Di sini kamu tak akan pernah mendengar jantung berdetak. Kamu tak akan pernah merasakan hangatnya suhu tubuh.

Karena di sini bukanlah dunia yang kamu kenal. Sekilas memang terlihat serupa. Makhluk berkaki dua dengan setiap fitur yang tidak ada bedanya dengan dirimu mungkin kamu pikir adalah makhluk yang sama denganmu. Manusia katamu?

Bukan. Mereka tidak bisa disamakan dengan manusia. Hanya penampilannya saja yang memukau, tapi apa yang ada di dalamnya hanya kehampaan. Tidak ada organ tubuh yang memberi kehidupan. Mereka hidup dari darah, tapi bukan darah mereka sendiri.

Jadi sudah bisa kamu tebak makhluk apa mereka? Makhluk apa sebenarnya laki-laki muda berambut ungu yang tengah berjalan dengan pemuda lain berambut cokelat manis?

Ya. Mereka adalah vampire.

Selamat datang di dunia ini. Selamat datang dikehidupan sekolah vampire nomor satu, Golden Vampire High School.

Ah, pemuda itu. Dua pemuda itu lebih tepatnya. Mereka adalah murid yang cukup disegani di Golden. Mereka bukan bintang sekolah seperti Daniel, atau vampire teladan seperti Minhyun, atau vampire yang easy going seperti Kenta. Tapi semua vampire di sekolah itu tahu mereka. Park bersaudara itu adalah satu-satunya vampire kembar yang ada di sana. Keduanya punya kekuatan yang luar biasa besar. Sayang, mereka lebih suka memamerkannya untuk menduduki hirarki kesiswaan. Kasarnya, mereka sama saja dengan seorang pembuli.

Hampir semua siswa pernah berurusan dengan duo Park. Tidak hanya karena mengganggu kakak adik itu, terkadang semua terjadi hanya karena mereka bosan. Kalian bisa lihat sendiri tingkah mereka saat ini. Kembar yang lebih tua dengan angkuhnya mendorong sesosok vampire mungil hingga tubuh dingin itu membentur lantai. Sedangkan yang lebih muda berdiri di belakangnya dengan tatapan tajam.

"Ji.. Jihoon tunggu. Aku tidak melakukan apa pun padamu," tubuh itu gemetar tak berani menatap sosok sombong di atas sana.

"Itu masalahmu. Kau tidak pernah melakukan apa pun di kelas. Kami bosan," sang adik menjawab atas nama Jihoon yang sedang menyeringai.

Dan sudah bisa dipastikan siswa itu tidak akan tampak di hari berikutnya.

Benar saja. Bangku di sudut ruang kelas X hari ini tak berpenghuni. Pengajar mereka menyampaikan bahwa si vampire muda harus beristirahat sementara waktu.

"Jihoon hyung, berhentilah menyakiti siswa lain," bisik salah satu vampire tinggi tepat di hadapan Jihoon.

Jihoon tak mengindahkan permintaan itu.

"Hyung..."

BRUK

Tubuh besar itu seketika sudah tersungkur di depan kelas. Cukup jauh dari tempat ia berdiri semula. Sedetik kemudian ia sudah berdiri. Memang vampire itu cepat, tapi kali ini dia berdiri karena terkejut mendapati sekelompok vampire dengan hawa lain melintas di jendela kelasnya. Salah satunya menatap Jihoon tajam dengan bibir yang siap mengeluarkan suara.

Jangan hyung! Aku baik-baik saja.

Tidak perlu suara bagi pemuda itu untuk menghindarkan vampire yang sangat ia idamkan dari sesuatu yang mengerikan.

"Guan, kau baik-baik saja?" vampire bertubuh ramping memandangi Guanlin yang sedang tersenyum kecil pada kelompok di luar sana.

"Eoh Daehwi hyung. I'm fine."

"Kekanak-kanakan sekali mereka berdua," sahut sosok lain dengan papan nama Jo Haknyeon di dadanya.

"Sudahlah ayo pergi saja," Guanlin dengan cepat menjauhkan teman-temannya dari jangkauan si kembar.

Bicara soal si kembar, pemilik nama keluarga Park yang lebih muda sekarang ini sedang melemparkan tatapan tajam pada kelompok di samping kelasnya.

"Siapa mereka?"

"Tidak tahu Woojinie. Aku belum pernah melihat mereka di sini," jawab Jihoon pada adik beberapa menitnya dan berlalu meninggalkan kelas.

Woojin pun segera beranjak mengikuti jejak Jihoon melewati kelompok itu. Untuk se per sekian detik, Woojin sempat terdiam merasakan aura yang sangat mengintimidasi. Kuat sekali. Lebih kuat dari aura Jihoon saat melindunginya. Namun dia mencoba mengacuhkannya dan kembali pada aktivitas awalnya. Mengikuti kembarannya.

Hanya beberapa menit berlalu, dan Jihoon sudah terlihat mencengkram erat kerah kemeja pemuda dengan tubuh begitu ramping dan indah. Woojin sendiri tengah mengaduk isi ransel hitam yang sepertinya milik pemuda itu.

"Tidak ada di sini Hoonie."

Jihoon mengalihkan cengkramannya pada leher sang pemuda. Mengangkatnya tinggi namun tetap lekat pada dinding putih di balik punggung pemuda itu.

"Jadi dimana kau menyimpan tabungan para dewan, huh?"

Pemuda dalam cengkraman Jihoon mulai merintih, tak kuasa menahan kekuatan Jihoon. Tenaganya mulai menguap. Semakin tak sanggup bahkan hanya untuk meronta.

"PAIN"

Tubuh proposional Jihoon seketika menegang. Tangannya melepaskan cengkraman di leher pemuda itu. Lututnya bertemu lantai yang tak kalah dingin. Matanya terbuka lebar. Mulutnya mengeluarkan erangan kesakitan yang sangat hebat. Woojin yang terkejut segera mendekati sang kakak.

"Jihoon, kau kenapa?"

"Aaarrrrghhh!" Jihoon tak menjawab dan justru berteriak semakin keras.

Woojin dilanda kepanikan. Ia tidak sanggup melihat saudaranya seperti ini. Dia memeluk tubuh itu. Bahkan tidak mengindahkan sosok asing yang datang mengangkat tubuh pemuda yang terkulai di sisinya.

"Haaah hah hah," Jihoon terengah. Ia terlihat seperti baru saja kehabisan nafas. Matanya menitikan bulir air mata.

"Bisa berjalan?"

Kini Woojin membiarkan tubuhnya menjadi tumpuan pemuda berkulit terang itu. Menuntunnya berjalan menyusuri lorong. Melewati sesosok vampire yang tak kalah angkuh dengan kembarannya.

Woojin berhenti sesaat. Ia tidak salah lihat. Ia tidak salah melihat pemuda asing itu baru saja tersenyum meremehkan. Dan aura mengintimidasi itu kembali menerpa kulit esnya. Woojin yakin benar papan nama itu bertuliskan AHN HYEONGSEOB.

TBC

Rurulala readers,

I'm back with new stories n new genre!

Should I continue this one or just dismiss it?

Dilanjut apa didelete nih?