Devil's Bride
By: Kei Tsukiyomi
.
.
Author's Note: Terinspirasi dari Novel "Mempelai naga"dan MV BTS-Blood, Sweet & tears.
Warning: AU, OOC, Typos, BL, Devil Hae! Dll DLDR!
Pair: Haehyuk
Rate: T+
.
.
.
Sayap berukuran 5 meter itu terbentang angkuh. Warnanya yang hitam pekat menyaingi gelapnya malam tanpa bintang. Suara gemuruh bersahut-sahutan dipenuhi teriakan yang menyusul. Kobaran api berkobar melahap berbagai tempat. Pemilik sayap itu terbang meliuk-liuk menghindari serangan yang menghujam.
Penyerangan.
Jauh di atas langit sana tempat para iblis bernaung tengah diserang para Dewa. Mereka berniat membumi hanguskan kaum iblis dan membebaskan seorang Dewi yang terkurung oleh raja Iblis.
"Perketat penjagaan Dewi. Jangan sampai dia bebas!" Belasan penjaga berbondong-bondong menaiki kastil teratas tempat sang Dewi terkurung. Di ruang tidur raja iblis. Di mana sang raja iblis sendiri tengah melawan ratusan Dewa yang berniat memusnahkannya. Salah satu penjaga itu membuka pintu dan sontak berwajah pucat saat tak menemukan sang Dewi dimanapun.
"Dewi menghilang!"
"Apa katamu?! Cepat cari sebelum raja kita tahu mempelainya tak ada!" Mereka semua berpencar ke segala arah. Sebagian tewas terkena serangan para Dewa dan sebagian lagi berusaha mempertahankan diri. Sudah tak peduli dengan tugas mereka yang harus menemukan sang Dewi.
Ratusan anak panah membelah langit, menghujam ke segala arah. Beberapa anak panah itu menancap tajam di tubuh raja iblis sebelum ia sempat mengelak, membuatnya mengerang rendah atas rasa sakit yang mulai menjalar. Itu bukan panah biasa. Panah tersebut sudah dilumuri racun mematikan. Tubuhnya mulai melemas beberapa organ tubuhnya bereaksi terhadap racun sehingga tak berfungsi.
"Dewi sudah ditemukan!" Mendengar seruan itu raja iblis menggeram murka. Menghantam para Dewa dengan kekuatannya yang tersisa, menghalangi mereka membawa sang Dewi pergi dari sisinya.
"Kembalikan dia padaku! Kembalikan mempelaiku!" Hanya tawa sinis yang menjawabnya. Para Dewa menggabungkan kekuatannya dan dalam satu serangan mengarahkan anak panah yang telah diberi kekuatan melesat menuju raja iblis yang mengaum kesakitan.
"Terkutuklah kau! Kau akan menghabiskan sisa hidupmu menjadi patung. Hanya bisa melihat dan mendengar tapi tak bisa hidup. Hanya kekuatan para Dewa dan Dewi yang bisa mengembalikanmu." Dengan selesainya kutukan itu sang raja iblis terhempas jatuh ke dunia bawah. Dan semuanya gelap.
.
.
.
"Hahh…"
"Hyuk, ini sudah kelima kalinya kau menghela nafas. Semangatlah sedikit ini demi kita juga kan?" Hyuk atau Eunhyuk yang tadi menghela nafas memutar bola mata bosan. Ditatapnya teman-temannya dengan raut jenuh.
"Junsu-ah, kenapa harus museum? Kenapa untuk pentas drama saja kita harus repot-repot ke tempat membosankan ini?" Junsu memukul pelan kepala Eunhyuk. Kenapa sahabatnya ini sulit diajak kerjasama? Mereka hanya harus berkeliling sebentar di museum untuk mendapatkan referensi drama yang akan mereka pentaskan. Lagipula ini juga usulan para guru di sekolahnya.
"Ini perintah guru. Lagipula drama yang akan kita pentaskan itu berhubungan dengan sejarah, Hyukie. Sejarah Yunani kuno lebih tepatnya. Demi suksesnya drama terakhir sebelum kita lulus nanti, kita harus mempersiapkannya secara matang."
"Iya oppa. Bersemangatlah!" Beberapa perempuan teman sekelasnya juga ikut menyemangati. Ya. Eunhyuk adalah seorang siswa di SM High School tingkat akhir. Di mana ia tergabung di klub teater yang seminggu lagi harus menampilkan drama prasejarah sebagai drama terakhirnya sebelum lulus. Bersama teman-teman seklubnya mereka diberi usul untuk mengunjungi museum agar mendapat lebih banyak referensi. Melihat langsung lebih efektif daripada sekedar membaca. Mau tak mau Eunhyuk menurut walaupun ia malas. Dan disinilah ia, masih memakai seragam SMA bersama teman-temannya berjumlah 6 orang berlalu-lalang di museum untuk melihat-lihat.
"Bagaimana aku bisa bersemangat? Kenapa juga aku yang harus berperan sebagai Dewi? aku ini laki-laki!" jeritnya tertahan. Mengusak-usak rambut pirangnya frustasi. Junsu tertawa.
"Hyukie baby, asal kau tahu wajahmu itu manis cenderung cantik. Kau sangat pantas memerankan sang Dewi. Lihat ini," Junsu menunjuk salah satu lukisan yang terpajang.
"Kau tak beda jauh dengannya. Kau mirip Artemis. Dewi bulan. Kalung yang selalu kau pakai juga bersimbol bulan." Dengan segenap kejengkelan yang sedaritadi dipendamnya Eunhyuk menggeplak kepala Junsu.
"Aw! Ya! Kau kasar sekali!"
"Salahmu!"
"Sudah hentikan! Kalian tak malu menjadi pusat perhatian?" Sungmin melerai sepasang sahabat yang selalu bertengkar dimanapun tapi sebenarnya saling menyayangi. Jika Eunhyuk diibaratkan sebagai Artemis maka Junsu adalah Apollo. Eunhyuk dan Junsu menoleh dan mendapati beberapa pengunjung memperhatikan mereka bahkan salah satu petugas museum melotot pada mereka. Ukh!
"Ayo kita lanjutkan," perintah Sungmin sebagai ketua kelompok. Menggiring anak buahnya mengelilingi museum. Yang lainnya hanya bisa menurut. Begitupun Eunhyuk dan Junsu diurutan paling belakang.
"Hei kau tahu? Katanya di bawah museum ini ada satu tempat yang terlarang. Tak boleh dimasuki."
"Benarkah? Memang ada apa?" bisik-bisik pengunjung di ujung sana menarik perhatian Junsu. Lelaki berambut hitam itu menarik Eunhyuk mendekat.
"Apa sih Su?"
"Sstt… dengarkan saja." Eunhyuk menggerutu tapi menurut. Melihat dua orang wanita dewasa bergosip ria dengan suara yang tidak bisa dibilang kecil diujung ruangan dekat lukisan.
"Menurut isu yang beredar katanya di gudang bawah tanah itu ada monster, beberapa juga ada yang bilang jika di sana ada patung yang bisa bergerak sendiri. Entahlah, tapi kurasa itu hanya mitos. Sampai saat ini belum ada bukti konkret." Mata Junsu berbinar mendengarnya. Lelaki ini suka tantangan. Suara wanita dewasa itu sudah tak didengarkannya lagi.
"Hyuk ayo kita ke gudang bawah tanah itu," ajaknya antusias. Eunhyuk mengerutkan kening.
"Hah? Untuk apa? Jangan main-main Junsu, kita di sini hanya untuk observasi tidak lebih. Kau ini suka sekali cari perkara." Junsu mengembungkan pipi.
"Ayolah Hyuk. Hanya melihat saja. Ya ya?" pintanya memelas yang sebenarnya sangat menjengkelkan bagi Eunhyuk.
"Kalian mau ke mana?" Jessica, salah satu teman perempuannya menghampiri. Karena tak melihat temannya yang harusnya di belakangnya tapi malah tak ada, dia memutuskan untuk mencarinya.
"Junsu mengajakku ke gudang bawah tanah," jawab Eunhyuk datar. Jessica mengerutkan dahi.
"Gudang bawah tanah museum ini? Yang katanya sangat menyeramkan itu? Kurasa kalian jangan ke sana. Sudahlah ayo, Sungmin sudah menunggu kalian." Eunhyuk mengangguk, berjalan santai melewati Junsu.
"Sica benar, Su. Ayo."
"Sehabis ini kau harus menemaniku Hyuk." Junsu masih bersikeras. Dia itu tipe yang mudah sekali penasaran. Jika keinginannya tak terkabul maka ia akan terus merengek tanpa berhenti sebelum keinginanya terlaksana. Eunhyuk yang sangat mengenal Junsu karena mereka berteman sejak kecil hanya menghela nafas. Apa boleh buat?
"Baiklah tapi hanya sampai di depan gudang itu saja, tidak lebih! Aku tidak mau terlibat masalah."
"Yes!" Junsu melonjak girang. Memeluk sahabatnya erat sambil mengucapkan terimakasih. Ya semoga tidak terjadi hal yang tak diinginkan, doa Eunhyuk dalam hati.
.
.
.
Eunhyuk dan Junsu menuruni tangga dengan hati-hati menuju gudang bawah tanah. Beruntung masih ada cahaya walaupun tak seterang di atas museum hingga mereka bisa melihat jalan yang dipijak dengan baik dan teliti. Satu penjaga menghampiri mereka tadi, bertanya mau apa mereka. Junsu mengarang cerita agar bisa diijinkan melihat gudang bawah tanah, dan berhasil. Hanya saja kata penjaga itu gudang tersebut tertutup jadi mereka hanya bisa melihat dari luar. Junsu tidak keberatan, yang terpenting hasrat penasarannya terobati.
Dan disinilah mereka. Di depan gudang bawah tanah. Di depan pintu dari besi yang terukir lambing-lambang Yunani kuno yang tidak mereka mengerti. Ruangan itu remang-remang. Tidak gelap juga tidak terang. Udara terasa pengap hingga Eunhyuk melepas sweater hitamnya karena gerah. Entah kenapa jantungnya berdetak kencang berada di bawah sana. Sebelumnya tidak apa-apa. Mungkin karena pengaruh tempat yang begitu asing, pikirnya menenangkan diri.
"Sudahkan? Tidak ada apa-apa di sini. Ayo pulang," ajak Eunhyuk. Menarik lengan Junsu untuk segera naik ke atas. Berlama-lama di sana sangat tidak nyaman.
"Oke-oke." Junsu mengangguk. Mengakhiri petualangan kecil mereka dan segera pulang ke rumah begitu tak mendapati apa-apa. Tubuh mereka juga merasa begitu lelah.
.
.
.
"Kalungku tidak ada!" Eunhyuk menjerit histeris. Mengobrak-abrik tas, lemari, dan beberapa tempat lainnya hingga kamarnya porak poranda seperti terkena angin puting beliung. Sehabis mandi tadi Eunhyuk baru menyadari kalung berbentuk bulan dari ibunya tidak ada di lehernya. Mencarinya di tas juga tidak ada. Di kantung seragamnya juga tidak ada. Bagaimana ini? Itu kalung yang berharga untuk Eunhyuk. Eunhyuk duduk di pinggir tempat tidurnya dan merenung. Mencoba mengingat-ingat apa saja yang dilakukannya hari ini. Hingga satu memori terlintas di benaknya.
Ah! Jangan-jangan terjatuh saat melepas sweater di museum tadi? Eunhyuk menepuk keningnya. Haruskah ia mengambilnya sekarang? Tapi ini sudah malam. Tapi… kalau tidak sekarang Eunhyuk takut kalungnya hilang atau bahkan diambil pengunjung lainnya. Tidak! Itu kalung berharganya. Diambilnya ponsel yang tergeletak di meja samping tempat tidurnya, jarinya bergerak lincah di atas layar gadget. Menggigit bawah bibirnya sembari menunggu jawaban dari seberang telepon.
"Halo."
"Junsu-ah. Kau di mana? Apa kau sibuk sekarang?" Eunhyuk bertanya to the point tidak mau membuang waktu. Semoga saja Junsu mau menemaninya.
"Sekarang? Aku sedang berada di rumah saudaraku, baru saja sampai. Memang ada apa?" Pupus sudah harapan Eunhyuk. Jika Junsu di rumah saudaranya dia tidak akan bisa pergi. Eunhyuk sangat mengenal keluarga Junsu. Mereka itu tipe yang mengutamakan kekerabatan. Kalau bukan urusan yang sangat sangat mendesak, tak satupun boleh pergi dari acara keluarga atau jadwal berkunjung ke rumah saudara. Jelas masalah Eunhyuk bukanlah sesuatu yang sangat mendesak di mata mereka.
"Junsu kalungku tertinggal di museum itu," jelasnya lesu.
"Bagaimana bisa? Kau mau mengambilnya? Lebih baik besok saja Hyuk ini sudah malam." Sejujurnya Eunhyuk sangat setuju dengan usulan Junsu. Lagipula museum juga pasti sudah tutup kecuali ada jalan tikus menuju ke sana yang diyakini Eunhyuk pasti ada. Tapi…
"Hyuk kau dengar aku? Sekali lagi kusarankan pergi saja besok. Aku akan menemanimu, mengerti?" Eunhyuk hanya bergumam dan memutus sambungan teleponnya. Dihempaskan tubuhnya ke atas tempat tidur, menatap langit-langit kamarnya yang dihiasi pernak-pernik sederhana berbentuk benda-benda langit. Seperti bintang dan bulan. Beberapa menit berpikir akhirnya Eunhyuk bangun. Memutuskan mencari kalungnya saat ini juga. Mumpung belum terlalu larut. Tangan halusnya meraih hoodie biru dari lemari, memakainya dan pergi menuruni tangga.
"Noona aku mau pergi dulu sebentar," Eunhyuk berpamitan pada kakak perempuannya yang sedang menonton drama yang banyak digandrungi kaum wanita saat ini di ruang tengah. Sora menoleh, pipinya mengembung memakan popcorn yang baru dibuatnya tadi. Eunhyuk tersenyum. Kakaknya terlihat lucu.
"Mau ke mana?"
"Ke rumah Junsu sebentar saja."
"Oh baiklah. Hati-hati."
"Ne." Sebenarnya Eunhyuk merasa tak enak hati berbohong pada kakaknya tapi mau bagaimana lagi? Kalau jujur pasti tidak diijinkan. Ujung-ujungnya pasti berakhir disuruh besok mengambilnya. Sekali lagi Eunhyuk ingatkan dia tidak mau kehilangan kalungnya. Jadi lebih cepat lebih baik. Eunhyuk memang cukup keras kepala kalau menyangkut benda terpentingnya.
Begitu sampai di luar Eunhyuk menengadah. Memperhatikan bulan purnama yang memancarkan sinarnya lembut. Bintang-bintang juga terlihat jelas. Tersebar di langit-langit membentuk berbagai pola jika kalian mau berimajinasi.
"Bulan yang indah," gumamnya pelan sebelum kembali berjalan menuju museum.
.
.
Setelah sampai dan berputar-putar mencari jalan masuk hingga memakan waktu akhirnya Eunhyuk sampai di dalam Museum. Untunglah di dalam sana tidak terlalu gelap. Masih ada beberapa lampu yang menyala. Cukup menerangi jalannya. Eunhyuk juga melihat beberapa penjaga yang bertugas di dalam. Mungkin mereka mendapat shift malam. Tak mau membuang waktu lagi dan karena janjinya dengan kakaknya yang bilang hanya pergi sebentar, Eunhyuk langsung menuju gudang bawah tanah. Eunhyuk yakin kalungnya jatuh di sana. Pelan-pelan dia menuruni tangga agar tak terjatuh dan menimbulkan kegaduhan. Suasana di gudang sangat sepi, untunglah dirinya bukan golongan penakut atau semacamnya. Pencahayaan di gudang ini juga tak beda jauh dengan di atas, jadi Eunhyuk tak harus menggunakan senter untuk mencari. Lelaki berparas manis itu menajamkan penglihatannya, mencari di setiap sudut berusaha tak melewatkan apapun.
Itu dia!
Eunhyuk melonjak girang seperti anak kecil yang mendapat mainan baru begitu menemukan kalungnya tergeletak tepat di depan sebuah pintu. Dia mengambil kalungnya dan segera memakaikannya di leher. Perasaannya saja atau kalung ini barusan bersinar? Saat memakainya Eunhyuk yakin kalungnya sedikit bersinar. Apa cuma perasaannya? Saat hendak berlalu pergi Iris hitam Eunhyuk tertuju pada pintu di depannya. Dipandanginya pintu itu beberapa saat. Kenapa perasaan ini lagi-lagi muncul? Jantungnya berdetak kencang, tubuhnya menghangat dan entah kenapa Eunhyuk sangat ingin masuk ke dalam sana. Sebenarnya ada apa di dalam sana yang begitu menariknya seperti magnet? Tanpa di sadarinya Eunhyuk menemukan tangannya bergerak membuka pintu yang anehnya tidak terkunci seperti siang tadi. Gelap. Di dalam sana gelap hanya ada sinar rembulan yang menerangi dari jendela yang terbuka. Dengan ragu-ragu Eunhyuk melangkah masuk. Memperhatikan sekelilingnya dengan seksama kalau-kalau ada yang aneh. Langkahnya terhenti. Tepat di depan sebuah patung. Patung laki-laki bertelanjang dada dengan sayap yang lebar terbentang di punggungnya.
Wow.
Patung ini sangat mengesankan. Pahatannya sangat mendetail hingga garis-garis wajah. Seperti benar-benar hidup. Wajahnya tampan, dan saat sinar bulan menyinarinya tiba-tiba Eunhyuk membeku. Ada perasaan takut, gelisah dan juga… rindu yang hinggap di hatinya begitu melihat patung ini. Saat melihat matanya.
Dewiku…
Eunhyuk tersentak saat bisikan lembut membelai indra pendengarannya. Menoleh kanan kiri tapi tak ada siapapun di sini selain dirinya dan… patung ini tentu saja. Eunhyuk mengerutkan dahi begitu menyadari lengan patung ini terlilit rantai yang terhubung langsung dengan tembok. Ini hanya hiasan atau memang dari sananya seperti ini? Jemari lentik Eunhyuk menyentuh rantai itu terus naik ke lengan. Wajah Eunhyuk menjadi sendu begitu telapak tangannya menelusuri setiap detail tubuh patung di depannya. Mengelus dadanya yang bidang sekilas sebelum kembali naik hingga kini tangan Eunhyuk menangkup pipi patung ini.
"Aiden…," gumam Eunhyuk lirih nyaris tak terdengar. Wajahnya perlahan maju hingga tidak ada jarak lagi. Bibir Eunhyuk menyentuh bibir patung. Menciumnya lembut dengan mata tertutup disinari cahaya bulan. Tanpa menyadari kalungnya berpendar menyelimuti dirinya dan patung itu sesaat. Tak menyadari perlahan-lahan patung itu berubah menjadi hidup. Matanya terbuka. Memperlihatkan bola matanya yang berwarna semerah darah. Berkilauan di kegelapan malam.
Eunhyuk tersentak saat mendapat balasan di bibirnya. Patung ini membalas ciumannya. Dengan cepat ia mundur dan hampir terjungkal ke belakang. Iris hitamnya membesar, mulutnya terbuka saking terkejutnya. Di depannya kini bukanlah lagi sebuah patung melainkan… manusia? Eunhyuk bergetar takut melihat bola mata merah yang menatapnya tepat di mata. Lelaki di depannya berseringai. Bagaikan singa yang bangun sehabis menunduk, lelaki itu berdiri tegap membentangkan sayapnya yang berwarna hitam pekat. Menjulang angkuh ke langit-langit. Rambut cokelat tuanya bergoyang pelan terhempas semilir angin. Tampak begitu sombong dan arogan. Seperti Raja pemilik dunia.
Eunhyuk membangkitkan Raja iblis.
"Dewiku Artemis…," ucap lelaki itu pelan masih menatap Eunhyuk. Tangannya terjulur ingin meraih Eunhyuk tapi terhalang oleh rantai yang mengikat pergelangan tangannya. Geraman menakutkan menggema di ruangan berluas sedang tempatnya selama ini terbelenggu. Iblis. Eunhyuk seperti melihat iblis di depannya. Dengan amarah yang memuncak dan menggunakan segenap kekuatan rantai yang melilit tangannya berhasil dihancurkan. Eunhyuk ingin sekali berlari dari sana. Ingin sekali memutar waktu dan mendengarkan nasehat Junsu yang menyuruhnya untuk mengambil kalungnya besok sehingga tak perlu berada di posisi sekarang. Tapi harapan tinggal harapan. Lelaki itu maju mendekati Eunhyuk. Langkahnya tegap dan tegas. Di setiap langkahnya menebarkan aura kegelapan. Aura menusuk nan mengancam. Eunhyuk mundur sementara lelaki ini maju sambil terus berseringai padanya. Eunhyuk akui dengan seringai itu wajahnya berlipat kali lebih tampan. Oh shit! Kenapa di saat mendesak seperti ini sempat-sempatnya ia berpikir begitu. Eunhyuk mengumpat dalam hati begitu tubuh belakangnya membentur tembok. Dia tidak bisa lari lagi. Lengan kekar lelaki itu berada di samping kepalanya, memerangkapnya. Wajahnya merunduk hingga sejajar dengan wajah Eunhyuk. Menatapnya dengan sangat intens.
"Mempelaiku," bisiknya di depan bibir Eunhyuk dan langsung melumatnya. Eunhyuk membeku. Pikirannya mendadak kosong. Tak tahu harus berbuat apa. Hanya membiarkan lelaki asing ini menciumnya dalam. Menghisap bibir bawah dan atasnya bergantian. Eunhyuk mengerang lembut. Seakan tak puas lidahnya menerobos masuk ke rongga mulut Eunhyuk. Menikmati manisnya.
"Aiden…ahh…" Eunhyuk melenguh saat bibir lelaki itu turun menuju rahangnya. Menggigitinya lembut. Menghantarkan gelenyar panas di tubuh Eunhyuk. Bahkan tangan itu kini merengkuh pinggangnya erat, merapatkannya di tubuh sekeras batu karang. Tangan Eunhyuk menyentuh dadanya. Merasakan otot-otot yang tercetak sempurna. Gairah Eunhyuk semakin naik. Erangannya semakin keras seiring bibir lelaki ini yang semakin turun ke leher putihnya. Eunhyuk menelan ludah begitu melihat lelaki ini menjilat lidahnya, menatapnya seakan-akan ingin menaklukannya seorang. Hanya Eunhyuklah yang diinginkannya, sebelum menghisap lehernya. Membuat tanda kepemilikan. Eunhyuk bersumpah itu adalah ekspresi paling seksi yang pernah ia lihat di seumur hidupnya. Lelaki ini mengecapnya dengan gairah yang menggebu-gebu. Menggesekan bagian bawah tubuh mereka dengan sensual semakin membuat Eunhyuk hilang akal.
"Artemisku." Eunhyuk kembali memperoleh kesadarannya begitu mendengar bisikan bernada memuja yang keluar dari bibir tipis sang lelaki. Tangannya dengan sekuat tenaga berusaha mendorong hingga tautan mereka terlepas. Eunhyuk menutup mulutnya, nafasnya tersenggal, wajahnya memerah sempurna. Jantungnya pun berdetak tidak normal. Astaga, dia barusan berciuman dengan lelaki asing, terlebih bukan manusia?! Lelaki itu menatapnya, dahinya sedikit berkerut tanda tak mengerti. Eunhyuk langsung mengambil jarak begitu lelaki di depannya ingin merengkuhnya kembali.
"Sayang," panggilnya. Suaranya berat. Aksennya seperti perpaduan inggris kuno dan Yunani. Sangat tak biasa tapi terdengar seksi.
"Kau ini sebenarnya siapa? Kau patung yang tadi kan?" Eunhyuk bertanya cepat. Menekan rasa gugup dan takutnya. Saat ini dia tidak sedang bermimpi kan? Oh Eunhyuk sangat berharap jika ini hanya bunga tidur. Hingga saat membuka mata tidak terjadi apa-apa. Lelaki itu terkekeh, menyadarkan Eunhyuk kalau ini sungguhan.
"Bukankah tadi kau memanggil namaku? Aku Aiden."
"Aiden?" benarkah tadi dia memanggil namanya? Kenapa dia tidak ingat?
"Ah tentu saja kau lupa denganku. Kau pasti reinkarnasi darinya. Memorimu di masalalu pasti terhapus." Apa yang dibicarakan lelaki ini? Memori masalalu? Eunhyuk seratus persen yakin dirinya tidak pernah mengalami kecelakaan hingga divonis amnesia atau mempunyai penyakit yang berhubungan dengan memori ingatan. Dia pasti sedang bergurau. Eunhyuk kembali waspada saat lelaki yang mengaku bernama Aiden kembali mendekatinya.
"Kau reinkarnasi dari mempelaiku, Artemis. Aku adalah raja iblis, Aiden. Kau membangkitkanku dengan kekuatanmu, sayang." Aiden meraih tangan Eunhyuk, membawanya ke depan bibir tipisnya untuk kemudian di kecup. Eunhyuk terkejut, menarik kembali tangannya.
"Omong kosong apa ini?! Reinkarnasi? Artemis? Kau mau membodohiku ya? Lagipula aku laki-laki, Artemis itu wanita." Eunhyuk tak habis pikir, di jaman modern seperti sekarang masih ada saja yang mempercayai hal semacam itu. Aiden menyeringai. Membentangkan sayapnya melingkupi tubuh ramping Eunhyuk. Membawanya mendekat hingga menempel di tubuh kekarnya. Wajah Eunhyuk bersemu merah saat lagi-lagi berada dalam rengkuhan Aiden. Wangi tubuhnya yang begitu maskulin semakin memabukkannya. Aiden menelusuri wajah Eunhyuk dengan bibirnya. Menjilatnya dengan begitu sensual.
"Di masalalu kau adalah Artemis. Dewi yang ku kurung dan berhasil membuatku jatuh cinta hingga menjadikanmu mempelaiku. Tapi para Dewa melakukan penyerangan untuk mengambilmu kembali pada mereka. Mereka membuatku lumpuh kemudian mengutukku menjadi patung lalu membawamu pergi. Hanya sang Dewi yang bisa membebaskanku. Kau reinkarnasi Artemis dan kau membebaskanku, sayang," jelasnya tepat di telinga Eunhyuk. Begitu lembut hingga Eunhyuk mengerti. Logika Eunhyuk menolak keras tapi entah kenapa hatinya mempercayai setiap vokal dan konsonan yang keluar dari bibir tipis Aiden. Mempercayai bahwa dirinya adalah dewi Artemis di masalalu. Bahwa ia kekasih Aiden sang raja Iblis.
Aiden menciumi lehernya dengan ciuman seringan bulu kemudian mendongak. Mempertemukan mata mereka. Hitam dan merah. Eunhyuk membatu begitu mata Aiden menyala. Mengirim potongan memori ke pikirannya melalui tatapan mata. Bayangan masalalu terlintas di benaknya begitu saja, seperti kaset yang memutar ulang film di dalamnya. Masalalu saat bertemu Aiden, penyekapan, jatuh cinta, memadu kasih hingga penyerangan yang memisahkannya dengan Aiden. Eunhyuk hampir terjatuh kalau Aiden tak memeluknya.
"Aiden," panggil Eunhyuk pelan. Suaranya seperti begitu tersiksa… oleh kerinduan.
"Aiden," panggilnya lagi. Aiden mencium keningnya, kedua matanya, hidung, dagu dan kemudian bibirnya. Menciumnya penuh kelembutan. Aiden berseringai dan berucap.
"Selamat kembali ke pelukanku, Eunhyuk." Yang Eunhyuk ingat sebelum kesadarannya terenggut adalah Aiden yang menciumnya, berbisik penuh keposesifan dan bercinta dengannya ditemani sinar rembulan.
"Kau milikku!"
.
.
END
Apa ini? Maaf jika ini sangat aneh dan tidak jelas mwahaha…
Entah kenapa pengen buat cerita model gini. Jangan minta diterusin ya, segini aja. Karena kalau dilanjutin pasti bakalan mentok. Kapasitas otak saya pas-pasan sih.
Oke, jadi Eunhyuk itu reinkarnasi dari dewi bulan Artemis yang jadi mempelainya Donghae di masalalu. Kenapa dewi dan iblis bisa bersatu? Itu rahasia Illahi #ditimpuk
Dan maaf saya pakai nama Aiden daripada Donghae. Abis Aiden berkesan lebih keren sih. #ditabokDonghae ya yang penting sama-sama satu orang.
Okeh saya akan sangat berterimakasih dan bahagia jika kalian yang sudah mampir sudi memberikan review. Tolong tinggalkan jejak supaya saya tahu ff saya ini dibaca dan diminati.
Terima kritik dan saran dengan bahasa yang sopan. Terimakasih.
Sampai jumpa.
Review?
