Hari ini aku akan pergi menuju sebuah daerah yang bisa kubilang terpencil namun kaya akan budaya. Rencananya aku akan berada di kota tersebut selama liburan berlangsung bersama kak Ran dan paman, grup detektif cilik dan profesor, juga heiji dan kazuha. Namun sayang sekali yang bisa ikut hanya aku, kak Ran, paman Kogoro, Haibara, dan Profesor.

Mobil yang dipakai adalah mobil milik profesor. Perjalanan yang cukup jauh tak terasa oleh keberadaan paman Kogoro yang konyol. Syukurlah dia ada di sini, suasana tidak terasa sangat dingin karena adanya Haibara.

Sekitar dua hari kemudian kami baru sampai di daerah yang ku maksud. Di sini orang-orangnya sangat ramah. Sebagian besar bermata pencarian sebagai petani. Walau hanya seorang petani, mereka semua kaya lho. Yah maklum saja, hanya mereka yang menghasilkan berbagai sayuran dan beras untuk daerah yang ada di sekitarnya. Dengan kata lain hanya mereka pengekspor beras dan rempah-rempah dari pulau ini.

Di tempat seperti ini, semuanya murah. Tentu saja hal seperti inilah yang sangat disukai paman. Bahkan hari pertama di pulau ini paman bisa langsung memilih sebuah villa dengan biaya yang murah. Hahaha, sayang sekali di daerah ini tak ada pantainya. Kalau ada, pasti daerah ini sudah jadi surganya paman.

.

.


THE SECRETS OF A RIVER

Jangan salah sangka ya! Detektif Conan hanya milik Aoyama Gosho tercinta *halah!* karakter di fic ini juga milik Aoyama, saya hanya mempunyai alur, para penjahat (O.o) dan pemeran figurannya(?)

Genre: aku ragu menentukannya, tapi kayaknya crime & mystery.

Rated : karena ada beberapa pembunuhan, ratednya jadi T.

.

.

"Paman, apa aku boleh melihat-lihat di sekitar sini?" tanyaku dengan antusias. Aku yakin paman pasti memperbolehkanku. Paman kan tidak suka aku berada di dekatnya.

"Boleh! Asal kau punya teman untuk berkeliling!" ujar paman mematahkan semangatku. Pasti teman yang dimaksud paman adalah Haibara. "Ah, gak seru kalau seperti itu."

"Hei, kamu tuh sadar dong! Ini kan daerah orang, jangan sok hebat kau di sini!" bentak paman sesuka hatinya.

"I-iya paman," ujung-ujungnya aku harus mengalah padanya. Dasar, paman licik!


(Pada akhirnya di tepi sungai)

"Kau suka tempat ini Haibara?" tanyaku basa basi untuk yang ketujuh kalinya. Haibara hanya diam seakan-akan memikirkan sesuatu padahal aku yakin tak ada yang ia pikirkan di otaknya. Kalau seperti ini tak kan ada percakapan sama sekali di sepanjang perjalanan. Aku menyesal permisi pada paman saat ingin keluar. Harusnya aku cukup bicara pada Ran.

"Aku suka."

Hening sejenak...

Eh, tadi Haibara menjawabnya? Akhirnya dia sadar bahwa dia tidak bisa diam selamanya.

"Apa yang paling kau sukai?"

"Sungai itu," ujarnya sambil menunjuk ke arah sungai. "Sungai di sini rasanya sangat berbeda dengan sungai di daerah lain. Di sini, sungainya terasa tidak alami."

Kata-katanya membuatku jadi sedikit penasaran. Memangnya ini sungai buatan ya sampai-sampai Haibara bicara seperti itu? Aku yakin, bahwa matanya tidak salah saat memperhatikan.

"Permisi, apa kalian anak-anak yang baru datang itu ya?" tanya seorang lelaki berwajah agak suram. "Kenapa bermain di sini?" tanyanya lagi.

"I-iya, kami sedang melihat-lihat saja kok," ujarku dengan wajah dibuat sok imut. Namun, Haibara yang ada di sebelahku langsung saja membuat sense imutku berantakan dengan pertanyaan, "Apa yang pernah terjadi di sungai ini?"

Haibara kelihatannya memang sengaja membuatku terpojok ya? Kalau dia bertanya seperti itu pasti semua orang di sini akan curiga dengan apa yang sedang kami perhatikan di sungai. Hah! Apa boleh buat.

"Kau terlalu berlebihan gadis muda. Tak ada apa-apa di sungai ini."

"Oh, begitu," ujar Haibara sambil mengamati keadaan sungai kembali. "Tapi kenapa bagian bawahnya terlihat seperti ada lapisan semen?"

"Kau ini ada-ada saja Haibara," ujarku dengan sedikit terkejut. "Sebaiknya kita pulang saja ya. Sudah hampir sore, nih," ajakku sambil mengandeng tangan Haibara.

"Eh?" Haibara tentu saja kaget dengan apa yang kulakukan. Namun, kuharap saja pulang nanti aku tidak ditamparnya.

Lalu pada akhirnya kamipun pulang dengan selamat sampai ke villa. Haibara masih ngotot padaku kalau yang ia lihat itu benar. Ada lapisan semen di sungai tersebut yang tertutup oleh tanah. Aku sebenarnya percaya. Tapi jika aku menyelidikinya, aku khawatir akan ada kasus yang akan merusak liburan kali ini. Aku ingin liburan kali ini tanpa kasus.

"Conan? Kau mendengarku tidak sih?" Haibara mulai kesal.

"Iya, aku mendengarkan kok."

"Jadi apa yang kukatakan tadi?"

"Tentang sungai kan?"

Hening.

"AKU TIDAK LAGI MEMBAHAS ITU, BODOH!" teriak Haibara tepat di depan mukaku. Ternyata dia bisa berteriak juga, ya. Sambil sedikit merengek dia berkata, "Aku tadi bertanya, profesor ada dimana?"

"Em, mungkin dia di kamarnya."

"Ya sudahlah, aku mau menjenguk profesor."

"Ok."

.

.


(Keesokan harinya.)

Aku dan kak Ran sedang menunggu giliran mandi di ruang tengah. Menurut undian kami tadi, paman adalah orang pertama yang mandi kemudian aku, lalu kak Ran. Sementara itu, Haibara masih tidur di kamarnya dan profesor memasak sesuatu di dapur.

Semua berjalan dengan tenang. Belum ada kegaduhan selama gadis es itu masih tidur. Namun ternyata yang membuat kegaduhan bukan hanya gadis es itu.

"KKKYYYYAAAAAAAA!"

"Eh, ada apa itu?" seruku sambil membuka jendela dan melihat apa yang terjadi di luar. Kerumunan orang? Pasti ada sesuatu yang terjadi di sana. Segera saja melompat keluar dari jendela dan menuju kerumunan orang-orang.

Di tengah kerumunan, seorang lelaki terduduk lemas. Bibirnya gemetar namun ia masih berusaha untuk berbicara. "I-itu..." ujarnya sambil tangan kanannya bergerak perlahan ke atas untuk menunjuk sesuatu. Aku pun melirik pada sesuatu yang ditunjuk lelaki itu.

Ternyata, yang ditunjuknya adalah... potongan tangan manusia?


Bersambung.

Hihi, *buagh!* sudah lama gak ke sini. Bagaimana ficnya? Buruk, gaje, abal, atau lebih parah dari itu? Ini aku buat berdasarkan mimpiku yang bikin aku langsung beku pagi-pagi. Kecuali beberapa perubahan sedikit (baca:banyak) pada ceritanya sih. Hihi *buagh! = ketawa mulu =="

Oh iya, maaf sebelumnya ya. Aku bikin chapternya pendek-pendek aja soalnya aku sedang dalam masa pemulihan dari penyakit error pada otakku. (OMAIGAT)

Senpai dan para readers, aku minta reviewnya ya. ^_^