I Love You So Mad
Disclaimer © Masashi Kishimoto
Warning:
AU, OOC, Typo(s), Mainstream, Alur Cepat, EYD Amburadul, Dll.
Konoha Gakuen adalah SMA di kota Konoha yang cukup ternama. Konoha gakuen bukan sekolah elite yang biayanya mahal. Konoha Gakuen adalah sekolah biasa untuk orang-orang biasa, walaupun ada beberapa murid elite yang kaya dan pintar.
Saat ini adalah jam istirahat, tak heran suasana di Konoha Gakuen sangat riuh. Banyak siswa yang nongkrong di kantin, atap, koridor dan kelasnya hanya untuk makan siang dan berbincang dengan temannya. Ada juga murid-murid penyendiri yang hanya memakan makanannya dan tak berbincang dengan siapapun karena dia merasa tak punya teman atau tak mau mendekati yang lain. Biasanya mereka hanya membaca buku, memainkan handphone-nya atau tidur siang.
Di kelas 2-C, telihat seorang pemuda berambut pirang jabrik acak-acakan dengan seragam tak rapi, yakni kemeja pendek berwarna putih tak dimasukan ke dalam celana panjang biru tuanya sehingga terkesan urakan, dia tengah melangkahkan kakinya keluar kelas.
"Seperti biasa, Uzumaki Naruto selalu terlihat menyeramkan ya." Pemuda berambut coklat pendek nyengir pada temannya, cengirannya membuat tato segitiga merah terbalik di masing-masing pipinya sedikit terangkat.
"Kau benar Kiba! Dia selalu pasang tampang seram seolah berkata jangan-dekati-aku!" sahut gadis berambut merah muda pendek dibelah tengah.
"Tch. Merepotkan." Pemuda berambut hitam dikuncir tinggi hingga tampak seperti nanas membereskan bukunya dengan malas. "Jangan membicarakannya kalau kau tak mau berurusan dengannya!"
"Betul kata Shikamaru-kun! Kita jangan mengusiknya! Benar kan Sasuke?" ucap pemuda berbadan besar yang berdiri di samping Shikamaru sambil membuka snack potato chips cemilannya. Dia bertanya pada pemuda yang berdiri di sampingnya.
"Hn." jawab Sasuke si pemuda paling tampan dan cool dengan acuhnya.
Gadis berambut merah muda tersenyum kecil. "Kalian salah! Justru sekarang Ino harus berurusan dengan lelaki itu!"
"Hah? Apa maksudmu Sakura?" tanya Kiba heran dan penasaran.
'Hahh~' Gadis berambut coklat dicepol dua menghampiri seraya menarik nafasnya dalam kemudian menghempaskannya kasar. "Kemarin Sakura dan Ino taruhan."
"Taruhan apa Tenten?" tanya Shikamaru sedikit tertarik.
"Mereka judi-eh-taruhan bola, jika yang menang AmegaFC maka Sakura harus nembak Naruto dan menyerah bersaing dengan Ino untuk mendapatkan Sasuke, sebaliknya.. jika IwagaFC menang, Ino yang harus nembak Naruto dan menyerah pada Sasuke." jelas Tenten. Dia sedikit jengkel dengan tingkah konyol kedua sahabatnya.
"Dengan kata lain mereka judi bola dengan taruhan yang kalah harus nembak berandalan?" tanya Shikamaru retorik. "Merepotkan."
"Begitulah." Tenten menanggai acuh.
Sakura menunjuk Ino si gadis berambut pirang style ponytail yang sejak tadi duduk diam di bangkunya pura-pura tuli. "Jadi Ino-chan! Hari ini persiapkan dirimu tuk nyatakan cinta pada Uzumaki Naruto!"
Ino bergidik ngeri. "Jangan bercanda.. mana mungkin aku melakukannya!"
"Ino, kau sendiri yang mengusulkan." Sakura cemberut seraya melipatkan tangan di dadanya.
"Bagaimana kalau dia menolakku?"
Sakura mengangkat bahunya-tak peduli. "Kalau dia menolakmu, ya sudah, kau hanya perlu menembaknya.. aku tak akan menuntutmu macam-macam."
"Benarkah?! Yosh! Aku yakin dia pasti akan menolakku karena dia tak mengenalku!" Ino sedikit mendapatkan kembali semangatnya.
Sasuke mendelik Sakura dan Ino sekilas. 'Kenapa aku jadi bahan taruhan? Menyebalkan!' batin Sasuke sedikit kesal.
(눈̭눈 )
Teng Teng Teng
Bunyi bel menggema di seluruh penjuru Konoha Gakuen. Para siswa menyambut bel tersebut dengan bahagia.
"Ya! Kita akhiri pelajaran hari ini! Lanjutkan soal tadi di rumah!" Sensei berambut perak memakai setelan kemeja putih berdasi merah garis hitam dan celana hitam yang disetrika rapi mengakhiri pelajarannya.
"Baik!" sahut para siswa di kelas tersebut semangat.
Naruto langsung berkemas membereskan alat tulisnya kemudian melangkah keluar kelas. Dia tak sadar bahwa dia di perhatikan oleh Ino dan kawan-kawannya.
Gadis berambut panjang sepunggung warna biru dongker yang duduk di depan bangku Ino menoleh pada Naruto kemudian mengalihkan pandangannya pada Ino. "Ino-chan, apa kau benar-benar akan menyatakan cinta pada Uzumaki-san?"
Ino sambil mengangguk ragu. "U-Um."
Sakura mendorong Ino dengan semangat. "Cepatlah! Kalau tidak, dia akan segera pulang! Lihat! Dia sudah berjalan keluar kelas!" Sakura menunjuk Naruto yang sudah melangkah keluar kelas.
'Sialan! Semangat banget sih kalau soal ngerjain aku!' gerutu Ino dalam hati. "Huh! Aku tahu! Aku akan mengejarnya!"
Ino berlari mengejar Naruto yang telah keluar kelas. Teman-teman Ino tak bisa menahan rasa penasaran mereka. Mereka membuntuti Ino untuk melihat apa yang akan terjadi.
(눈̭눈 )
Di lapangan parkir Konoha Gakuen, pemuda pirang tengah memakai helm hitam seraya menaiki motor ninja merahnya.
"Tunggu! Uzumaki-san!"
'Hmm? Sepertinya ada suara gadis yang memanggilku?!' batin Naruto dalam hati, dia terdiam untuk sejenak. Naruto menggeleng-gelengkan kepalanya. 'Ah tidak mungkin!' Naruto menaiki dan menstater motornya.
Syut!
Seseorang menggamit kemeja Naruto.
"Uzumaki-san tunggu! Jangan pergi dulu!"
Naruto menatap orang yang menggamit kemejanya. Gadis pirang cantik tengah menatapnya dengan iris blue aquamarine-nya sambil ngos-ngosan. Sejenak Naruto sedikit terkejut karena suara gadis tersebut bukan khayalannya, dia langsung mematikan kembali motornya kemudian membuka helmnya. Gadis tersebut melepaskan pegangannya di kemeja Naruto.
Naruto langsung turun dari motornya dan menatap gadis pirang itu penuh selidik. Berbeda dengan Naruto, gadis yang di tatap Naruto menatapnya takut-takut.
'Waaaaa~! Ya-Yamanaka Ino! Ada apa dia memanggilku! Tenang! Naruto kau harus tenang! Tatap matanya dan tanyakan ada apa.' batin Naruto ribut berusaha menata hatinya yang tegang. "Ada apa, Yamanaka Ino-san?"
'Hiii~ menakutkan! Dia menatapku! Tatapannya menakutkan! Tolooong aku ayah! Ibu! Aku merasa seperti akan di terkam binatang buas!' batin Ino mencicit frustasi. "A-Ano.. aku ingin membicarakan sesuatu padamu."
Naruto menatap Ino bingung. "Ha?"
"A-Aku.. aku tak bisa berhenti memandangimu. A-Aku ingin bersamamu! A-Aku menyukaimu! Maukah kau menjadi pacarku!" seru Ino sedikit berteriak sambil menundukan wajahnya. 'Tunggu apa yang terjadi! Aku memujinya telalu berlebihan!'
Naruto langsung menarik tangan kiri Ino membuat Ino sangat terkejut. Entah mendapat penguat batin darimana, saat ini Ino berani menatap mata beriris blue saphire tersebut secara langsung. "Dengarkan aku baik-baik"
"A-Apa?" Ino gugup bercampur heran.
Naruto menatap jam tangan kulit berwarna biru laut yang terpasang di lengan kiri Ino. "Jumat, 15 Juli 2016 tepat jam 15 lebih 15 menit.." ucap Naruto seraya menatap Ino tajam. Ino memandang Naruto bingung dan menunggu kata-kata yang akan di ucapkan Naruto selanjutnya. "Adalah waktu dimana aku jatuh cinta padamu dan waktu dimana kau menjadi miliku."
Ino terpaku atas ucapan Naruto. 'MATI AKU!' teriak Ino dalam hatinya. Badannya menjadi terasa lemas. Ino tersenyum kecut. "Be-Begitu ya.. Ja-Ja-Ja-"
"Jadi sekarang kau pacarku! Ayo kuantar kau pulang!" potong Naruto sambil melepaskan tangannya pada Ino lalu menaiki motornya.
"Ah tak perlu! Aku akan pulang bersama teman-tem-"
Naruto menyodorkan helm-nya. "Naiklah!" potong Naruto terdengar memerintah.
"I-Iya." Ino tak bisa menolak, dengan enggan dia menerima helm Naruto seraya memakainya kemudian menaiki motor.
Naruto melajukan motornya dan mereka pun melesat keluar dari parkiran. Mereka tak tahu, ada beberapa pasang mata yang memperhatikan.
"Wah sepertinya mereka benar-benar jadian." celetuk Sakura yang dari tadi memperhatikan mereka berdua dari kejauhan bersama teman-temannya yang lain.
Tenten menatap Ino miris. "Sepertinya begitu."
"Semoga tak terjadi sesuatu yang buruk pada Ino!" ucap Hinata khawatir.
"Sudahlah jangan dipikirkan Hinata-chan.. aku yakin dia akan baik-baik saja. Sepertinya Naruto bukan tipe cowok kasar pada gadis.. Nah! Bagaimana kalau kita ke cafe?!" Kiba mencoba menenangkan agar Hinata tak terlalu khawatir.
"Aku setuju! Ne Sasuke!" Sakura menepuk Sasuke pelan.
"Hn." jawab Sasuke singkat.
(눈̭눈 )
Naruto melajukan motornya sangat kencang membuat Ino terpaksa harus memeluknya dengan erat kalau tak mau jatuh.
Ckit!
Naruto menghentikan motornya mendadak.
'Kenapa dia berhenti?' Ino menatap Naruto heran dibalik helm yang dipakainya.
Naruto menatap Ino lewat kaca spion sambil menggaruk pipinya yang tak gatal. "Eto.. ngomong-ngomong dimana rumahmu?" tanya Naruto salah tingkah.
Ino sweatdrop mendengarnya. "Setelah dari jalan ini, belok kanan, ada rumah cat hijau bernomor 7, disitu rumahku.. dan a-anoo.. tolong jangan ngebut."
"Oh.. ternyata rumahmu tak begitu jauh dari sekolah dan untung aku tak mengambil jalan yang salah.. baiklah aku takkan ngebut." Naruto kembali melajukan motornya tapi dengan kecepatan normal.
Tak lama kemudian, mereka telah sampai di depan rumah Ino. Rumah mewah dengan halaman yang sangat luas. Motor Naruto berhenti di depan pagar halaman rumah tersebut. Ino langsung turun dari motor. "A-Arigatou Uzumaki-san.."
"Naruto."
"Eh?"
"Panggil aku Naruto saja Ino!" tegas Naruto mengisyaratkan.
"Ba-Baiklah.. Arigatou Naruto-kun" ucap Ino gugup dan gagap. "Ka-kau mau berkunjung dulu?"
Wajah Naruto berubah tegang. 'Glek! Gawat.. hatiku belum siap bertemu keluarganya! Ini terlalu mendadak!' seru Naruto gelisah dalam hatinya. "Ma-Maaf.. mungkin kapan-kapan saja ya!" tolak Naruto gugup.
Ino tersenyum lega. "Ba-Baiklah.. Ja!" Ino berlari masuk ke pekarangan rumahnya.
Naruto hanya tersenyum kecil menanggapinya, dia terus menatap Ino. Setelah Ino masuk kedalam rumah, dia langsung melajukan kembali motornya meninggalkan kediaman Yamanaka dengan wajah yang tampak sangat berseri-seri.
(눈̭눈 )
"HAAAAAH?!"
Teriakan beberapa pemuda terdengar menggema di rumah tradisional yang cukup besar. Terlihat empat orang pemuda tengah duduk di karpet dengan wajah terkejut. Didepan mereka berdiri seorang pemuda berambut putih dengan kulitnya yang coklat, dia memakai baju seragam musim panas yaitu kemeja pendek berwarna putih dan celana panjang berwarna hitam. Baju seragam sekolah khusus lelaki, St. Kazeshini Gakuen.
Pluk.
Seorang pemuda berambut merah dengan tato 'AI' di dahinya memakai sweater merah dan celana jeans hitam menjatuhkan pocky yang sedang dimakannya. Mimik wajah yang biasanya kalem terlihat sangat terkejut. Iris jade-nya membulat. "A.. Apa?"
"Gaara-kun, jangan mengotori karpet atau pemilik kostan akan marah besar padamu!" Pemuda berkulit pucat tersenyum penuh arti menatap Gaara dengan matanya yang semakin menyipit karena senyumannya.
Pemuda yang tengah berdiri tersebut tubuhnya bergetar, wajahnya pun terlihat sangat terkejut. "I.. Ini beneran Sai! Tadi aku melihat Naruto membonceng gadis!"
"Sebuah keajaiban..." gumam seorang pemuda Sai. Dia memakai baju yang sama dengan si pemuda yang tengah berdiri.
"Omoi, Ga-Gadis itu pasti jelek kan? Aku benarkan?" tanya pemuda berambut hitam rapi dengan style seperti mangkok terbalik dan selalu memakai pakaian ketat. Dia memakai jeans hijau pensil ketat dan baju kaos ketat.
"Aku gak tahu, dia pakai helm!"
"Untuk beberapa alasan, tiba-tiba aku benci Naruto.. tidak, lebih tepatnya aku ingin membunuhnya." Pemuda berambut putih dan bergigi runcing seperti ikan hiu memasang tampang geram seraya menghisap rokoknya. Seragam yang dipakainya sama seperti Sai dan Omoi.
"AKU JUGA!" teriak Lee sambil mengacungkan tangan kanannya.
"Aku juga.." ucap si rambut merah datar.
"Aku juga!" seru Omoi geram.
"...aku juga..." ucap Sai.
Tap Tap Tap
Para pemuda tersebut mengalihkan pandangannya kepada orang yang sedang berjalan kearah mereka. "Yo Gaara! Omoi! Sai! Suigetsu! Lee!" sapa Naruto sambil menghampiri mereka.
Para pemuda itu tak menanggapi sapaan Naruto, mereka malah menatap Naruto dingin. Naruto mengambil rokok yang tergeletak di karpet seraya meletakannya di bibirnya kemudian mengeluarkan gasolin dari sakunya.
Ctek! Ctes!
Naruto menyalakan rokoknya.
Fwuuuuu~ Fuhhhhh~
Naruto menghisap rokok itu dan menghembuskannya. "Cuaca yang indah." Naruto menatap langit-langit ruangan seolah itu pemandangan langit diluar.
Fwuuuuu~ Fwohh~ Fwohh~ Fwohh~
Naruto kembali menghisap rokoknya dan menghembuskanya dengan membuat asap berbentuk lingkaran. "Begitu indah.." Naruto berjalan meninggalkan mereka berlima kekamarnya dihiasi senyum penuh misteri.
Omoi dan kawan-kawan yang tadinya hanya diam melongo memperhatikan tingkah Naruto yang sok seperti pujangga menjadi semakin geram.
"APA-APAAN ITU!"
"Sialan! Tampangnya menyebalkan! Seperti sampah!"
"Ini penghianatan!"
"Penghianatan habis-habisan!"
"Benar!"
Umpatan mereka tak terdengar oleh Naruto karena sudah masuk ke kamarnya.
To Be Continued
(눈̭눈 ) Note:
Hai kembali lagi bersama saya, kali ini saya membuat cerita mainstream yang sering dilecehkan karena terlalu umum tapi juga digemari. Thanks sudah mampir dan baca. Kalau mau, silahkan keripik sambal-nya. (^-^)/
Sampai nanti kawan-kawin.
