Sakura, kapan kau akan menyadari perasaanku?
Kapan kau akan menganggapku sebagai seorang pria?
Kapan persahabataan ini akan berakhir?
Dan berubah menjadi sesuatu yang lebih…
Kapan?
.
.
A Sasusaku story
-Kapan,Sakura?-
Disclaimer characters ©Masashi Kishimoto
Hari ini adalah hari pertamaku memulai semester akhir di Universitas Konoha. Tapi entah kenapa rasanya aku malas sekali untuk pergi kuliah. Jangankan untuk pergi, untuk sekedar membuka kedua mataku saja aku sangat malas. Alasanku malas seperti ini tentu saja bukan karena aku memiliki sifat pemalas, mengingat aku adalah seorang Uchiha, Klan dengan kekuasaan tertinggi di Konoha. Tentu saja selain memiliki kekuasaan tertinggi, orang-orang di Klan kami juga memiliki kecerdasan di atas rata-rata. Ohya, kembali ke alasan mengapa aku tidak mau membuka mataku, tentu saja karena saat ini ada seorang gadis di kamarku. Ya! Seorang gadis! Tepat di hadapanku. Walaupun mataku tertutup, aku bisa merasakan kehadirannya. Wanginya tak pernah berubah sejak aku berumur 10 tahun. Kurasakan sepertinya dia mulai naik ke kasurku.
"Sasuke-kun bangunnn!"
Ah sial, dia mulai mengguncang-guncangkan tubuhku.
"Sasuke, cepat bangun! Nanti kita telat ke kampus!"
Aku tetap tidak mau membuka mataku.
"Oh okelah kalau itu maumu sasuke-kun. Akan kuhitung sampai tiga"
"satu..."
"dua…."
"tii…"
"Stop sakura! Oke, aku bangun"
"Nah, gitu dong sasuke-kun!"
"Hn"
Aku bangun dengan malas dan akhirnya akupun mengalah lagi untuk kesekian kalinya. Bagaimana tidak? aku tak bisa membiarkan dia menindih tubuhku dengan hantamannya yang sangat keras. Yang kupermasalahkan bukanlah berat badannya. Ia memiliki badan yang mungil dan tak akan terasa sakit jika menindihku. Aku hanya tak ingin terulang kejadian saat ia menindihku tepat di bagian kejantananku tepat sebulan yang lalu. Aku takut tak bisa mengontrol diriku. Beruntung sesaat setelah dia menindihku dia dipanggil oleh Ibuku. Jadilah aku berfantasi liar setelah dia keluar dari kamarku untuk mengeluarkan hasrat sialan yang sudah terpendam.
"kenapa hanya berdiri di situ sasuke-kun? Cepat mandi"
"Kau keluar dulu saki! Atau kau mau melihatku membuka pakaianku?"
"Tentu tidak, pantat ayam. Lagi pula aku sudah sering melihatnya bahkan dulu kita mandi bersama..week.."
Oh ya Tuhan lucunya dia saat bertingkah seperti anak kecil. Menjulurkan lidahnya untuk mengejekku.
"Oh jadi kau mau mandi lagi bersama denganku? Oke baiklah"
"Huaaa tidakkkk. Kau mandi sendiri saja sana baka!"
Pipinya merah merona, manis sekali. Aku sangat suka menjahilinya seperti ini.
"Aku akan tunggu di bawah bersama bibi Mikoto,Sasuke-kun"
Kemudian dia berlari kearahku yang sudah berdiri di depan pintu kamar mandiku. Lalu…
Cuppp…
Oke, aku membeku untuk yang keseribu kalinya. Lagi-lagi dia mencium pipiku. Dia sangat menyebalkan. Tidak sadarkah dia bahwa aku adalah seorang lelaki yang bisa memangsanya kapan saja. Hah, tentu saja dia tak akan sadar mengingat kami sudah bersama hampir sebelas tahun. Dan mungkin selama itu dia telah menganggapku sebagai sahabat atau bahkan kakaknya. Walaupun aku tidak begitu. Bagiku dia adalah wanita yang sangat special di hidupku selain Ibuku. Tentu saja karena aku sangat menyukainya, Tidak! Tapi aku sangat mencintainya sejak pertama kali bertemu dengannya. Aneh bukan? Karena banyak orang yang tidak percaya tentang adanya first sight love, termasuk aku. Tapi aku tak bisa membohongi diriku sendiri, nyatanya hal itu benar-benar terjadi padaku.
.
.
Dengan malas aku turun menuju lantai satu. Saat ingin menuju ke ruang makan kulihat Sakura sedang berbincang seru dengan Ibuku. Dasar wanita! Sementara Ayahku hanya diam sambil membaca koran pagi dan sesekali melirik mereka yang sedang asik mengobrol. Saat sedang memandangi mereka dari kejauhan tiba-tiba Ibuku memanggil dan menyuruhku untuk duduk dan segera menghabiskan sarapanku. Sepanjang acara menyantap sarapan, Sakura terus berceloteh tentang banyak hal. Aku sangat gemas sekali melihatnya. Padahal hampir setiap hari dia kerumahku dan bercerita dengan Ibuku. Tapi setiap kali ia bercerita, ia seperti tak pernah berjumpa dengan Ibuku selama bertahun-tahun. Ya, selain sahabatku, Sakura adalah tetanggaku. Sebelas tahun yang lalu Ia pindah rumah tepat di sebelah rumahku. Ia berasal dari Klan Haruno, salah satu Klan yang sangat berpengaruh juga di Konoha. Ayah dan Ibunya adalah teman baik orang tuaku. Oleh karena itu, kami sangat dekat dan bahkan keluarga kami sering berlibur bersama entah itu hanya di dalam negeri maupun ke luar negeri. Orang tuaku sudah menganggap Sakura seperti anak mereka sendiri, karena itulah Sakura datang ke rumahku untuk sarapan. Tapi tentu saja tidak setiap hari Ia sarapan di rumahku, biasanya Ia sarapan dirumahku jika orang tuanya sedang tidak di rumah. Sakura paling benci makan sendirian! Dulu saat umur kami tujuh tahun, beberapa hari setelah kepindahnnya, orang tua kami mengadakan piknik bersama di taman. Aku yang notabene-nya tidak terlalu suka keramaian memutuskan untuk makan sandwich yang diberikan Ibuku di pinggir sungai. Saat sedang makan, tiba-tiba aku mendengar suara tangisan. Aku segera mencari sumber suara tersebut. Beberapa meter dari tempatku makan sandwich tadi, aku menemukan Sakura yang sedang menangis. Sakura menangis tak henti-hentinya hingga membuatku kesal. Aku tanya kenapa, tapi ia tak menjawab pertanyaanku. Aku hampir kewalahan dibuatnya. Hingga akirnya tiba-tiba suaranya keluar dan terdengar pelan.
"Hiks..A..Aku tadi hikss..mengikuti Sasuke-kun hiks..lalu aku kehilangan hikss.. je-jejak Sa..Sa..suke-kun hiks.."
"Lalu mengapa kau malah menangis dan tidak mencariku?"
"A-aku lapar..hikssss.. dan aku benci makan sendirian hikss.. a-aku ingin makan hhikss.. bersama Sasuke-kun"
Sejak saat itulah aku mengetahui bahwa ia sangat benci jika harus makan sendirian.
.
.
Kembali lagi ke meja makan, kami semua sangat menikmati sarapan yang dibuat Ibuku. Ya, tentu saja kami sangat menikmatinya sebab Ibuku memasak Sup tomat kesukaanku dan Pie cherry kesukaan Sakura dan terlebih lagi masakan Ibuku memang sungguh luar biasa enaknya. Lalu, tiba-tiba suara berat Ayahku membuyarkan lamunanku.
"Sakura-chan, siang nanti Ayah dan Ibumu sudah pulang bukan?"
"Tentu saja, Ayah. Memangnya kenapa?"
Ya, Sakura memang memanggil orang tuaku Ayah dan Ibu seperti Ia memanggil orang tuanya. Ayah dan Ibuku tentu tak keberatan. Malah mereka sangat senang sebab aku merupakan anak laki-laki tunggal dan mereka ingin sekali merasakan memiliki anak perempuan. Oleh karena itu, mereka sangat menyayangi Sakura.
"Nanti malam kami semua akan makan bersama di luar"
"Kalian berdua harus ikut yaaa!"sambung Ibuku.
"Baiklahh, Ibu. Sasuke-kun bagaimana denganmu?"
"Hn. Aku ikut saja apa maumu"
"Baiklah. Kami tunggu kalian di restoran La Blue jam 7 malam,yaa" sahut Ibuku.
"Iyaa,Buuuu" jawab sakura.
Sakura terlihat senang sekali. Mungkin karena keluarga kami sudah lama tidak makan bersama di luar dan kebetulan restoran La Blue adalah restoran favourite kami. Kami sangat menyukai restoran La Blue sebab selain makanannya yang sangat lezat, letak restorannya pun di pinggir Pantai. Sangat indah pemandangannya. Biasanya, sehabis makan di restoran itu kami akan bermain ayunan di pinggir Pantai dan menghabiskan waktu untuk bercerita.
.
.
.
Saat ini aku dan Sakura sudah berada di parkiran Universitas Konoha.
"Sasuke-kun, kau jangan keluar dulu. Biar aku yang keluar duluan"
"Memangnya kenapa?"
"Ini kan hari pertamaku masuk kuliah sebagai mahasiswi baru. Sementara kau mahasiswa tingkat akhir. Aku takut di hari pertamaku masuk kuliah sudah ada yang membeciku karena aku dekat dengan pangeran super tampannya fansmu seperti waktu SMA dulu"
Ya begitulah, Sakura sering sekali di bully oleh para wanita gila yang mengaku fans-ku. Oleh karena itu, kemana pun Sakura pergi aku selalu bersamanya.
"Tidak, kita keluar bersama. Pada akhirnya mereka akan tau juga, Saki"
"Hah, baiklah"
Akhirnya kami pun keluar bersama dan jalan beriringan. Semua mata melihat ke arah kami baik laki-laki maupun perempuan. Aku sangat benci menjadi perhatian seperti ini. Dan selalu begitu sejak aku duduk di bangku sekolah dasar. Hal yang paling membuatku tambah emosi adalah karena banyak pasang mata laki-laki brengsek yang memandangi gadisku. Ya dia adalah gadisku. Sakura terlampaui cantik. Sangat cantik. Aku sangat benci gadis yang aku cintai dilihat oleh orang lain dengan tatapan menjijikan mereka. Beruntungnya aku dan Sakura selalu berada di sekolah yang sama dan selama itu pula pasti ada gosip yang menyebutkan jika aku dan Sakura pacaran, bahkan ada yang menyebutkan jika kami sudah tunangan. Jadi aku tak perlu repot-repot menghajar laki-laki yang mendekati Sakura karena mereka semua menyangka bahwa Sakura adalah milikku. Andai saja hal itu adalah kenyataan…
"Nah, Sasuke-kun aku sudah di depan kelasku. Kau bisa masuk ke kelasmu juga sekarang"
"Hn"
"Ohya Sasuke-kun, tadi aku dan Ibu membuat sandwich tomat untukmu. Nanti kita makan bersama ya"
"Iya,Saki. Aku tunggu di taman belakang"
Karena gemas, aku pun menarik hidung mungilnya sebelum meninggalkan kelasnya.
"Awww…sakit tauu! dasar pantat ayam!" teriaknya. Dia sungguh lucu. Lalu, aku pergi dengan mengeluarkan seringaiku. Sebenarnya aku sangat khawatir dengan Sakura karena dia masuk ke jurusan seni. Sebab aku dengar dari sahabat pirangku bahwa para mahasiswa maupun mahasiswi seni di universitas konoha sangat suka menindas anak yang menonjol di antara mereka. Sakura sangat menonjol, ia pintar, cantik, dan terutama rambutnya yang berwarna pink itu, terlihat seperti permen kapas! Tapi, takkan kubiarkan mereka menindas gadisku.
.
.
Bel istirahat pun berbunyi, aku segera pergi menuju taman. Kulihat Sakura sudah menungguku di taman. aku segera berlari ke arahnya.
"Saki, kau sudah lama?"
"Tidak, aku baru datang, Sasuke-kun. Ini makan punyamu!"
"Hn"
Kami makan dalam diam. Aku melihat wajah Sakura seperti menyembunyikan sesuatu. Aku pun akhirnya memulai percakapan.
"Sakura?"
"ya, Sasuke-kun?"
"Bagaimana hari pertamamu masuk kuliah?"
"Baik. Aku suka kok jurusan seni di Universitas Konoha"
"Bagaimana dengan teman? Apa kau sudah mendapatkannya?"
"Tentu saja. Aku berteman baik dengan gadis berambut pirang dan gadis berambut merah"
"Oh" aku ber-oh ria karena aku tau dia menyembunyikan sesuatu. Mana mungkin ia berteman baik dengan seseorang tapi tak mengetahui nama mereka. Biarlah nanti aku sendiri yang akan mencari tahu tentang kedua orang yang disebutkan Sakura. Tanpa terasa bel masuk berbunyi. Aku sudah tidak ada mata kuliah lagi tapi aku akan menunggu Sakura pulang.
.
.
.
Jam sudah menunjukkan pukul setengah tujuh malam. Aku dan Sakura sedang dalam perjalanan ke restoran La Blue. Orang tua kami sudah di sana terlebih dahulu. Malam ini Sakura terlihat sangat cantik memakai balutan gaun warna hijau tosca dengan lengan pendek dan sebatas lututnya. Rambutnya yang indah ia ikat ponytail, sedikit berantakan tapi tetap terlihat anggun. Aku sangat menyukainya. Tak terasa kami sudah sampai di parkiran restoran La Blue. Suara Ombak Pantai di malam hari sudah mulai terdengar dengan indahnya. Aku segera membukakan pintu untuk Sakura. Lalu kami segera masuk ke dalam restoran. Orang tua kami memang tau saja apa yang kami suka. Mereka memesan meja yang tepat di pinggir pantai dan langsung terlihat cahaya lampu-lampu di pantai yang sangat indah. Ya, itu memang tempat favourite ku dengan Sakura.
"Ayah..Ibu… aaaa aku kangen sekali" teriak Sakura sambil memeluk kedua orang tuanya.
"Ayah Kizashi dan Ibu Mebuki sudah lama tidak berjumpa" sapaku dengan membungkukkan badan.
"Ah nak Sasuke bagaimana kabarmu? Kau terlihat semakin tampan yaa" sahut bibi mebuki.
"Ibu jangan berkata seperti itu. Nanti Sasuke-kun terba..mmphh… mmmph!" Aku gemas sekali dengan gadisku ini. Hingga akhirnya aku tutup mulutnya dengan telapak tanganku hingga ia berhenti bicara. Pemandangan seperti ini sudah tak asing lagi terlihat oleh kedua orang tua kami mengingat kami sudah bersama hampir sebelas tahun.
.
.
Selesai menyantap makanan kami berbincang-bincang mengenai kuliahku dengan sakura.
"Sasuke-kun? Kau sudah semester akhir ya? Berarti sudah mulai menyusun skripsi dong? Tanya bibi mebuki.
"Hn. Tentu saja" jawabku singkat.
"Nah, kalau Sakura kan baru pagi ini mulai masuk kuliahnya. Kurasa tak apa-apa. Bagaimana kalu kita percepat saja?" tanya Ibuku.
"Aku sangat setuju dengan Mikoto-San. Bagaimana denganmu, sayang?" jawab bibi Mebuki.
"Sepertinya aku juga tidak sabar" sahut paman kizashi.
Ayahku diam saja. Tapi raut wajahnya seperti mengiyakan sesuatu. Aku tak mengerti apa yang sedang mereka bicarakan. Aku dan Sakura hanya terdiam melihat mereka,lalu kami saling menatap kebingungan hingga akhirnya Sakura mulai berbicara.
"Percepat? Maksud kalian apanya yang dipercepat?"
"ohiya, kami semua kesini kan ingin membicarakan sesuatu pada kalian berdua" sahut ibuku sambil tersenyum dengan lebar.
"Jadi, kami semua sudah merencanakan kalau bulan depan kalian akan menikah"
"APAAAA?!"..
Aku sangat kaget mendengar pernyataan tersebut, tapi aku tahu hati kecilku berteriak kegirangan. Kami masih kaget dan terdiam. Aku masih berekspresi datar seperti biasa, sementara Sakura, kulihat ada raut kecemasan di wajahnya. Semua hal negatif pun mulai merasuki kepalaku.
Apa dia tak menyukai keputusan orang tua kami?
Apa dia sudah memiliki orang yang Ia sukai?
Apa dia merasa bahwa aku tak cukup baik baginya?
Apa tak ada rasa sedikit pun darimu untukku, Saki?
Oh ya Tuhan, apa yang harus aku lakukan?
….
TBC
Hai! Salam kenal ya!
Terima kasih sudah membaca cerita tomat yang sangat mainstream ini, teman-teman :'D
Sebelumnya tomat merasa gagal banget buat first fic karena tomat ngerasa fic tomat yg pertama terlihat maksa banget ceritanya ;(((( *curcol* *jedotin kepala*. tomat mah apa atuh, butuh perbaikkan banget dan tiba-tiba muncul lagi dengan fic baru yang mugkin ga kalah anehnya huhu :')
Terima kasih jika teman-teman sudah mau review karena tomat sangat membutuhkan review teman-teman untuk perbaikan :D
Semoga teman-teman suka yaaa dengan fic ini.
Salam sayang,
Sasusaku & sweettomato ({})
