Laut…
Luas, sangat luas, airnya asin, didalamnya banyak makhluk yang mustahil ditemukan di air tawar…
Warnanya biru… Biru cerah yang perlahan-lahan semakin gelap, semakin dalam.
Horizon biru yang membatasi langit.
Benar, seratus persen benar!
Aku terkagum sampai aku lupa, tujuanku untuk melihat laut, sudah tidak lagi sama seperti dulu…
Dulu, tujuanku melihat laut, adalah agar aku benar-benar merasa menjadi manusia yang bebas.
Manusia yang tidak lagi terkurung di dalam sangkar bodoh layaknya ternak.
Tapi setelah semua kehilangan demi kebebasan itu, tujuanku sedikit berubah.
Tujuanku adalah memenuhi impianmu…
Hanya saja… Maaf… Aku bukan kawan yang baik… Bukan sahabat sejati…
Keindahan horizon biru itu memukauku, membuatku lupa semua tujuanku…
Namun… Ketika horizon biru itu tercampur oranye mentari senja…
Seketika sadarku kembali…
Tanpa peringatan angin kencang menerpaku tanpa ampun. Sebelah tanganku menahan terpaan angin itu. Sebelahnya lagi bersusah payah memegang sebuah kotak kayu.
Anginnya semakin kencang, kedua kakiku sempoyongan berusaha tetap berdiri, dan seketika itu juga…
Kotak kayu merah maroon itu terbuka dan menerbangkan seluruh isinya begitu saja.
Semakin jauh… jauh… jauh… bergulir bersama angin, terbang menjangkau horizon biru itu.
Ku sandarkan telapak tanganku di atas pelipis, mataku menerawang mengikuti pergerakan abu itu yang begitu tergesa-gesa meninggalkan kotaknya, menjauhiku, mendekati sang horizon biru.
"Sebegitu inginnya kau melihat laut ya? Armin…?"
Terbang jauh dan gapai impianmu…
~Rest in peace… Armin Arlert ~
