Antri
Wiell Present
Kuroko no Basuke © Fujimaki Tadatoshi
Disclaimer :
Cerita ini milik saya, jika ada kesamaan bukan suatu kesengajaan.
.
Akashi sudah cukup kesal dengan mengantri di musin dingin kali ini namun kekesalannya bertambah ketika ia malah bertemu dengan bocah yang memanggilnya om itu.
Warning!
Typo bertebaran. BL. Bahasa campuran. OOC.
If you Don't Like Don't Read . Please! RnR!
[AKAKURO]
.
Malam itu Akashi pergi keluar dengan sebuah mantel coklat mudanya. Rambut merahnya tertutup sebuah beanie pemberian Kise waktu ulang tahunnya tahun lalu. Tujuannya hanya satu, kedai nasi goreng didekat sekolahnya. Cukup lima menit berjalan maka sampai sudah ia disana. atau mungkin akan bertambah satu dua menit dicuaca saat ini.
"Ya ampun dinginnya." keluhnya pelan. ia kembali menggesekkan kedua telapak tangannya sembari meniup udara hangat dari bibirnya yang mulai beku. Mengeratkan mantelnya ketika angin berhembus pelan.
Lalu berdecak kesal kala melihat antrian yang cukup panjang itu. Akashi melirik sekilas jam tangannya. Jam 8 malam. Tak mengherankan melihat antrian panjang ini, nasi goreng disini memang spesial rasanya –menurut Akashi sendiri.
Sembari menunggu gilirannya, ia mengedarkan pandangannya ke sekitar. Menatap jalanan yang sepi karena dinginnya udara membuat semua orang malas beranjak dari rumahnya yang hangat.
"Permisi... permisi..."
Lalu tiba-tiba suara yang amat datar –menurut Akashi- mengintrupsi perhatiannya pada jalanan. Seketika ia mengalihkan pandangannya kekiri. Lelaki yang kurang tinggi dari Akashi–atau pendek, begitu Akashi menyebutnya. Padahal jika dilihat, tinggi badan keduanya nyaris sama. Hanya lebih mungil darinya.
Dengan mantel abu panjang mencapai lutut, dan jeans biru serta kets melapisi penampilannya. Namun seketika Akashi melebarkan matanya saat lelaki itu tiba-tiba berlari bagian depan. Mengabaikan antrian panjang –sekitar 5 orang termasuk Akashi diurutan kedua, yang menunggu pesanannya. Dan seketika itu berbagai umpatan serta makian diterima lelaki itu. lelaki itu hanya tersenyum girang sekaligus meminta maaf.
Dan termasuk Akashi. ia menggeram kesal. Ia antri bukan untuk direbut begitu saja.
"Hei, kau!" seru Akashi kesal. Telunjuknya mengarah ke lelaki itu. dan seketika orang-orang menatapnya.
"Apa kau tidak bisa melihat?" ucapnya setelah mendapat perhatian lelaki dengan surai biru muda itu. Akashi berdecak, ia berkacak pinggang.
Lelaki itu menatap Akashi sengit, walaupun tak begitu terlihat."Kenapa kau marah-marah padaku?"
"Kau tidak bisa melihat antrian ya, bocah? Atau kau tidak tahu cara mengantri ya?" balasnya tak kalah sengit.
"Dasar om-om tua," gumamnya, "jangan-jangan om yang tidak bisa melihat, aku anak kecil om." Dan lelaki itu membalikkan badannya setelah memberi juluran lidah pada Akashi.
"Aku bukan om-om bocah pendek." Ucap Akashi datar. Mana terima dikatai om-om oleh bocah ingusan itu.
"Tetsuya, kau tidak boleh seperti itu." tegur pemilik kedai itu. Paman Kuroko , Akashi memanggilnya.
Yang dipanggil Tetsuya mendengus keras, ia berkacak pinggang menatap paman Kuroko jengkel, "Kenapa? Aku tidak salah."
"Dasar bocah, bodoh atau apa?" lirih Akashi menatap bocah itu.
"Ya ampun. Akashi tolong maafkan Tetsuya ya. Ia hanya jahil kok." Paman Kuroko mengabaikan putranya yang menggerutu, menatap Akashi menyesal. "Dan semuanya, maaf ya."
"Tidak apa paman, makhlum hanya bocah." Ucap Akashi kalem, ia bersendakap dada. Lalu berjalan pergi meninggalkan antrian itu. Nafsu makan nasi goreng hilang entah kemana.
"Hei!" teriak Tetsuya lagi. Matanya menatap Akashi tajam dikejauhan. "Awas ya kau, om-om jelek."
"Aku bukan om-om bocah." Lalu teriakan suara berat Akashi mengalun diudara.
END
a/n :
Awalnya ini cerita untuk fandom sebelah, tapi tapi aku ganti untuk ini.. hehe
Super pendek ya?
Thank's all.
