Kuroko no Basuke Datings Simulation
KnB belongs to Tadoshi Fujumaki
Story by NA-Shokun
Capitulo 1
Cast: Midorima Shintaro x YOU!
Rated : T
WARNING : TYPO, OOC, RUSH PLOT, AND MANY MORE
DON'T LIKE DON'T READ
.
.
.
Prophecy
.
.
.
"Midorima-kun?" Melambaikan tangan menyambut sosok yang sedang panik didepanmu. Kau terlihat kalem menanggapi adik kelasmu yang entah mengapa terlihat gugup hari ini. Masih mencengkram ponsel yang tergantung boneka piyo-piyo yang katanya merupakan barang keberuntungannya, kouhai yang kau panggil dengan embel-embel kun lagi-lagi menghindarimu setelah mengangguk sekilas membalas sapaanmu.
Menghela nafas, kau memaklumi sikap adik kelasmu yang mulai menghindarimu. Yah, tidak salah juga sih. Ini semua karena kejadian minggu lalu, kejadian yang serta-merta menimbulkan gosip santer disatu sekolahan yang membuatnya enggan untuk menyapamu lagi. Hey! Bukahkan itu semua hanya sebuah kebetulan? Kau sudah mencoba bijak, tapi itu lain masalahnya dengan adik kelasmu yang terkenal pendiam, pemalu, dan tsundere tingkat mengkhawatirkan.
Memijat tengkukmu yang tiba-tiba pegal, kau menyadari lagi-lagi ada beberapa anak yang menunjuk ke arahmu sambil berbisik-bisik pelan sebelum akhirnya tertawa renyah seakan menertawakanmu. Mengdengus melalui hidung mancungmu, kau kembali mereka ulang kejadian minggu lalu yang membuatmu sedikit kikuk kala bertemu dengan sang kouhai-mu itu.
.
.
.
"Midorima-kun?" Terpekik kaget sembari membenahi boneka yang kau acak-acak dari raknya. Kau terkejut kala mendapati kouhaimu sekaligus pemain basket regular disekolahmu walau masih duduk dibangku kelas satu sedang berdiri dihadapanmu sambil membawa satu keranjang penuh boneka piyo-piyo.
"Senpai." Sama sepertimu, sepertinya sang kouhai berwajah rupawan yang terbingkai frame kacamata tipisnya juga terkejut akan kehadiranmu. Dan yang lebih mengejutkan lagi adalah-
"Ba-baju kita sama." Tersenyum kikuk sambil menunjuk baju yang Midorima gunakan, kau menyadari bahwa baju musim dingin yang kau pakai sama dengan apa yang kouhaimu pakai. Kau memang tahu bahwa baju yang kau kenakan diproduksi masal secara berpasangan, tapi kau tak tahu bahwa Midorima-kun juga membeli satu dari sekian banyak model yang tersedia.
"A-a-"
"Wah, pasangan yang manis! Boleh kita mewawancarai kalian?" Belum sempat Midorima membalas, tiba-tiba kalian dikejutkan oleh reporter dan kameraman yang muncul dan menyorot langsung ke wajah kalian.
"A-ano-" Lagi, perkataanmu terpotong kala sang reporter menyela dengan indahnya.
"Ditengah cuaca dingin seperti ini kalian memakai baju yang sama. Betapa romantisnya~ Apalagi ini baju couple yang sedang trend akhir-akhir ini. Bagaimana tanggapan kalian tentang baju ini?"
Kau panik, menoleh untuk melihat mimik wajah Midorima-kun yang terlihat acuh sembari membenahi kacamatanya yang sedikit merosot. Apa? Apa yang harus kau katakan? Kalian bukan pasangankan? Jadi apa yang harus-
"Bajunya nyaman dan hangat untuk dipakai saat cuaca dingin seperti ini. Terima kasih, sekarang bisakah kami melanjutkan acara kencan kami?"
Mengerjapkan matamu lucu, kau tak percaya akan apa yang dikatakan oleh kouhaimu. Masih mematung sebelum akhirnya berderap pergi saat tangannya mengandeng tanganmu. Kau baru menyadari bahwa acara itu akhirnya ditayangkan pada minggu siang, dilihat oleh banyak siswa-siswi yang menuntut ilmu satu sekolah denganmu, menjadi gosip pasangan baru antara senpai dan kouhainya, menjadi sasaran cemburu para gadis penggemar sang shooter itu dan yang lebih menyakitkan dari semua itu adalah saat dia mulai menghindarimu dan bersikap acuh padamu.
.
.
.
Memakan bekal yang telah kau bawa dari rumah diatap sekolah, lagi-lagi pikiranmu melayang pada hari dimana kau mendapatkan semua masalah ini. Yah, padahal susah payah kau mulai akrab dengan kouhai-mu yang lucu itu. Menyeruput pelan jus jeruk yang kau ambil dari mesin penjual minuman kaleng, iris coklatmu menangkap pergerakan seorang pria berambut hitam belah tengah yang berlari kearahmu.
"Senpai!" Berteriak lucu memanggilmu sambil melambaikan tangannya yang penuh dengan plastik berisi makanan, kau membalasnya dengan mengangkat sebelah tanganmu, bergumam 'hn' karena jus yang masih belum kau telan semuanya.
"Boleh kami makan disini?" Memandangmu dengan tatapan memelas, kouhaimu yang kau panggil dengan panggilan Taka-kun mengangguk sejenak, kau menggeser sedikit tempat dudukmu dan memberikannya tempat untuk bergabung bersamamu.
"Shin-chan! Kemari!" Teriaknya memanggil figur tinggi yang sendari tadi mengekornya dari belakang, membuatmu sedikit tersedak oleh minumanmu sendiri.
Mengambil alih tempat duduk tepat dihadapanmu, kamu mulai gelisah ketika dia dengan santainya mengambil satu kantong roti diplastik yang dibawanya, membukanya menimbulkan bunyi 'poop' pelan, dan memakannya seolah tak pernah terjadi apa-apa.
"Ah! Jadi ingat!" Seru Takao sambil menyeka air minum isotonic yang barusan diteguknya menemani roti isi kare pedas makan siangnya. "Selamat buat kalian!" Lanjutnya riang sambil melingkarkan tangannya dipundakmu dan pundak milik Midorima-kun.
"Hah?" Bagai disetel dalam frekuensi yang sama, dirimu dan Midorima-kun menyuarakan satu keberatan yang sama. Saling berpandangan melempar tatapan tak percaya, akhirnya kau melepaskan rantai hidup yang melingkar dipundakmu.
"Dengar Taka-kun, ini semua salah paham." Saat dirimu mulai beragument, kau sedikit kesal kala Taka-kun menyelamu.
"Kenapa? Bukankah sesuai dengan ramalan?"
"Ya! Ya, sesuai dengan rama-what?" Membulatkan matamu sehingga terlihat semakin besar dan menambah efek dramatis, kau mendapati bahwa Taka-kun sedang dibekap habis-habisan oleh tangan-tangan berbalut perban dari belakang.
"Hey! Shin-chan! Apa-apaan kau?" Protes Taka-kun setelah berhasil melepaskan diri dari belitan Midorima-kun yang membuatnya sedikit mengalami sesak nafas.
"Jangan membicarakan hal yang tidak perlu-nanodayo. Cepat kita pergi." Membereskan sampai plastik yang berceceran didepannya Midorima-kun menarik kerah gakuran Taka-kun kuat-kuat untuk segera berlalu menjauhimu. Tidak terima dengan sikapnya yang akhir-akhir ini selalu mengacuhkanmu. Akhirnya kau beranjak berdiri untuk mencekal baju gakurannya yang melambai.
"Tunggu! Aku ingin dengar semuanya!" Mencekal pergerakan Midorima-kun yang semakin menjauh, kau membuat kouhaimu terkejut akan tindakanmu yang spontan.
"Tidak ada yang perlu-"
"Kalau begitu kau juga tidak perlu menghindar!" Berteriak histeris menyuarakan isi hatimu. Kau terisak kala rasa kesepian itu lagi-lagi menusuk tepat dijantungmu. "A-aku-aku minta maaf kalau waktu itu membuatmu malu. A-aku memang tidak pantas untukmu. A-aku-a-aku-" Mengelap ingus yang mulai turun dari hidungmu dengan lengan sailormu. Kau mulai mendata kesalahan apa saja yang mungkin kau lakukan sehingga kouhaimu itu mulai menjauhimu.
"Ta-tapi jangan acuhkan aku. Ma-maaf." Kau semakin terisak membuatnya dan temannya memandangmu dengan tatapan bingung. Akhirnya dia menghela nafas pasrah sambil melayangkan tatapan meminta pada Taka-kun.
"Bisakah kau pergi duluan?" Dan dibalas dengan sedikit anggukan singkat dan langkah kaki yang terburu-buru meninggalkan kalian yang masih terpaku diatap sekolah walau bel tanda jam istirahat berakhir sayup-sayup terdengar dari kejauhan.
.
.
.
"Maaf." Satu kata pembuka dari Midorima-kun untuk menguak rahasia dibalik sikap acuhnya selama seminggu ini.
"Ti-tidak apa-apa. A-aku yang salah." Masih dengan nada yang terbata-bata, kau menggelengkan kepala. Menyeka lelehan air mata yang mulai mengering dipipimu. Kau melihat Midorima-kun menutupi setengah wajahnya dengan tangannya.
"Bu-bukan senpai, tapi aku. Aku yang salah karena tidak memberitahu dari awal-nanodayo." Membenahi kacamata hitamnya, Midorima-kun berjalan mengangkat tangannya membantumu menyeka air matamu sekaligus membantumu menghadirkan rona merah diwajah chubbymu.
"Mi-Midorima-" Berkelit menahan malu, kau mencoba mengatur detak jantungmu yang mulai berpacu lebih cepat karena rangsangan hormon adrenalinmu.
Mengusap rambutmu yang sedikit berantakan oleh angin. Midorima-kun mengandengmu dan membawamu ketempat duduk terdekat mencoba meluruskan salah paham yang terjadi antara dirimu dan dirinya.
"Senpai-" Kau mengangguk, dengan gesture tubuhmu, kau mengatakan bahwa dia telah mendapat perhatianmu seluruhnya. "Sebenarnya waktu itu aku-"
Aaah-lagi-lagi dia terdiam, meremas tanganmu yang masih terbungkus oleh tangan besar-hangatnya. Sedikit tersenyum kalau kau menyadari ekspresi mukanya yang mirip kepiting rebus.
"Ra-ramalanku hari itu mengatakan bahwa lucky item-ku baju itu. Dan-dan memakai baju itu akan menuntunku pada-" Kalimatnya terhenti lagi, kali ini kau merasakan bahwa tangannya berkeringat dengan muka yang semakin memerah, terlihat semakin lucu dimatamu.
Dengan sabar kau menunggu kelanjutannya, sembari menggoyangkan kakimu yang terbalut uwabaki putih. Kau menikmati tiap detik pemandangan malu-malu yang ditampilkan oleh kouhai tsunderemu.
"Soul-soulmateku." Berbisik kecil-kecil, Midorima-kun melanjutkan perkataannya. Membuatmu terperangah kala suara bervolume kecil itu masih dapat menggetarkan gendang telingamu.
"Bo-bo-"
"Aku tidak bohong, senpai." Mencoba memotong bantahmu. Midorima-kun menyuarakan keberatannya saat kau hendak menudingnya sebagai pembohong. "Da-dan saat aku sadar itu senpai, aku jadi takut." Lanjut Midorima-kun sambil menundukan kepalanya membuatmu tak dapat menangkap ekspresi kesedihan pada air wajahnya.
"Memangnya aku hantu sampai kau takut begitu? Makanya kau menghidariku selama ini?" Tidak terima dengan perkataan kouhaimu, kau melepaskan genggaman Midorima-kun dan mulai berkacak pinggang memasang muka seram yang dibuat-buat.
"Bukan begitu." Balasnya lirih sembari memandangmu dengan kedua manik hijaunya. "A-aku cukup menikmati kesalahpahaman ini, a-aku tidak mau kalau senpai menyapaku, senpai akan menyuruhku untuk membersihkan gosip itu." Mengerucutkan bibirnya tanda tak rela membuatnya berkali-kali lipat semakin manis dimatamu.
"Senpai!" Pemandangan aji mumpung yang kau dapatkan membuatmu lupa akan keadaan disekelilingmu sampai dia memanggilmu dengan suara yang cukup keras.
"Ya-ya?"
"Kau pasti menganggapku anak kecilkan?"
"Eh?"
"Ya! Kau pasti menganggapku seperti itukan. Aku anak kecil, aku ini tidak pantas bersanding denganmukan? Dua tahun itu jarak yang cukup jauhkan? Lihatkan sekarang? Aku kekanak-kanakan, pasti senpai membenciku." Melepas kacamata yang dipakainya, Midorima-kun memijat pelipisnya yang mulai pening. Sedangkan kau sendiri mematung mencoba mencerna makna kata-katanya.
"Tuhkan! Senpai melamun lagi! Segitu tidak pantaskah aku menjadi kekasih senpai? Baiklah, maafkan sikapku selama ini. Aku-"
GREB!
Mencoba menahan teriakan gembira dihatimu yang hampir meluncur keluar melalui mulutmu, kau memeluk dada bidang Midorima-kun yang terhampar didepanmu. Mencium aroma maskulinnya yang kau rindukan selama ini, yang membuatmu mabuk kepayang sampai mewarnai mimpi-mimpimu disetiap kau memejamkan matamu.
"Hontou ni daisuki-dayo, Midorima-kun!" Tertawa tertahan diantara pelukanmu, kau tidak menyadari campuran ekspresi nano-nano yang terlukis diwajah kouhaimu yang mematung tak bergeming. Senang, malu, terkejut, dan lain-lain menyebabkan rona wajah merah permanen mewarnai pipinya.
"Se-senpai tidak sedang bercandakan?" Meragukan kalimat pernyataan cintamu, Midorima-kun membuatmu semakin merasa tertantang untuk membuktikannya. Melepaskan jalinan tanganmu yang melingkar dipunggungnya, kau menatap lurus pada mata bermanik emerald miliknya.
"Jadi sekarang kau yang meragukanku? Baiklah aku akan memberimu bukti." Meraih kerah gakurannya yang naik ke atas, kau menarik Midorima-kun untuk mensejajarkan tingginya yang menjulang 195cm dari atas tanah dengan tinggimu yang seperti kebanyakan gadis lainnya. Sedetik kemudian, bibir berpoles lipgloss warna peachmu menyapu bibir tipis milik Midorima-kun.
Awalnya dia cukup terkejut, semua itu dapat diilihat dari reaksinya yang membuka matanya lebar-lebar hingga terlihat seperti hampir meloncat keluar, tetapi setelah beberapa detik berlalu dengan kau sebagai pemimpinnya ternyata Midorima-kun mulai membalas ciumannya dengan kecupan-kecupan kecil yang membuatmu merasakan sengatan-sengatan listrik kecil dibibirmu. Ditambah dengan satu tangannya yang melingkar dipinggangmu dan lainnya menekan kepalamu dari belakang untuk memperdalam ciumannya. Memiringkan kepalanya, Midorima-kun membuatmu berjenggit kaget saat merasakan benda lunak yang menyapu bibirmu dan memaksa masuk kedalam mulutmu.
"Kuuh—" Melepas paksa untaian bibir yang terjalin, kau masih dapat melihat benang tipis saliva yang terputus setelah jarak memisahkan kalian. Benang yang terjalin akibat lidahnya yang sempat kau rasakan menginvansimu selama beberapa detik.
"Mi-Midori-Midorima-kun—" Tergagap memanggil namanya, kau menutupi bibirmu yang bengkak dengan punggung tanganmu. Masih dengan warna wajah bagai direbus diair mendidih, kau mencoba mengatur nafasmu yang naik turun dengan cepat.
"Hn?" Menjawab panggilanmu dengan sedikit bergumam, tangan panjangnya terjulur membelai pipi chubbymu
"Ya-yang tadi apa?" Olala, rupanya kau masih shock dengan perlakuan kouhai-mu. Karmakah? Karena kau begitu berani untuk memulainya?
"Tanda jadian?" Balasnya polos ditambah dengan aksen bertanyanya yang membuatmu sedikit naik darah. Dan lebih kesal lagi ketika Midorima-kun mulai merogoh kantong celananya, mengeluarkan ponsel flipnya dan mulai mengabaikanmu.
"Hey!" Mencubit pelan lengannya walau percuma karena lapisan seragamnya yang tebal. Kau tidak segan-segan menampilkan wajah masammu atas kelakuan –pacar baru mudamu- itu. "Barusan kau bilang kita jadian dan sedetik kemudian kau mengacuhkanku." Keluar sudah sifat childishmu yang sebenarnya pernah beberapa kali kau perlihatkan padamu.
"Sebentar senpai—" Mencubit hidungmu membuatmu bersungut-sungut mengusapnya karena merah, Midorima-kun kembali menekuni kegiatan mengetik tombol keypad ponselnya. "Aku ingin mengirim comment disebuah situs." Menutup ponselnya dan meletakannya kembali disakunya. Midorima-kun mengandeng tanganmu dengan malu-malu, membimbingmu menuju pintu keluar dari atap sekolah.
"Comment? Pasti disitus ramalankan?" hampir setengah tahun kau mengenalnya dan selama itu pula kau mengetahui kebiasaannya yang selalu mempercayai ramalan.
"Yup, ucapan terima kasih."
"Hah?"
"Ucapan terima kasih, karena ramalannya hari ini sangat tepat sekali."
"Maksudmu?" Mengeryitkan alismu tanda tak mengerti kau membuat senyum yang terpatri diwajah kakunya semakin berkembang.
"Rahasia-nanodayo." Memalingkan wajah untuk menutupi semburat merah dipipinya. Midorima-kun membuatmu penasaran dan bersumpah akan mengoreknya secepat mungkin.
.
.
.
Fin
.
.
.
From: Anonymous
Terima kasih atas ramalan dan juga sarannya.
Berkat sarannya hari ini aku berhasil mendapatkan gadis yang kusukai.
Yah, walaupun aku tidak tahu kenapa hari ini lucky itemnya harus saputangan warna pink dengan corak love-love.
Kau tahu? Aku bisa mati berdiri kalau semua orang tahu aku menyembunyikan saputangan itu didalam kantong celanaku-nanodayo
Dan jangan lupakan saranmu minggu lalu yang membuat dompetku ludes seketika dengan menyuruhku memborong boneka piyo-piyo agar bertemu dengan soulmateku!
Lain kali yang sedikit masuk akal-nanodayo.
Tapi—
Untuk kedepannya aku juga mohon bantuan ya!
Login 3 minutes ago
.
.
.
Dari sumber-sumber yang entah bisa dipercaya atau tidak
Saya mendapatkan hint kalau sih Midorimacchi ini suka sama yang 'lebih tua'
Jadinya begini deh.
Enaknya chapter depan sama siapa ya? Maybe GOM dulu dihabisin ya? Baru ke yang pemain team yang lain.
Mind to review?
Sankyu-Shokun
