang sangat lantang. Seketika para manusia yang mendengar itu langsung bungkam, bahkan para guru yang saat itu melihat keributan dihalaman sekolah, hanya bisa meringis ngeri merasakan aura intimidasi yang sangat ketara. Bagaimana mungkin bocah kelas empat bisa memiliki aura semenakutkan itu? Dan sejak saat itu baik para guru maupun teman Sasuke mulai menjaga sikap, walau begitu para fans bungsu Uchiha masih tetap ada, hanya saja mereka tidak berani untuk mendekat.
.
.
.
.
_ Beberapa saat sebelum kejadian 'mencengang' kan terjadi _
Drap Drap Drap
Kaki jenjang berbalut Heels itu melangkah terburu, tidak diperdulikannya jika ia beberapa kali menyenggol bahu orang dijalan, yang ada dipikirannya saat ini adalah pergi menjauh dari jangkauan para wanita itu. Bisa habis ia jika para wanita itu berhasil mengenali dirinya dalam keadaan memalukan seperti ini, ditambah ia masih ingin mendapatkan perhatian wanita Haruno itu, maka dari itu akan sangat memalukan jika mereka mengetahui ini.
Dengan nafas tersengal-sengal, efek berjalan terburu-buru setengah berlari, Sasuke menghentikan langkahnya begitu sadar jarak yang ada sudah dari cukup untuk ia berlindung dari para wanita itu.
Drrt Drrt Drtt
Dering pesan pada ponsel nya mengalihkan perhatian Sasuke, segera saja ia membuka pesan masuk yang berasal dari Shisui yang ternyata memginformasikan letak sang target berada.
"Kafe Blue?" gumamnya, menatap sekeliling sampai akhirnya ia sebuah papan bertuliskan seperti yang ia cari, yang ternyata berada didekat wahana Bianglala. Sebuah seringaian langsung ia sunggingkan ketika melihat sesosok pemuda berjaket hitam, berambut merah tengah berada disekitar kafe itu. Benar apa yang dikatakan sepupunya itu, pemuda Namikaze sedang duduk-duduk santai disana.
Tarik nafas. Buang perlahan.
Setelah memantapkan diri untuk melakukan hal ternekat dalam hidupnya, tanpa memperdulikan tatapan memuja dari berbagai macam pasang mata disekitarnya. Dengan langkah percaya diri Sasuke melangkah mendekati meja sang pemuda. Dengan gayanya yang sedikit dibuat nakal, Sasuke mendudukkan diri tidak jauh dari Kyuubi, posisinya yang berada dihadapan sang target, membuat Kyuubi mau tidak mau menatap wanita cantik didepannya.
Kedip.
Sasuke mengedipkan satu matanya ke arah Kyuubi yang secara terang-terangan menatap terpesona dirinya, seorang pelayan kafe mendekat, sambil mengangkat satu kaki kanannya hingga tumpang tindih dengan kaki kirinya, Sasuke tidak ragu untuk memamerkan paha putih mulusnya yang tersingkap karena posisi duduknya. Bukan sang pelayan saja yang menelan ludah melihatnya, Kyuubi juga beberapa pasang mata yang sejak kedatangannya memperhatikan dirinya pun menelan ludah, tidak kuasa akan keseksian tubuh sang 'wanita' dihadapa. mereka.
"Vannila latte satu" dengan suara lembutnya, Sasuke memesan satu cangkir minuman yang merupakan salah satu minuman yang tidak ia sukai. Tapi demi misinya yang sukses, ia harus melakukannya.
Sang pelayan itu pun mengangguk gugup, dan segera menyampaikan pesanan 'wanita' cantik itu, pelayan itu tidak ingin membuat pelanggan cantiknya menunggu lama.
GLEK
Untuk yang kesekian kalinya Kyuubi meneguk ludahnya susah payah ketika dengan sengaja Sasuke menggigit bibir bawahnya, menggoda. Tidak tahan dengan tingkah sang gadis, membuat sulung Namikaze beranjak berdiri dan mulai menghampiri sang 'gadis' yang malah berpura-pura sok jual mahal.
"Ekhem" dahemnya, mencoba menarik perhatian Sasuke yang tengah sibuk memainkan ponselnya. Sasuke yang sudah mengetahui jika targetnya mulai terkena umpannya, kepalanya yang setengah tertunduk hingga poni panjangnya menutupi kedua manik Onyxnya, dengan seringaian dibibirnya. Sasuke pun mulai menengadahkan kepalanya untuk menatap wajah tampan Kyuubi.
Dengam wajah dibuat sepolos mungkin hingga terkesan innocent dan moe(?), Sasuke menatap penuh tanya Kyuubi yang saat ini mati-matian tengah menahan panas dingin ditubuhnya.
"Boleh saya duduk disini?" tanyanya sangat ramah, yang dibalas anggukkan imut oleh sang 'gadis'. "Perkenalkan nama saya Namikaze Kyuubi, dan nona?" tanpa sungkan Kyuubi mengulurkan tangan kanannya, senyuman tampan segera ia keluarkan guna menarik perhatian sang 'gadis' didepannya.
Menyeringai dalam hati, tanpa sungkan Sasuke menerima uluran tangan tersebut, "Yume, namaku Yume, Kyuubi-san" katanya dengan lembut, setelah menerima pesanannyaa. Menggunakan kaki jenjangnya Sasuke pun mengeluskan dengan mesra paha Kyuubi melalui kolong meja, yang seketika membuat pemuda berambut merah itu harus menahan ekstra libidonya, ketika dengan sengaja sang 'gadis' menyentuh tonjolan ditengah selangkangannya menggunakan ujung kaki telanjang. Senyum merayu menggoda ala bungsu Uchiha seolah magnet tersendiri untuk Kyuubi berpindah posisi duduknya menjadi disebelah Sasuke.
Oh my god!
Apa yang harus ia lakukan sekarang?
Pemuda Namikaze ini ternyata libidonya mudah terpancing, dan Sasuke sedikit merasa panik sekarang.
Kedua manik Onyxnya menatap sekeliling luar kafe, posisi kafe yang terbuka memudahkan Sasuke untuk mencari sang kakak beserta kedua sepupu idiotnya.
"Yume-chan?" sebuah sapuan nafas hangat yang mengenai tengkuknya membuat Sasuke sedikit tersentak kaget , dan refleks mengalihkan tatapannya kearah sang pemuda berada.
DEGH
Nyaris saja bibirnya bersentuhan dengan bibir Kyuubi, jika saja ia tidak langsung menundukkan wajahnya sehingga hanya keningnyalah yang terkena kecupan Kyuubi. Dalam hati Sasuke mengumpat kesal pada tingkah kurang ajar pemuda disampingnya, dan hampir saja Sasuke berniat menggagalkan rencananya ketika melihat ketiga saudara tengah berjalan kearahnya.
"Mau tidak malam ini kita bermalam bersama?" suara yang lebih terdengar seperti desahan itu keluar dari bibir Kyuubi, jari-jari lentiknya mengelus lembut pipi putih sang 'gadis' yang sedikit menggeliat tidak nyaman.
Bagus.
Sekarang Sasuke merasa dirinya sangat murahan. Bagaimana ini?
Sasuke pun menjilat bibir bawahnya yang terasa kering, dengan anggun ia mengangggukkan kepala, menerima tawaran mengerikan itu. Sasuke pun sangat ingin menghentikan kegilaan ini, hanya saja sudah kepalang tanggung juga jika ia berakhir disini, ditambah ia akan dipenggal oleh pemuda mesum ini jika ketahuan penyamarannya ini.
"Daripada harus menunggu nanti malam, bagaimana jika sekarang saja?" tanyanya, memainkan kancing jaketnya. Tangan lentiknya dengan menggoda meremas sesuatu ditengah selangkangan Kyuubi yang langsung menggeram, menahan libidonya.
"Baiklah jika itu maumu, manis. Sekarang kita ke apartemen ku yang tidak jauh dari sini letaknya" ujarnya mulai beranjak bangun disusul Sasuke, dengan malu yang kepalang tanggung, sang 'gadis' merangkul manja lengan kokoh Kyuubi yang langsung merangkul pinggang ramping Sasuke.
Sekali lagi Sasuke melirikkan matanya untuk memastikan jika ketiga saudaranya masih mengikutinya, tapi ia harus menahan rasa amarahnya ketika melihat ketiga saudaranya malah terbengong-ria. Ah ya dia baru ingat jika Kyuubi membawanya ke apartemen sang pemuda, bisa habis ia ditangan Kyuubi karena menurut yang Itachi katakan, di apartemen pemuda sulung itu sistem keamanannya sangat ketat, bisa-bisa dengan mudah pemuda mesum ini menemukannya, walau bagaimana pun juga ia tidak ingin mati konyol ditangan pemuda mesum ini. Sasuke masih sayang nyawa.
Setelah berpikir keras mengenai alasan penggantian tempat bermalam(?), Sasuke pun mengelus pipi Kyuubi, meminta perhatian sang pemuda. Senyum menggoda ia ukirkan begitu manik Rubby sang pemuda menatapnya, "Sepertinya aku sudah tidak tahan merasakan benda pusakamu ini, Kyuubi-san. Emm-bagaimana jika kita melakukannya dihotel seberang jalan saja?" ujarnya, seraya memasang ekspresi se-menggoda mungkin.
Kyuubi nampak berpikir sejenak, lalu tanpa ragu ia menyetujui usul 'wanita' dipelukannya ini. "Sepertinya dirimu sudah sangat tidak tahan, hm?" kekehnya, mencubit gemas hidung bangir Sasuke yang hanya tersenyum malu-malu. "Baiklah, kita ke hotel central Konoha jika begitu. Jujur saja aku pun sudah tidak tahan untuk merasakan jepitan hangat lubangmu, Yume-chan" desah Kyuubi, mempererat pelukannya pada pinggang Sasuke.
Dalam hati Sasuke tersenyum setan. Begitu mudah rupanya memperdaya seseorang yang hanya memikirkan kenikmatan dunia. Khe, memuakkan. Yeah, kau beranda-andai lah sana jauh-jauh untuk memikirkan berbagai macam gaya yang akan dilakukan oleh mu, Kyuubi. Karena perandaianmu itu hanyalah sebuah mimpi belaka, ketika dalam beberapa waktu kedepan saja kau harus menerima kenyataanya yang sebenarnya. Decih Sasuke jijik.
Ah, ya ia baru ingat harus memberitahukan pada ketiga saudaranya kemana pemuda mesum ini akan membawanya, "Kyuubi-san?" panggilnya, seraya memasang wajah seperti menahan sesuatu. Kyuubi menatap lembut 'gadis' disamping, lalu mengernyit bingung dengan sang 'gadis'.
"Ada apa?"
Sasuke memasang wajah gelisah dibuat-buat, oh tidak lihatnya tingkahnya saat ini sangat mirip dengan para penjahat yang biasa sang Ibu tonton untuk mengelabui para musuhnya.
"Bolehkah aku izin kebelakang?" tanyanya, dengan penekanan pada akhir kalimatnya. Rupanya Sasuke sudah tidak betah berlama-lama berada didekat Kyuubi yang kapan pun bisa menyerangnya.
Kyuubi terkekeh geli melihat tingkah lucu wanita-nya, ia pun memberikan izin pada Sasuke untuk ke kamar mandi umum. Manik rubby nya terus terpaku memperhatikan Sasuke sampai akhirnya sosok itu menghilang dari jarak pandangnya. Sebuah seringaian terpasang indah dibibirnya. Onyx itu tidak salah lagi ia mengenalnya, juga sorot mata itu walau terlihat dibuat-buat hanya untuk menarik perhatiannya, Kyuubi tidak akan salah menilai.
"Akhirnya aku menemukanmu" gumamnya sangat pelan.
Sasuke berjalan tergesa memasuki salah satu kabin wanita, ukh ia sama sekali tidak mengira akan merasakan yang namanya memasuki 'wilayah pribadi wanita'. Sekalipun ia sedang dalam keadaan sangat mendukung dan tidak usah takut ketahuan dikira pengintip, tetap saja ia tidak nyaman. Tapi sedikitnya Sasuke bersyukur karena dengan ia yang berpakaian seperti ini, memudahkannya untuk menjauh sementara dan menginformasikan pada ketiga saudaranya, yang ia yakini sekarang pun masih terbengong-ria.
Setelah merasa aman jauh dari jangkauan Kyuubi, Sasuke segera mengeluarkan ponsel canggih keluaran terbarunya, hadiah sang Tousan untuk ulang tahunnya yang ke 16 beberapa waktu lalu. Lalu ia pun menghubungi ponsel sang kakak yang nyatanya sesuai dugaannya, ketiga saudaranya masig berada di alam lain(?), terbukti dari lamanya sang kakak mengangkat sambungan telpon darinya.
Dan ia siap menumpahkan rasa amarahnya, begitu sang kakak berhasil mengangkat sambungan telponnya.
"Apa yang kalian lakukan, hah? Mau sampai kapan kalian melamun seperti orang idiot? Cepat ikuti aku, pemuda sial itu akan membawaku ke hotel central konoha. Bagaimana pun juga aku butuh kalian untuk bisa bebas dari pemuda itu. Aku tidak ingin berakhir mengenaskan diatas ranjang!" teriaknya kesal. Deru nafasnya keluar cepat, seiring rasa kesalnya pada ketiga saudara idiotnya itu. Tidak tahukah mereka jika Sasuke sekarang tengah merasakan takut? Bagaimana pun juga ia tidak ingin berakhir tidur berdua dengan pemuda mesum itu.
Setelah merapikan kembali segala emosi dan pakaiannya yang sedikit agak berantakan, Sasuke bergegas pergi keluar dari kabin laknat itu, namun kedua matanya nyaris saja melompat keluar serta jantungnya yang mencelos ketika sesosok gadis yang amat dikenalnya kini tengah berada tepat didepannya, menatapnya penuh tanda tanya.
Jangan katakan Sakura mendengar teriakkannya? Pikir Sasuke kalang kabut, namun ketika ia mengingat bahwa kini suaranya sedang tidak berat, sedikit membuat Sasuke tenang. Dengan gerakan setenang mungkin Sasuke melewati Sakura yang berdiri didepan pintu kabin.
"Permisi, nona" ucapnya sesopan mungkin, lalu setelahnya Sasuke melesat pergi menjauhi ketiga gadis yang menatapnya penuh curiga.
"Bukankah wanita tadi itu yang bersama Itachi-nii kan?" tanya Karin, mengetuk-ngetuk dagunya berpose berpikir.
Ino mengangguk membenarkan ucapan Karin, "Iya tidak salah lagi. Sakura, apa mungkin wanita itu keturunan Uchiha juga? Atau wanita itu kekasih dari salah satu para Uchiha tadi?" tanyanya, mengerutkan halis melihat sikap Sakura yang sejak bertatapan dengan wanita tadi malah seperti kehilangan arwah. Ino menyikut lengan Karin, seraya bertanya melalui isyarat mata, yang tentunya dijawab gelengan kepala oleh sang gadis Uzumaki itu.
Tersadar dari lamunannya, Sakura pun melenggang pergi, tidak jadi masuk ke dalam kamar mandi.
"Kita pergi saja dari sini" katanya, tegas. Entah kenapa mood-nya turun drastis ketika pertanyaan itu keluar dari mulut sahabat kuningnya itu. Astaga, wanita itu seumurankan dengannya? Sial, ternyata ada wanita yang lebih cantik darinya. Badannya juga lebih tinggi dari wanita jepang pada umumnya. She's so perfect.
Ino dan Karin saling bertatapan bingung, ketika melihat Sakura berlalu meninggal kan mereka begitu saja, bahkan terasa sekali jika wanita Haruno itu sangat marah saat ini. Dan mereka sudah menduga jika ini ada kaitannya dengan 'wanita' tadi. Keduanya pun hanya menggidikkan bahunya tidak peduli, dan cepat-cepat keduanya berjalan menyusul Sakura yang sudah sangat jauh berada didepan mereka.
.
.
.
.
Kyuubi menatap intens 'wanita' didepannya yang sejak beberapa menit yang lalu, sibuk dengan bahan makanan yang akan diolahnya menjadi menu makan siang. Awalnya Kyuubi menolak untuk dimasak kan, dan lebih memilih memesan jasa delivery saja jika sang 'wanita' begitu sedang kelaparan. Tapi nyatanya 'wanita' itu tetap menolak, katanya sayang kalau bahan makanan di kulkas yang sudah disediakan pihak hotel tidak dipakai. Yah, jika boleh jujur ia sama sekali tidak lapar, yang lapar itu 'anu' nya, bukan perutnya. ha'ahh sepertinya ia harus bersabar sebentar lagi untuk merasakan rasanya bersetubuh dengan cinta pertamanya ini.
Sasuke yang terus dipantau pergerakannya oleh Kyuubi sangat sulit untuk memasukkan racikan pemberian Shisui, dalam hati ia sibuk mengumpat jijik dengan tingkah Kyuubi ini. Benar-benar lelaki yang maniak seks.
Drrt Drrt Drrt
"Ya hallo" Sasuke mendesah lega ketika melihat Kyuubi yang berlalu, masuk kamar untuk menerima telpon yang kelihatannya privasi. Dengan segera Sasuke berjalan menuju meja makan, lalu memasukkan bungkusan kecil pemberian Shisui kedalam minuman Kyuubi. Setelah mengaduk minuman agar tercampur rata, Sasuke pun segera melanjutkan kembali aktifitas memasaknya dan lagi-lagi ia harus mendesah lega ketika tidak lama Kyuubi keluar dari kamar.
"Apa masih lama memasaknya?" tanya Kyuubi memeluk mesra pinggang Sasuke dari belakang. Seketika Sasuke merasakan merinding yang amat sangat, andai saja jika ini bukan karena janjinya sebagai pria sejati, andai saja ini bukan karena ia yang merasa kasian pada sang kakak juga kedua saudara lainnya. Sudah Sasuke pastikan pemuda yang tengah memeluknya ini babak belur ditangannya, jangan kira karena fisiknya yang cantik lantas mereka menganggap dirinya lemah. Hell, diumurnya yang sekarang baru menginjak 16, jika mengenai bela diri, dia bisa dikatakan jagonya.
Menekan kuat-kuat hawa membunuhnya, Sasuke pun membalikkan badan dan melemparkan senyum manis untuk pemuda didepannya, jari-jari kurus dan panjangnya mengelus lembut pipi Kyuubi, "Sedikit lagi selesai kok, umh-apa Kyuubi-san sudah merasa kesal dan bosan?" tanyanya, seraya memasang wajah sedih.
Kyuubi langsung kalang-kabut begitu melihat manik Onyx itu sudah berkaca-kaca, "A-ah tidak kok, aku hanya bertanya saja"
Seketika senyum cerah terukir dibibir ranumnya, "Jika begitu lebih baik Kyuubi-san habiskan dulu saja minumannya, tidak lama lagi selesai kok" ucapnya, mendorong punggung tegap Kyuubi yang lebih tinggi 5 cm darinya, lalu mendudukkan tubuh jangkung sang pemuda di kursi yang tadi sempat sang pemuda duduki.
"Ha'ahh, baiklah kalau begitu" desah Kyuubi, pasrah. Lalu mulai meminum kembali minuman miliknya, seraya membuka-buka aplikasi permainan di ponsel pintarnya.
Diam-diam Sasuke menyeringai begitu melihat Kyuubi menghabiskan minumannya hingga tandas. Lalu, dengan membawa makanan yang sudah selesai ia buat, Sasuke pun menata makanan tersebut diatas meja. Ia berpura-pura tidak tahu apa-apa ketika melihat Kyuubi mulai teler, kepala merah itu menggelengkan kepala disaat rasa pusing menyerangnya. Rupanya racikan yang diberikan sang sepupu mulai bereaksi. Dan Sasuke bersorak riang dalam hati, ketika merasa menderitaannya sebentar lagi selesai. Tinggal menunggunya tidak sadarkan diri, lalu menjalankan satu rencana lagi, dan setelah itu-tadaaa ia bebas dari misi konyolnya ini.
"Ayo Kyuubi-san silahkan dima-eh? Kau tidak apa-apa, Kyuubi-san?" tanya Sasuke sok khawatir, segera saja dengan sedikit tergopoh menghampiri Kyuubi dan memberikan air putih. "Lebih baik minum dulu, mungkin kau terlalu lelah?"
Kyuubi menggelengkan kepalanya berulang kali, "Sepertinya begitu. Sudah beberapa hari belakangan ini aku sibuk dengan-ugh-tugas kantorku" lirihnya, tubuhnya makin melemas seiring pengaruh obat itu yang menggerogoti tiap bersendiannya, agar melemah.
BRUK
Sasuke melipat kedua tangannya didada seraya memandang remeh pada sosok rapuh yang tak sadarkan diri diatas lantai, dengan santai Sasuke melangkah menuju tas selempangnya yang tadi ia letakkan dimeja ruang teve, ia pun segera menghubungi ketiga saudaranya agar menyelesaikan sisa dari misinya ini. Jujur saja Sasuke sudah tidak tahan mengenakan rambut dan dress ini, ia ingin segera pulang dan berendam.
"Cepatlah ke atas, pemuda mesum ini sudah tepar" ujarnya ketus, kaki jenjangnya mengetuk-ngetuk tidak sabaran.
[Ah begitu. Sebentar, kami akan segera ke atas] sahut sang kakak diseberang sana, setelahnya ia pun mematikkan sambungan telpon tersebut, lalu berjalan menuju sebuah dompet milik Kyuubi yang tergeletak diatas sofa, membukanya, dan mangambil tiga buah kartu ATM milik ketiga saudaranya yang menjadi alasan utama ia harus berpakaian seperti ini.
Sasuke mendengus sebal, gigi putihnya saling bergemeletuk kesal begitu mengingat jika hari ini merupakan hari tersial baginya. Manik onyx nya menatap nyalang sosok pemuda yang tengah tergeletak tidak berdaya diatas lantai.
Duk!
Ditendangnya pelan kaki berbalut celana lepis itu kesal, "Jika saja aku tidak sayang masa depanku, sudah kupastikan kau mati ditanganku, jalang!" desisnya, masih dendam dengan perlakuan tidak menyenangkan yang Kyuubi lakukan tadi. Hampir saja ia melayangkan pukulannya ke wajah tampan sang pemuda, jika saja Itachi tidak segera datang, dan menahan sikap anarkis Sasuke, sudah dipastikan Kyuubi babak belur ditangan sang adik.
"Cukup Sasuke. Kita harus segera pergi dari sini" katanya, seraya mencomot tiga buah kartu ditangan sang adik, lalu dilihatnya kedua saudaranya tengah sibuk merapikan kekacauan yang sempat terjadi. Bahkan makanan yang tadi sempat dibuat Sasuke, mereka bungkus, lalu menata posisi 'tidur' Kyuubi menjadi terduduk diatas sofa kosong ruang teve, dengan beberapa buah botol minuman alkohol yang sudah kosong, dan menyisakan satu buah botol minuman alkohol yang isinya tinggal setengah. Obito pun tidak lupa meminumkan sebagian minuman tersebut ke dalam mulut Kyuubi, dengan sengaja Obito mengambil tangan kanan milik sang pemuda dan membuat tangan itu seolah-olah tengah menggenggam minuman alkohol hingga tanpa ia ketahui Kyuubi mabuk dan hilang kesadaran.
Sementara Obito sibuk membuat sebuah adegan(?) penyebab-Kyuubi-pingsan, Shisui tengah berkutat dengan merapikan kekacauan(?) yang dibuat Kyuubi dan mencoba menghilangkan jejak Sasuke disekitar sini.
"Ayo Shisui, Obito. Apa kalian sudah selesai?" tanya Itachi memijat pangkal hidungnya, ia tadi sudah meretas cctv hotel ini, dan mengancam para resepsionist untuk tidak mengatakan apapun pada sang pemuda jika ia datang dengan sang adik ke hotel ini.
Obito dan Shisui tersenyum bangga pada hasil yang mereka lakukan, lalu mereka berdua pun segera menghampiri ItaSasu yang sudah siap pergi dari tempat tersebut. Sesampainya didepan pintu, bergabung dengan ItaSasu, Obito dan Shisui pun segera pergi dari tempat tersebut.
Sasuke menghela nafas lelah begitu bokongnya menduduki kursi mobil sang kakak, wajahnya memperlihatkan betapa leganya ia berhasil menyelesaikan misinya hari ini.
"Sasuke, hari ini kau benar-benar hebat" kekeh Obito, seperti biasa meledek bungsu Uchiha.
"Diamlah" dengus Sasuke, ketus. Shisui dan Itachi hanya tersenyum simpul mengingat betapa menyenangkannya sekali hari ini bisa melihat sisi lain Sasuke yang selalu mengelu-elukan dirinya merupakan pria sejati, hanya saja keduanya tidak berani untuk tertawa secara terang-terangan, bagaimana pun juga mereka sangat berterima kasih pada Sasuke. Karena berkat anak itu, mereka tidak akan dimarahi kedua orang tua mereka karena sudah menghilangkan kartu ATM pemberian kedua orang tua mereka.
"Aku tidak tahu apa yang membuat kalian bisa terlibat dengan pemuda mesum itu, dan membuat kartu ATM kalian disita seperti itu. Tapi ya aku tidak peduli. Yang aku pedulikan, mulai saat ini jangan libatkan aku lagi untuk masalah-masalah konyol kalian" tegas Sasuke, menggertakkan giginya. "Dan untukmu Aniki-" jari telunjuknya menunjuk tepat di pipi sang kakak, "-jangan lupa dengan janjimu"
Itachi menggelengkan kepala melihat tingkah kekanakan sang adik, "Ya, tenang saja. Memang kapan sih aku ingkar janji?" ujarnya, tenang. Membuat sang adik mendengus sebal, membenarkan ucapan sang kakak yang memang selama ini selalu menepati janjinya.
"Jika begitu, mumpung kita akan melewati supermarket didepan sana. Kita turun dulu, dan membeli semua yang aku janjikan padamu. Obito, Shisui, kalian mau ikut turun tidak?" tanya Itachi, seraya memarkirkan mobil miliknya begitu sampai disebuah supermaket.
"Aku tunggu disini saja" gumam Sasuke malas, menyandarkan tubuh lelahnya pada sandaran kursi mobil.
Itachi mengacak rambut Sasuke gemas, yang langsung ditepis oleh sang empunya rambut. "Baiklah jika begitu kami turun dulu. Ayo Obito, Shisui" ajaknya, yang langsung diikuti kedua saudara lainnya.
Sesudahnya ketiga saudaranya turun dan memasuki supermarket, Sasuke sibuk menarik-narik rambut palsunya yang terasa masih erat melekat dikepalanya.
"Aishh, kenapa rambutnya terasa menempel erat dikepalaku? Dan lagi suaraku masih saja feminim, ha'ahh mudah-mudahan saja nanti malam sudah kembali normal. Bagaimana pun juga, lusa aku sudah mulai masuk sekolah, dan aku tidak mau berakhir dengan seperti terus" gumamnya, menghela nafas lelah.
.
.
.
.
"Ne, Sasuke sekali lagi thanks ya buat bantuanmu" ujar Obito nyengir senang, yang diangguki pelan oleh Sasuke, "Kalau begitu aku masuk dulu. Istirahatlah yang cukup, lusa kau sudah masuk sekolahkan? Lalu, mengenai suara dan rambutmu, nanti malam atau mungkin besok kau bisa hidup normal lagi. Jadi, untuk sementara bersabar dulu ya" katanya, menyengir kaku begitu adik dari Itachi itu menatapnya tajam.
"Jika sampai besok pun rambut dan suaraku masih seperti ini, aku tidak akan segan-segan mengutili rambut kalian bertiga!" ancam Sasuke, bersungguh-sungguh. Itachi dan kedua saudaranya meneguk ludahnya susah payah mendengar ancaman yang mengerikan dari Sasuke.
Itachi yang merasa suasana sangat canggung,Itachi pun memecahkan keheningan dengan memohon undur diri dari hadapan Shisui dan Obito yang sudah sampai dirumah mereka yang bertetanggaan itu.
"Ah, kalau begitu kami pulang dulu ya. Jaa" setelahnya, Itachi langsung menancap gas, pergi menjauhi kedua sepupunya dan pulang kerumahnya yang berada beberapa meter dari rumah tersebut.
Sasuke langsung turun dari mobil sang kakak begitu sampai dirumah, tanpa mengindahkan tatapan heran dan penuh tanda tanya dari beberapa pelayan juga satpam rumahnya Dengan percaya diri Sasuke yang masih berpakaian 'beda' ini, masuk kedalam rumahnya yang mewah. Heels tiga sentinya masih melekat manis dikaki jenjang putihnya, menciptakan suara nyaring dari sepasang kaki yang mulai menapaki lantai rumah.
Tak Tak Tak
Suara langkahnya sangat nyaring terdengar memenuhi segala sudut ruangan, padahal selama ini ia berjalan selalu dengan tanpa menciptakan suara. Tapi ketika ia memakai heels ini, entah kenapa selembut apapun pijakan yang ia ciptakan, selalu saja terdengar suara langkah kakinya.
Mikoto mengerutkan halisnya bingung disaat melihat sesosok 'gadis' yang tidak dikenalnya, dengan santai menaiki anak tangga menuju lantai dua. Ibu dari Sasuke dan Itachi itu pun menghentikan acara menontonnya, dan memilih menghampiri 'gadis' yang dengan tidak tahu dirinya main masuk kedalam rumah mewahnya. Ah, atau jangan-jangan 'gadis' ini merupakan kekasih dari salah satu anaknya?
Berbagai pertanyaan langsung memenuhi pikirannya, ketika Mikoto sendiri bingung harus memulai dari mana untuk menghentikan langkah kaki sang 'gadis'.
Menghela nafas pelan, Mikoto pun ikut menaiki anak tangga, dan mengikuti langkah sang 'gadis' yang ternyata berjalan menuju kamar putra bungsunya. Seketika itu juga Mikoto merasa marah dengan tingkah 'gadis' itu, ia pun dengan langkah lebar mendekati sosok tersebut dan mencengkal lengan sang 'gadis' didepannya, yang langsung menatapnya kaget.
"Kaasan?" tanya Sasuke, bingung dan gugup.
Dengan tatapan tidak suka yang secara terang-terangan Mikoto perlihatkan, wanita berusia 42 tahun itu pun menatap intens sosok 'gadis' didepannya yang dengan seenaknya memanggil dirinya 'Kaasan'.
"Maaf Nona, anda siapa ya? Dan ada perlu apa dengan putra bungsu saya?" tanyanya, dengan nada yang terdengar jelas tidak suka.
Mendapat perlakuan tidak menyenangkan dari sesosok Ibu-nya yang biasa menatapnya lembut dan hangat, membuat Sasuke salah tingkah sendiri. Seburuk apapun sikap Sasuke pada orang-orang disekitarnya, bungsu Fugaku itu tidak pernah bersikap kurang ajar pada wanita yang sudah melahirkan dan membesarkan dirinya selama ini. Bisa dikatakan hanya pada Mikoto lah Sasuke menurut dan bersikap lembut.
Melihat gelagat sosok 'gadis' didepannya yang salah tingkah, entah kenapa Mikoto seperti melihat sosok putra bungsunya didalam diri gadis tersebut. Dari tingkahnya yang menggarukkan ujung kaki kanannya pada tumit belakang kaki kirinya, serta gerakan manik Onyx yang menatap liar sekitar, sangat mirip dengan sikap gugup Sasuke.
A-atau jangan-jangan..
Mikoto menahan nafasnya seketika, membayangkan jika sosok 'gadis' didepannya adalah memang benar putra bungsunya. Namun, ia segera menyangkal pikiran anehnya tersebut, apalagi jika mengingat sikap Sasuke yang selama ini selalu menjunjung tinggi harga dirinya sebagai seorang pria. Jadi sangat tidak mungkin.
"A-a-i-i-itu.." Aishh, ayolah Sasuke jangan buat Ibu-mu semakin bingung dan marah pada sosok 'beda'mu ini. Jeritnya frustasi dalam hati.
Drap Drap Drap
"Kaasan, dia Sasuke" bagaikan mendapat sebuah undian dengan hadiah yang sangat fantastis, Sasuke terus mengucapkan syukur karena Dewi Fortuna sedang dipihaknya, sehingga ia tidak usah menjelaskan secara langsung mengenai keadaannya sekarang. Cukup Itachi saja yang menjelaskan, setidaknya itu sangat membantu dirinya yang begitu malu pada sang Ibu yang saat ini tengah ternganga lebar.
Sasuke meringis miris, melihat ekspresi luar biasa yang sangat jarang, bahkan tidak pernah sang Ibu perlihatkan. Kini dengan cuma-cuma ia bisa melihat sisi lain ekspresi unik Mikoto. Berkali-kali Sasuke menelan ludahnya, yang entah kenapa terasa sangat kering ditenggorokannya kini.
Itachi ingin sekali tertawa terbahak-bahak melihat sikap syok sang Ibu, mengetahui putra 'sempurna'nya bisa melakukan hal luar biasa seperti itu. Berpakaian serta berdandan layaknya seorang wanita murahan diluar sana.
Berdahem beberapa kali untuk menghilangkan rasa ingin tertawanya, dengan bijak/? dan tenang, sulung Uchiha itu mencoba menyadarkan sang Ibu dari keterkejutannya.
"Kaasan?" panggilnya pelan, menepuk lembut bahu sang Ibu tercinta. Layaknya Sasuke, Itachi pun sama, sangat menghormati Ibunya.
Merasakan tepukan lembut pada bahu kanannya, serta suara barithon putra sulungnya, Mikoto pun mencoba mengambil alih pikirannya dari rasa syoknya. Dengan teliti Ibu dari dua anak dihadapannya, kini menatap intens kedua sosok pemuda dan 'wanita' dihadapannya. Meminta penjelasan.
"Em-maaf Kaasan, sebenarnya ini ulah Aniki. Dia dan dua sahabat idiotnya yang memintaku untuk berpakaian layaknya wanita. Jadi, aku-" Sasuke menghentikan penjelasannya begitu Itachi menyikut bahunya, mencoba membiarkan sang kakak saja yang menjelaskan hal 'memalukan' keluarga Uchiha ini. Bagaimana pun ini salahnya karena sudah memaksa sang adik melakukan ini, maka dari itu ia lah yang harus meluruskan masalah ini pada sang Ibu. Yang sepertinya sangat err-marah?
"Kaasan ini semua salahku, jika Kaasan ingin marah, marahlah padaku. Jangan pada Sasu-"
Itachi menghentikan ucapannya ketika mendengar suara tawa sang Ibu, "Aduh, ya ampun kamu ini bicara apa sih, Itachi? Siapa yang akan marah?" tawa geli sang Ibu, membuat Sasuke salah tingkah dan sedikit jengkel karena sang Ibu malah menertawakannya.
"Ah, kupikir Kaasan marah" desah Itachi lega, begitu pun Sasuke yang merasakan perasaan sama dengan sang kakak.
Mikoto menggelengkan kepalanya, dan menatap gemas sosok lain putra bungsunya, jari-jari lentiknya mencubit gemas pipi Sasuke.
"Ya ampun, Kaasan tidak mengira sama sekali akan melihat dirimu versi wanita. Aduh~ entah kenapa Kaasan ingin melihat lebih lama dirimu yang seperti ini" Mikoto memeluk erat tubuh tinggi Sasuke, yang hanya menatap horror atas ucapan sang Ibu.
"Kaasan bicara apa sih? Siapa juga yang mau berlama-lama berpakaian seperti ini" ketusnya, menatap sebal sang Ibu yang semakin terkikik geli.
"Bahkan suaramu benar-benar feminim. Kyaaa! Kaasan benar-benar senang" lagi-lagi Mikoto memeluk erat tubuh jangkung sang 'gadis' didepannya. Itachi ikut terkekeh geli, melihat sang adik begitu benar-benar jengkel karena ulah sang Ibu.
.
.
.
.
_ Keesokkan harinya _
Pagi itu Sasuke terbangun dari tidur nyenyaknya ketika sorot mentari menyapa lembut pipi pucatnya melalui celah-celah gorden, kedua matanya mengerjap beberapa kali, dan perlahan bangun dari tempat tidur, seraya beberapa kali merenggangkan otot-otot kakunya. Efek tidur dengan gaya kurang sehat, tengkurap. Masih dengan mata ngantuknya, Sasuke berjalan menuju kamar mandi untuk mencuci muka. Kejadian kemarin benar-benar bagaikan sebuah mimpi buruk baginya, dimana ia yang tengah tertidur tampan dibangunkan dengan cara biadab, lalu membuatnya berpakaian wanita serta aksesorisnya, serta berakhir dirinya yang bertingkah layaknya seorang bitch kelas kakap/?. Tapi hari ini, semua itu sudah bukan jadi masalah karena dirinya sudah bisa kembali menikmati hidupnya secara normal. Mengingat itu Sasuke menyeringai senang, karena ia masih memiliki waktu sehari lagi sebelum ia masuk sekolah dan menjadi siswa Konoha High School. Sasuke sudah memiliki rencana untuk hari ini, yaitu mengajak kencan sang pujaan hati.
Masih dengan seringaian dibibirnya, membayangkan betapa menyenangkannya hari ini ia akan berkencan dengan Sakura, lalu menembak gadis Haruno itu, dan dihari pertama ia menjadi siswa Konoha High School sudah memiliki kekasih. Menjadikan hari-hari selama disekolahnya menjadi lebih menyenangkan.
Langkah kaki jenjangnya mulai menapaki kamar mandi, Sasuke berniat untuk mandi pagi hari ini. Sekalian menghilangkan lem yang menempel dirambutnya. Namun, sesampainya dikamar mandi Sasuke mengerutkan keningnya begitu rambut palsu itu masih menempel erat dikulit kepalanya, tidak panik, Sasuke segera mengambil sampo miliknya dan mulai membasahi rambut palsu tersebut. Dituangkannya sampo mint miliknya lalu mulai perlahan dan penuh kelembutan, ia mulai mencoba melepaskan rambut palsu tersebut.
Sasuke mulai diserang kepanikan ketika sudah hampir sepuluh menit, rambut palsunya masih melekat erat, bahkan tidak ada tanda-tanda sedikit pun akan lepas.
"Bagaimana i-" seakan tersadar, Sasuke merasa ada yang tidak beres juga dengan suaranya kini, suaranya masih sama persis seperti kemarin. Lembut dan feminim. Jangan katakan ia akan seperti ini terus hingga besok dan seterusnya?
Membayangkan itu membuat Sasuke merinding disko. Membilas rambut bersamponya, dan mandi dengan kecepatan penuh/?. Sasuke dengan geram menyambar handuk miliknya yang tergantung dibelakang pintu, sebelum keluar dari kamar mandi, Sasuke menyempatkan diri untuk melihat pantulan dirinya didepan cermin yang seketika membuat dirinya bertambah emosi.
Masih dengan memakai handuk yang disematkan diatas pinggangnya, serta rambut panjang basahnya. Dengan langkah lebar dan penuh emosi, bungsu Mikoto dan Fugaku itu berjalan menuju kamar sang kakak untuk memukul wajahnya karena gara-gara sang kakak juga kedua sahabat idiotnya. Sasuke berakhir dengan seperti ini. Ini sama saja dengan mempermalukan dirinya.
DOK! DOK! DOK!
"Aniki buka pintunya!" serunya emosi, melampiaskan rasa kesalnya pada pintu didepannya. "Aniki bangun,dan buka pintunya brengsek!" geram Sasuke karena sang kakak belum juga membukakan pintu untuknya. Tanpa memperdulikan jika tindakannya ini terbilang kasar dan brutal, serta dapat membuat seluruh penghuni rumah mewahnya ini terbangun karena ulahnya, Sasuke terus menggedor-gedor pintu mahoni didepannya. Sasuke langsung menatap nyalang sang kakak begitu pintu tersebut terbuka, dan memperlihatkan seorang pemuda dengan tampang ngantuknya membukakan pintu untuk makhluk yang dengan kurang ajarnya malah memukul wajahnya kencang.
BRUGH
Pukulan yang dilayangkan sang adik yang terbilang cukup menyakitkan itu seketika menyadarkan Itachi dari rasa mengantuknya. Sebuah tangan pucat mencengkram erat baju tidur depannya, dan Itachi seketika langsung tersadar jika sesuatu telah membuat sang adik mengamuk.
"Kau bilang rambut dan suaraku akan kembali seperti semula dalam waktu beberapa jam! Tapi lihat! Nyatanya sampai detik ini rambut dan suaraku masih seperti ini!" teriak Sasuke didepan wajah Itachi, emosi.
"T-tenang dulu, Otoutou. Kita bisa bicarakan ini baik-ba-"
BUGH
"Baik-baik kau bilang?! Bagaimana mungkin aku bisa tenang disaat besok aku sudah mulai masuk sekolah, Baka-Aniki!" teriakan Sasuke yang cetar membahana, sukses mengundang Mikoto, Fugaku serta beberapa pelayan kediaman Uchiha, untuk menghampiri kamar sulung Uchiha tersebut. Apalagi teriakan yang keluar dari suara cempreng seorang wanita, semakin membuat Fugaku -yang belum mengetahui apapun- mengerutkan keningnya penuh rasa penasaran.
Sesampainya disana Fugaku dan Mikoto, yang sudah berpakaian rapih namun santai, mengingat hari ini hari libur, membelalakan kedua matanya. Kaget. Dalam hal ini yang paling syok adalah Fugaku. Melihat seorang 'gadis' yang hanya memakai handuk dipinggang, dan rambut panjangnya yang menutupi punggung putih pucatnya, serta tengah menindih tubuh putra sulungnya yang terkapar tidak berdaya diatas lantai. Sukses membuat Fugaku terasa membeku ditempat.
Apa-apaan pemandangan didepannya ini? Dan kenapa ada seorang gadis yang tidak dikenalnya tengah mengamuk pada putra sulungnya? Apa jangan-jangan Itachi baru saja memperkosa gadis tersebut?
Mengetahui kebingungan sang suami atas kehadiran sosok 'gadis' didepannya, Mikoto pun menyikut lengan Fugaku pelan, dan memberitahukan jika sosok 'gadis' itu merupakan putra bungsunya.
"A-apa?" seruan kaget Fugaku, menyadarkan ItaSasu dari acara 'perang'nya. Dengan gerakan slow motion, Sasuke membalikkan badannya hingga rambut panjangnya berkibar lembut mengenai wajah Itachi yang berada tepat dibawahnya.
"Tousan?" seketika jantung Sasuke mencelos melihat sang Ayah menatap nya penuh keterkejutan dan ketidakpercayaan atas apa yang dilihatnya.
"Kalian berhutang penjelasan pada Tousan" tuntut Fugaku, seraya menahan rasa ingin tertawanya melihat keadaan putra bungsunya. Apalagi melihat Sasuke sedikit memajukan bibir bawahnya kedepan.
.
.
.
.
"Jadi begitu" gumam Fugaku sesudah mendengar penjelasan dari kedua anaknya, Fugaku menatap intens sosok putra bungsunya yang tengah memakai T-shirt berlengan pendek, dan bercelana pendek selutut. Rambut panjangnya Sasuke geraikan begitu saja. Yang tanpa sadar sudah membuat Fugaku tersenyum tipis. "Tapi jika pun kau akan seperti ini terus, Tousan sama sekali tidak keberatan" Sasuke langsung menatap horror sang Ayah begitu mendengar penuturan tersebut.
"Yang benar saja, Tousan! Aishh! Pokoknya besok aku tidak mau masuk sekolah! Titik!" seru sang bungsu, kesal. Melipat kedua tangannya didepan dada, menatap ketiga manusia didepannya yang tengah menatapnya geli.
"Berhenti tertawa!" dengan geram, Sasuke berjalan meninggalkan ruang tamu. Ya ampun, bisa-bisa ia ikutan stress jika terus bergabung dengan keluarganya, dan lagi-Hell! Sejak kapan seorang Fugaku Uchiha bisa tertawa? Seingatnya jangankan untuk tertawa, menarik bibir sedikit keatas saja tidak pernah ia melihatnya. Sasuke sampai tidak sadar jika yang tadi tertawa 'cukup' keras tadi adalah suara sang Ayah. Orang yang sangat dingin -menurut Sasuke-
Sebelum menginjakkan kaki dianak tangga, Sasuke pun kembali membalikkan badannya, lalu menatap tajam sang kakak yang masih saja sibuk tertawa. Bahagia diatas penderitaan orang lain, huh? Lihat saja nanti, ia akan membalasnya suatu saat. Dan ketika itu terjadi, Sasuke pastikan akan membuat ketiga orang itu benar-benar menyesal karena sudah membuat seorang Sasuke merasakan malu yang amat sangat.
"Dan untukmu, Baka-Aniki. Pokoknya dalam waktu 3 hari kau beserta kedua sahabatmu harus sudah memiliki penawarnya agar suaraku normal kembali dan begitupun juga rambutku! Pokoknya aku tidak mau tahu!" setelah mengucapkan itu, dengan aura yang sangat gelap, ia mulai melangkah menuju kamarnya. Akan tetapi lagi-lagi Sasuke harus menghentikan langkah kakinya, begitu sang Ibu memanggil dirinya.
Dengan penuh suka cita, tanpa perduli pada aura negatif ditubuh putra bungsunya, Mikoto berjalan menuju ke arah Sasuke. "Ne, karena untuk sementara waktu kau akan berpenampilan seperti ini, nanti siang kita belanja untuk keperluanmu ya? Dan oh! Baju seragam wanitamu juga kita harus menyiapkannya, bagaimana pun juga-"
"Tidak ada belanja, dan tidak ada pula seragam wanita! Aku akan tetap berpakaian seperti ini, dan untuk kesekolah pun begitu! Aku. Akan. Pakai. Seragam. Pria!" tekannya, penuh emosi.
Mikoto yang baru pertama kali mendapatkan penolakan dari putra kesayangannya, langsung memasang wajah sedih. "Baiklah jika itu maumu" lirihnya, berlalu meninggalkan Sasuke yang langsung tergagap, baru sadar dengan sikapnya.
"Astaga! Apa yang aku lakukan?" gumamnya, dan bergegas menuju sang Ibu yang mulai memasuki kamarnya.
Itachi dan Fugaku hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah Mikoto, "Selalu begitu jika tidak dituruti" gumam mereka, bersamaan.
.
.
.
.
Setelah acara bujuk membujuk sang Ibu yang tengah merajuk, akhirnya dengan setengah ikhlas, Sasuke menerima semua keinginan sang Ibu yang ingin melihatnya berangkat dan pulang memakai seragam wanita. Serta melihatnya berpakaian wanita ketika ia berada dirumah. Tapi bagian yang terakhir dengan mentah-mentah Sasuke tolak.
Astaga!
Demi celana kolornya guru Orochimaru yang tidak pernah dicuci, Sasuke itu pria tulen! Bukan pria yang begitu tergila-gila fashion wanita. Eww, sampai mati pun ia tidak sudi untuk hilir-mudik(?) dikediaman Uchiha ataupun keluar rumah dengan memakai dress wanita. Idih, membayangkannya saja sudah membuat bulu kuduk Sasuke berdisko-ria.
Dan ya, mengenai sekolahnya, Fugaku sudah menceritakan semua kejadian tersebut pada pihak kepala sekolah agar diberi sedikit keringanan untuknya memakai seragam wanita hingga ia kembali normal. Ugh, sebenarnya tanpa sang Ayah katakan pun, ia sama sekali tidak masalah untuk memakai seragam pria dengan keadaannya yang seperti ini. Karena baginya itu lebih baik daripada harus bersikap seperti banci perempatan. Kenapa begitu? Karena yang berubah dari dirinya itu hanya, tolong lihat kembali kata-katanya 'HA-NYA' rambut dan suaranya. Sedangkan tubuhnya? Hell ya! Bisa dikatakan tubuhnya tidak begitu feminim amat kok, liat saja tumpukan roti(?) pada perutnya, walau tidak besar, tapi setidaknya tubuhnya merupakan tubuh seorang pria yang maskulin dengan beberapa otot lengan yang lembut menghiasi tangan pucatnya. Dan soal tinggi. Lihat saja dirinya, mana ada wanita jepang yang tingginya mencapai 179? Setinggi-tingginya wanita jepang, palingan mereka hanya memiliki tinggi sekitar 170-174 saja. Jadi, mananya yang feminim? Sekali lihat pun semua orang tahu, jika dirinya ini pria.
Sasuke mendengus sebal jika mengingat itu semua. Ia semakin merasa dunia disekitarnya menjadi gila.
"Sasuke-chan ayo turun, jangan sampai membuat guru-gurumu menunggu" seruan sang Ibu semakin membuat mood Sasuke bertambah buruk.
"Sudah kukatakan sekali lagi padamu, Kaasan. Berhenti memanggilku dengan embel-embel anak gadis begitu!" semburnya, menatap nyalang keluar jendela. Dapat ia lihat sebuah gedung megah menjulang tinggi beberapa meter didepannya. Sebuah tempat yang akan membuatnya merasakan perasaan seperti dineraka selama beberapa waktu kedepan.
Ah ya benar, ini kan hanya berlangsung beberapa hari saja. So, ia akan bertahan demi hari-hari menyebalkannya beberapa hari kedepan. Satu lagi, sepertinya untuk beberapa hari kedepan nanti ia harus bersabar mendekati Sakura, apalagi jika mengingat hari-hari sebelumnya, ia dan Sakura sempat bertemu ditaman bermain. Ha'ahh, memikirkan ini semua membuat Sasuke pusing tujuh keliling jadinya.
Setelah berpamitan pada sang Ibu, Sasuke segera keluar dari dalam mobil tersebut, dan berlalu memasuki gerbang sekolah. Sasuke tahu saat ini banyak pasang mata yang menatap kearahnya, terutama dari kaum adam, hanya saja ia tak perduli. Yang ia perdulikan adalah sosok gadis bersurai merah muda yang berada beberapa meter didepannya tengah menatapnya intens, jika saja ia sedang tidak dalam berpakaian seperti ini, Sasuke tidak akan sungkan untuk menghampiri sang pujaan, namun, apalah daya tak sampai. Untuk sementara waktu ia harus bersabar menghadapi rasa rindunya pada sang pujaan. Sebuah anggukkan sopan Sasuke lakukan khusus untuk Sakura, dan sedikitnya ia berharap bisa berteman dengan gadis itu, sekalian ingin mengenal lebih jauh mengenai Sakura. Karena seingatnya selama ini Sakura seperti menjaga image-nya didepan Sasuke, padahal ia ingin mengetahui sisi lain dari gadis itu. Tapi ya sudahlah, jika memang gadis itu jodohnya, ia pasti akan mengetahui sisi lain Sakura itu,yang mungkin saja lebih menyenangkan daripada sisi Sakura yang selama ini ia lihat.
BRUK
"Aw" ringis Sasuke, mengelus bahunya yang berbenturan cukup keras dengan bahu seseorang. Dengan nyalang ia menatap sosok pemuda berperawakan sedikit lebih pendek darinya itu.
"Kalau jalan pakai mata, Non!" sungut pemuda itu, berdecih kesakitan.
Sasuke mendengus kasar, tidak terima dikatai 'nona' oleh pemuda bar-bar didepannya. "Bung, dimana-mana kalau jalan itu pakai kaki-" katanya nunjuk kaki pemuda didepannya, "-dan mata buat melihat. Khe, dasar bodoh"
Sang pemuda yang tidak terima dikatai 'bodoh' langsung menatap sengit Sasuke. Lalu manik Shappirenya menatap Sasuke dari atas sampai bawah, dan dari bawah keatas. Sasuke mendesis tidak suka dari cara pemuda didepannya menatap dirinya, dengan cepat ia menginjak kaki sang pemuda emosi.
"Wadaw! Aishh, kau- Astaga! Kau gila apa, hah? Kenapa menginjak kakiku?" sang pemuda sibuk melompat-lompat dengan satu kakinya, ketika kaki yang satu lagi terasa nyut-nyutan akibat injakan yang-Hell! Sungguh menyakitkan itu. Pemuda berambut blonde itu bergidik ngeri ketika sadar sosok cantik didepannya memiliki kekuatan layaknya gorila.
Sasuke dengan acuh hanya mengangkat bahunya, tak peduli. "Lain kali sopan lah sedikit pada orang yang tidak kau kenali, bung" katanya, berlalu meninggalkan sang pemuda yang masih sibuk mengumpat dirinya.
"Hei, gadis kurang ajar! Akan ku balas kau!" teriakan sang pemuda hanya ditanggapi Sasuke dengan mengancungkan jari tengahnya, tanpa membalikkan badannya sedikit pun.
"Duel sampai mati pun aku sama sekali tidak takut. Dasar pemuda gila" sungutnya benar-benar emosi. Tapi setidaknya Sasuke merasa sedikit tenang telah melepaskan kekesalannya pada pemuda idiot tadi. Sungguh, hari ini ia benar-benar merasa sangat tidak memiliki selera untuk belajar. Dan lagi, apa-apaan tatapan para pemuda disekitarnya itu? Menatap dirinya dengan tatapan menelanjangi begitu? Hell, mereka pikir ia akan sangat senang begitu seperti gadis pada umumnya? Mereka pikir ia akan tersipu malu, ketika mereka melemparkan tatapan memuja padanya? Hell no! Ia tidak menyukai itu. Oh, terkecuali jika yang menatapnya itu Sakura, dengan senang hati ia akan tersipu malu untuknya. Tapi, itu tidak akan terjadi selama ia masih memakai pakaian menyebalkan ini.
.
.
.
.
Selagi Sasuke masih sibuk menggurutu karena moodnya yang buruk, disisi lain dalam waktu bersamaan, tepatnya pada sang pemuda yang tadi sempat bertabrakan dengannya. Terlihat sesosok pemuda tampan berambut blonde, menatap menerawang pada sosok Sasuke yang semakin menjauh. Kedua halisnya bertaut dalam.
"Apa mungkin aku.."
"Naruto-kun!" Suara lembut itu menyapa indra pendengarnya, disertai lengan yang melingkar manja pada lengan kekarnya. "Kau menatap gadis itu tajam sekali, aku cemburu tahu!" sungut sosok tersebut, mencubit gemas perut pemuda dipelukannya.
Seolah tersadar, Naruto menatap datar pemuda yang bergelayut manja padanya. "Lepaskan tanganmu, Sai" ucapnya, dingin nan menusuk. Namun, bukannya menurut pemuda bernama Sai itu tetap keukeuh memeluk lengan dalam pelukannya.
Dengan memasang wajah memelas, Sai berucap, "Maafkan aku. Aku tidak bermaksud berselingkuh darimu. Tapi, Suigetsu lah yang menciumku" Naruto tetap menatap datar Sai yang kini tengah menatapnya berkaca-kaca, "Aku mohon, jangan putuskan aku, Naruto-kun. Aku benar-benar mencintaimu"
"Tapi aku tidak mencintaimu" dengan cepat, Naruto membalas ucapan Sai. Tangan kirinya melepaskan rangkulan Sai pada lengan kanannya, "Sekalipun kejadian itu tidak terjadi, aku memang sudah berniat memutuskanmu. Jadi, menjauhlah dariku" setelahnya, Naruto berlalu meninggalkan Sai yang terisak sedih. Tanpa memperdulikan orang-orang yang menatapnya dengan tatapan berbeda, Naruto berlalu begitu saja. Kedua tangannya dimasukkan kedalam saku celana, kedua kaki jenjangnya melangkah menuju suatu tempat yang hanya ia yang tahu.
Seragam yang tidak masukkan, serta ditelinga kirinya memakai anting-anting. Sekali lihat pun orang-orang mengetahui jika Naruto merupakan anak yang pembangkang didalam sekolahnya. Namun, apa pedulinya? Seperti mereka tahu saja sifat asli dirinya. Tepat berada dipersimpangan yang menuju kolam renang, manik Shappirenya melihat sosok 'gadis' tadi tengah bertelepon-ria dengan seseorang diseberang sana. Kedua matanya menatap intens setiap ekspresi yang dikeluarkan sang 'gadis' didepannya, sampai akhirnya kedua mata tersebut terbelalak kaget ketika melihat ketiga gadis lainnya datang dan mendorong sang 'gadis' hingga terjatuh ke lantai.
BRUK
Sasuke syok ketika tiba-tiba ada sebuah dorongan kuat yang berasal dari arah belakangnya, dan ia bertambah syok dan terperengah disaat mengetahui siapa yang sudah mendorongnya itu.
Sakura menatap tajam sosok 'gadis' didepannya, "Hai, jalang" katanya, tersenyum meremehkan. Kedua tangannya terlipat diatas dada, "Sebenarnya sudah lama sekali aku ingin melakukan ini, ups! Maksudku ingin bertanya padamu. Tentu kau masih ingat padaku, orang yang beberapa hari yang lalu bertemu denganmu, didalam kamar mandi. Dan kalau tidak salah, kau juga saat itu datang dengan para Uchiha kan? Jika boleh aku tahu, kau siapa mereka huh?" katanya, menatap meremehkan pada Sasuke.
Sasuke menghela nafas perlahan, ia pun mencoba untuk tidak terpancing emosi, ia tahu pasti Sakura tengah salah paham padanya. Berdiri dari jatuhnya, Sasuke pun menatap tenang ketiga gadis didepannya.
"Aku saudara jauh Uchiha" ucapnya sangat tenang.
Sakura mendecih, kurang puas pada jawaban 'gadis' didepannya, "Uchiha? Kau dari Uchiha? Mana ada seorang Uchiha bisa bersikap jalang pada orang lain, huh? Seingatku, para Uchiha itu sangat menjaga sikap, tidak seenaknya merayu pemuda kaya hanya untuk dipuaskan" seketika Sasuke menatap dingin Sakura, hohh, jadi ini sifat asli gadis yang ia sukai itu? Kasar sekali ucapannya. Tapi syukurlah, untungnya ia belum terlalu dekat dengannya.
"Sudah kan bicaranya? Kalau begitu saya pamit" katanya, hendak berlalu meninggalkan ketiga gadis didepannya, lalu menggretakkan giginya disaat Sakura mencekal tangannya.
"Masih banyak yang ingin kubicarakan padamu, ja-"
"Aishh, baru saja menjadi anak baru di sekolah ini sudah sok ingin berkuasa" Naruto yang sudah merasa jengah dengan sikap kasar Sakura, segera keluar dari tempat persembunyiannya, dan menatap satu persatu gadis didepannya. Seraya melipat kedua tangannya didepan dada, Naruto menatap intens Sasuke yang menatapnya datar.
Sakura, Ino dan Karin terperengah begitu melihat sesosok pria tampan berdiri dihadapan mereka. Tubuhnya tinggi tegap, kulit tannya yang eksotik, serta rahang yang tegas. Benar-benar pria yang seksi. Tanpa sadar ketiga gadis itu menjilat bibir bawahnya.
"Ekhem" Sakura berdahem keras, meminta perhatian Naruto yang hanya menatapnya datar dan dingin. Dilihat seperti itu membuat Sakura jadi salah tingkah sendiri, "Maafkan kami senpai" katanya sok imut, menatap genit Naruto. Sasuke hanya mendengus jijik melihat tingkah Sakura.
"Jalang teriak jalang" ucap Sasuke acuh, dan segera meninggalkan keempat manusia yang menatapnya dengan ekspresi berbeda.
Naruto menyeringai mendengar ucapan Sasuke, "Yeah, itu benar" setujunya, dan ikut berlalu meninggalkan ketiga gadis yang saat ini tengah menjerit kesal karena tingkah Sasuke, Senpai tampannya jadi berkata seperti itu. Benar-benar memalukan.
"Awas kau jalang! Akan aku balas kau nanti! Arghhh image-ku hancur gara-gara wanita itu" geram Sakura, menghentak-hentakkan kakinya kesal.
"Sudahlah Sakura, kau juga main dorong dan berkata kasar begitu padanya. Bagaimana jika gadis itu memang benar masih keturunan Uchiha? Bukankah kau akan sulit mendekatkan diri pada Sasuke nantinya?" Karin menyetujui ucapan Ino.
"Dilihat dari mata dan warna rambutnya, sepertinya gadis itu memang keturunan Uchiha" sambung Karin, lalu meringis ngeri ketika Sakura menatapnya tajam.
Mendengus meremehkan, Sakura menggretakkan giginya kesal. "Mau dari Uchiha ataupun bukan, aku tidak peduli. Aku benar-benar tidak terima gadis itu mempermalukan ku didepan Senpai tampan itu. Akan aku buat perhitungan padanya" katanya, penuh dendam. Ino dan Karin hanya mampu menghela nafas melihat sikap Sakura yang penuh dendam.
.
.
.
.
_ TBC _
Apa-apaan ini bersambungnya aneh banget =="a
oh iya ini 100% ASLI SASUNARU, mungkin dibeberapa chapter depan nanti bakal ada hint NaruSasunya, tapi itu cuma awalnya aja..
Dan lagi disini emang blum ada mesra2nnya dan knpa kebanyakannya nyeritain keluarga Uchiha? karna sasuke disinilah ada kaitannya dengan judul ffnya..
dan aku usahain chap 2nya kalau mood ku bagus, aku bakal update cepet..
oh iya, satu lagi HAPPY NEW YEAR minna!
telat sih, tapi tak apalah hahaha
jangan lupa beri aku masukkan ya?
kritik dan saran kalian sangat membantuku..
See u next chap ^o^)/
