Disclaimer :
Harry, Sirius, Myrtle, and Mr. Pettigrew (Peter Pettigrew) belongs to JK. Rowling.
(...) and (...) belongs to K.A. Applegate. Di chapter ini belum disebutin namanya. XD
A/N : Ini fic pertama saya yg genrenya ga cuman sekedar romance. Jadi, maap kalo feelnya belom dapet... Enjoy reading^^
Chapter 1 : Death Hill
NORMAL POV
Death Hill adalah nama sebuah pemakaman umum yang terletak di sebuah kota terpencil bernama Witchmorphille. Kota kecil ini terletak di pedalaman Negara Inggris, jauh dari keramaian dan kesibukan Negara maju ini. Sore itu, Death Hill terlihat sangat sepi seperti biasanya. Tak banyak yang bisa dilihat selain batu-batu nisan yang berjejer dengan rapi. Si penjaga pemakamanpun memilih untuk bersantai di pondoknya yang terletak di sebelah gerbang pemakaman persis. Pengunjung sore itu baru satu orang. Seorang anak laki-laki kurus pendek dengan rambut hitam berantakan dan memakai kacamata berbentuk bulat di balik mata hijaunya yang indah. Anak itu memasuki gerbang pemakaman dengan langkah perlahan setelah memarkir sepedanya di dekat pondok si penjaga pemakaman.
Anak laki-laki itu bernama Harry, Harry Potter. Ia seorang anak yatim piatu sejak bayi. Sore itu, ia mengunjungi makam kedua orangtuanya karena hari ini adalah hari kematian kedua orangtuanya. Harry tak pernah sekalipun absen untuk menemui kedua orangtuanya setiap tahun dalam 15 tahun ini.
Harry anak yang sangat tegar. Setelah orangtuanya meninggal karena kecelakaan mobil, Harry yang masih bayi dititipkan kepada ayah baptisnya, Sirius Black. Sebenarnya Harry masih mempunyai saudara kandung, yaitu bibinya. Namun, sang bibi tidak bersedia untuk merawatnya. Walaupun begitu, Harry sudah sangat bersyukur dengan keadaannya. Sirius sangat menyayangi Harry, jadi ia tak memiliki alasan untuk menyesali takdirnya. Belum lagi kasih sayang yang dia dapat dari sahabat-sahabatnya. Harry sudah merasa bahagia dengan hidupnya. Hanya satu hal yang belum bisa Harry miliki sampai sekarang, yaitu sosok seorang ibu karena sampai saat ini Sirius masih betah membujang.
Tak lama setelah berjalan, Harry menemukan apa yang dia cari. Di bawah sebuah pohon yang besar, Harry duduk bersila dengan santainya di depan makam kedua orangtuanya, James dan Lily Potter. Harry menaruh dua buket bunga yang dibawanya di masing-masing makam orangtuanya. Setelah mendoakan kedua orangtuanya dengan khusuk, Harry mulai 'berbicara' pada orangtuanya.
"Mom… Dad… Tak terasa sekarang sudah tepat 15 tahun kita berpisah", Harry berucap lirih, "Apakah Mom dan Dad baik-baik saja di atas sana? Kuharap begitu… Seperti aku yang selalu baik-baik saja bersama Sirius. Apa? Oh… Sayangnya belum… Sirius masih saja gonta-ganti pacar. Dan dia masih berpedoman untuk tidak menikah. Kurasa percuma saja membujuk dia…", Harry tersenyum kecil sebelum melanjutkan, "Aku sekarang sudah kelas 2 SMA, Mom, Dad… Tahun depan aku akan berusia 17 tahun. Aku memang masih belum setinggi Ron, tapi aku jamin aku bukan anak kecil seperti dulu lagi. Aku tidak akan menangisi Mom dan Dad lagi meskipun aku sangat merindukan kalian. Aku... aku sangat menyayangi kalian..."
Harry terdiam cukup lama setelahnya. Ia merasakan matanya mulai panas, tapi ia sudah berjanji tak akan menangis. Ia pun menepatinya. Dengan satu tarikan napas panjang ia menghilangkan keinginannya untuk menangis. Sebaliknya, ia mulai tersenyum ceria dan melanjutkan kata-katanya.
"Aku tahu kalian juga sangat menyayangiku. Terima kasih Mom, Dad. Kalian telah memberiku kehidupan yang bahagia ini. Sekalipun kita tidak cukup lama bersama, tapi aku berharap kalian juga sebahagia aku disana. Ohya, maafkan aku ya, aku tidak bisa lama-lama. Hari ini Sirius mengajakku makan diluar, aku harus segera pulang. Sirius titip salam untuk kalian. Maafkan dia ya, dia terlalu sibuk sampai jarang mengunjungi kalian. Tapi aku jamin dia tidak pernah melupakan Mom dan Dad kok. Dia masih sering bercerita tentang kalian padaku. Oke... aku benar-benar harus pergi sekarang. Bye Mom, bye Dad... I love you."
Harry berdiri dengan perlahan sambil merapatkan jaketnya. Angin berhembus perlahan membuat rambut Harry yang berantakan menjadi semakin berantakan. Ternyata sore sudah hampir beranjak malam. Matahari beranjak turun sambil menebarkan semburat jingganya di hamparan langit yang mulai menggelap. Harry menikmati pemandangan itu sambil berjalan di antara nisan yang berjajar rapi. Tak jauh dari gerbang pemakaman, Harry melihat seorang laki-laki berambut pirang kecoklatan yang juga sedang mengunjungi sebuah makam. Tumben sekali ada pengunjung lain selain aku, batin Harry. Harry mengamati laki-laki itu sambil berjalan. Laki-laki itu tidak melakukan apa-apa. Ia hanya duduk terpaku sambil menatap nisan di depannya. Dari jarak yang tak terlalu jauh, Harry bisa melihat seorang gadis berdiri di belakang laki-laki itu. Gadis itu sangat cantik. Tubuhnya tinggi, langsing, dan rambutnya sangat indah, pirang bergelombang dan berkilau. Gadis cantik itu terus menatap laki-laki itu. Kemudian, dengan gerakan perlahan, gadis itu melangkah maju dan membungkukkan badannya untuk memeluk laki-laki tadi dari belakang. Laki-laki itu sama sekali tidak bereaksi, masih terpaku menatap nisan di depannya. Entah apa yang dipikirkannya, raut mukanya terlihat sangat kosong, tak bisa ditebak.
"Mereka romantis sekali ya?"
Harry yang sedang memandang laki-laki dan gadis tadi tersentak kaget mendengar suara yang tiba-tiba muncul itu. Harry mengedarkan pandangannya, tapi ia tidak melihat siapa-siapa. Saat ia memandang ke arah laki-laki dan gadis tadi, ia hampir terjungkal ke belakang saat sosok yang berbicara tadi sudah berada di depannya. Sosok seorang gadis yang lebih pendek dari Harry dan juga lebih muda. Berambut hitam dikuncir dua, memakai kacamata berbingkai tebal dan gaun terusan berwarna hitam. Gadis kecil itu tersenyum dan berdiri di sebelah Harry, ikut memandang pasangan tadi.
"Romantis kan?", tanya gadis itu lagi.
"Emm... I-iya... kurasa iya...", Harry menjawab dengan gugup, sebisa mungkin tak menoleh ke sampingnya.
"Mereka berdua pasti saling mencintai...", gadis di samping Harry berkata lagi.
"I-iya sepertinya begitu... A-aku rasa aku harus pergi sekarang," Harry berkata, membuat gadis di sampingnya menoleh.
"Benarkah? Sayang sekali... Padahal aku masih ingin bersamamu Harry. Kau kesini hanya dua kali dalam setahun. Saat ulangtahunmu dan saat hari kematian orangtuamu seperti sekarang. Aku harus menunggu sembilan bulan lagi untuk bertemu denganmu. Itu lama sekali...", gadis kecil itu mulai terdengar manja.
"Ma-maafkan aku Myrtle, Sirius sudah menungguku di rumah.", kata Harry lagi, "Aku akan datang lagi... emm... sembilan bulan lagi... Bye..."
Harry segera berbalik dan berjalan pergi. Sekilas ia melirik pasangan tadi. Si laki-laki sudah berdiri dan si gadis berdiri di belakangnya. Mungkin laki-laki itu mau pulang.
"Bye Harry!", Myrtle berseru ceria di belakang Harry. Mendengar itu Harry segera mempercepat langkahnya.
Sampai di gerbang pemakaman, ia berpapasan dengan sang penjaga pemakaman, Mr. Pettigrew. Harry tersenyum padanya sambil memasukkan amplop putih berisi uang sumbangan untuk pemakaman ke dalam kotak yang ada di dekat gerbang.
"Hei anak muda, sepertinya kau mendapat teman baru", kata Mr. Pettigrew kepada Harry sambil melirik ke arah si laki-laki pirang yang sedang berjalan ke arah mereka. Gadis cantik tadi masih di belakangnya. Tangan si gadis memegang pergelangan tangan si laki-laki yang tetap berjalan dalam diam.
"Ya, kurasa begitu," jawab Harry (lagi-lagi) sekenanya sambil menghampiri sepedanya.
"Hampir tiap hari anak itu kesini. Kekasihnya meninggal sebulan yang lalu. Sejak saat itu, dia selalu kesini tiap hari. Hanya duduk diam seperti tadi. Tidak menangis atau berbicara sama sekali. Pasti ia sangat terpukul. Aku yakin kekasihnya bisa merasakan kesedihan anak itu. Dia begitu terlihat menderita"
"Yeah, pasti bisa.", Harry membeo. Ia melihat lagi ke arah orang yang mereka bicarakan. Ternyata mereeka sudah hampir sampai di gerbang.
Laki-laki pirang itu ternyata sangat tinggi. Sedikit lebih tinggi dari gadis yang sedang memegangi tangannya. Dugaan Harry tak salah, gadis itu sangat tinggi. Jauh lebih tinggi dari Harry. Si laki-laki yang telah selesai memasukkan sumbangan ke kotak tersenyum sekilas pada penjaga pemakaman kemudian melangkah pergi. Senyum yang sangat hampa... batin Harry.
"Kekasihnya sangat cantik...", kata Mr. Pettigrew lagi setelah laki-laki pirang tadi cukup jauh. "Aku melihat fotonya saat pemakaman. Sayang sekali harus meninggal di usia semuda itu."
"Yeah, sayang sekali...", lagi-lagi Harry membeo, tak tau harus bagaimana menanggapi.
Setelah berpamitan pada Mr. Pettigrew, Harry mengayuh sepedanya dan segera pergi. Selama perjalanan ia sama sekali tidak bisa mengalihkan pikirannya dari pasangan yang ia lihat di pemakaman tadi. Ia sudah berusaha keras tidak memikirkannya, tapi entah kenapa memorinya selalu memutar kembali apa yang dilihatnya tadi. Seorang laki-laki dengan ekspresi hampa... Seorang gadis cantik yang...
TBC
A/N :
Akhirnya... setelah hiatus selama 6 bulan gara2 banyak hal, termasuk WB, saya mencoba kembali lagi ke dunia fanfic! Plokplokplok! *ayo smua tepuk tangaaan*. Jujur susah banget, udah lama ga nulis soalnya, tp akan aku usahain. Sebenernya udah mulai lagi sih akhir desember kmaren, tp fandomnya Screenplays alias K-Pop gitu. Itu juga ak publish di blog doang. Hhe... pokoknya dukung saya yah m(_ _)m Yosh! Ganbatte! Hwaiting!
Aku punya ide fanfic ini udah lama banget, sebelum aku hiatus, tapi baru ada mood ngetik sekarang... Iya aku tau, aku emg author dodol. Hhaha... Tapi maklumi keadaan saya juga, dalam 6 bulan idup saya udah muter 180derajat! *lebbay*. Dulunya anak manja yg nauzubillah kagak mandiri bnget, nhah skg? Saya tiba2 brubah jd anag kos... Mana merantaunya ke ibukota lagi, yg kata org lbih kejem dr ibu tiri. Bayangin, anak manja udik seperti saya merantau di ibukota? Aah, fanfic saya jd terabaikan deh. *sbenernnya ga nyambung tp biarin aja lah, anggep aja angin lalu (?)*
Oke, daripada semakin ngelantur, saya sudahi aja. Buat Dhiya, maap ya baru publish sekarang. Taulah kenapa... Hhe... Buat Mon-chan, yg telah berjasa bnget buat aku, higz, yg sll ngereview fic2ku sbelumnya, makasi ya... Terakhir, buat siapapun yg udah baca ampe sini, mohon review nya yaaa... Biar saya ga hiatus lagi... Makasi... Thanks... Arigatou... Gomawo... ^o^
