Haiiii... saya datang lagiiii...

Saya terlalu gila karena membuat banyak multi chap dalam 1 waktu... hahahaha

Ini adalah khayalan saya setelah melihat eps 17. Yang membuat saya pengen ngerobek-robek itu mulut Adudu.

Gila aja kayak gitu mulutnya. Mana orang-orang apa langsung percaya lagi. Yeah.. itulah gambaran super hero. Tidak selalu diagung-agungkan. Jika ancaman hilang dia akan dilupakan dan apabila ia melakukan sedikit kesalahan ia dengan mudahnya dibenci. Apa mereka nggak ingat bagaimana dulu Boboiboy melindungi mereka.

Yahh... sudah cukup curcolnya saya mulai aja.

Maaf jika ada kesamaan ide.

Saya nggak munculin Air. Cuma 4 element Boboiboy yang bakal berperan

Ist show time.

Happy reading.

Warning : GaJe, Abal, Typo(s), kata-kata yang berbelit-belit, OOC, alurnya ribet dan ikutan motoGP a.k.a kecepatan dan segunung kesalahan lainnya.

Tekanan, emosi, dan rasa bersalah menyelimuti hati sang pahlawan.. ahh tidak sang bocah pemilik kekuatan super di pulau rintis itu. Hanya duduk diam dan membiarkan Adudu melakukan sesuatu sama sekali bukan sifatnya. Namun apa daya semua orang membencinya. Hanya segelintir teman-temannya yang masih setia didekatnya. Ahh... mungkin tidak semua, teman-temannya hanya berteman dengannya jika orang tua mereka tidak melihatnya. Orang tua Yaya, Ying dan Gopal melarangnya untuk berteman dengan mereka. Hanya Fang, teman ahh.. tidak rivalnya yang tetap menemaninya tak peduli dengan semua tatapan orang lain.

Boboiboy tetaplah seorang anak kecil. Ia bisa bersedih, ia tak bisa menghadapi tatapan dari orang-orang disekitarnya. Seperti saat ini. Boboiboy hanya menunduk ketika berjalan pulang menuju rumahnya. Hanya ada Fang disampingnya karena teman-temannya yang lain dijemput oleh orang tua mereka masing-masing. Boboiboy tau alasannya. Ia berbahaya, ia bisa melukai orang, ia adalah ancaman. Ia harus dimusnahkan. Pikiran itu membuatnya sulit untuk bangkit. Boboiboy menunduk dalam-dalam ketika melewati sekumpulan orang dan dipandang rendah orang-orang itu. Fang menatap rivalnya dengan tatapan yang dingin. Ia sudah muak dengan sikap Boboiboy akhir akhir ini. Tanpa pikir panjang Fang menarik kerah baju Boboiboy dan memberinya deathglare. Namun yang ditarik hanya menatapnya kosong. Fang terhenyak melihatnya dan melepaskan kerah baju Boboiboy. Orang-orang memandangnya aneh dan bahkan ada yang berlari meninggalkan tempat itu karena takut pertempuran akan terjadi dan membuat mereka terluka.

"Huhh... aku tak suka kau menunjukkan wajah burukmu itu." kata Fang menyindir.

Boboiboy hanya diam dan kembali berjalan mendahului Fang dengan pandangan dan pikiran yang kosong. Ia bahkan tak mendengar apa yang dikatakan rivalnya itu. ia hanya berjalan pelan dan tetap menunduk. Fang yang ada dibelakangnya semakin geram dengan perilaku rivalnya itu. Ia segera menyusul rivalnya dan berdiri didepanya. Boboiboy menatapnya pandangannya tetap kosong dan sangat tertekan. Ia benci melihat pandangan itu. ia benci melihat eskpresi itu. ia juga benci melihat sikap orang yang ada didepannya itu.

BUAKK...

Fang mengangkat tangannya dan memukul pipi si bocah bertopi. Boboiboy yang sama sekali tidak siap ketika mendapat pukulan telak Fang terhuyung dan terjatuh. Segera Fang meindih tubuhnya dan kembali melayangkan beberapa pukulan.

Bukkk... "Kau bukan Boboiboy!"

Bukkk... "Boboiboy tak selemah ini!"

Bukkk... "Boboiboy akan selalu tegar dan tersenyum."

Boboiboy yang dipukuli Fang hanya menerimanya dengan pasrah. Fang melayangkan pukulannya sekali lagi dengan sekuat tenaga. Namun saat menyentuh ujung hidung Boboiboy tangan itu berhenti memukul. Boboiboy menatap tangan itu. tangan itu terkepal kuat seperti menahan amarah dari sang pemilik.

"Karena itu lah kau rivalku." Ucap Fang lirih. Ia menarik tangannya dan bangkit berdiri. Ia tak melirik Boboiboy dan belalu pergi dengan elang bayangnya. Tempat itu terasa sepi karena orang-orang telah pergi ketakutan karena perbuatannya tadi.

Boboiboy tetap berbaring ditanah dan tak ada niatan untuk beranjak pergi. Kata-kata Fang tadi mengingatkannya pada sosok Boboiboy. Boboiboy yang di agung-agungkan. Tapi itu dahulu, sekarang semua orang mencampakkannya seperti sampah. Semua orang menghidarinya seperti ancaman mematikan. Dan mereka benar ia hanya sampah, ia adalah ancaman. Ia ingin menghilangkan semua ingatan menyakitkannya sekarang namun bagaimana? Ia tak tahu caranya. ia bingung, hey.. dia hanya seorang bocah. Hanya seorang bocah yang dikucilkan dan dibuang. Ia tak bisa menahan semua derita ini. Hingga kegelapan menera dirinya dan membawanya kealam mimpi.

OoooooooooooO

Yaya berjalan pelan ketika ia bisa pergi keluar dari rumahnya. Ia ingin bertemu Boboiboy, ia ingin menenangkannya dan menghiburnya. Mengangkatnya dari masalah yang tak bisa dipecahkannya. Masalah yang membuatnya terpuruk dan bersedih selama ini. ia terbang dengan cepat agar tak ada yang melihatnya. Namun sialnya dia didepannya sekarang terlihat Boboibot menghadangnya pergi. entah apa yang diperintahkan Adudu padanya, tapi Boboibot selalu menghadangnya ketika ia berhasil keluar dari rumahnya. Boiboy yang dalam bentuk Taufan menghadangnya dengan menggunakan Hoverboardnya diudara.

"Biarkan aku lewat!" kata Yaya mengepalkan tangannya dan mengumpulkan gravitasi di tangannya.

"Tidak bisa. Kau akan pergi ketempat ancaman. Aku tak bisa membiarkannya." Ucap robot itu dengan aksen khas robotnya.

Yaya geram, ia tak bisa terus menerus diam melihat temannya menderita. Melawan para penjahat sudah terlalu berat baginya apalagi sekarang ia hanya sendirian melawan semua orang. Dan ini semua gara-gara robot menyebalkan yang ada didepannya dan hasutan dari mulut busuk tuannya itu.

Yaya segera terbang menghindari boboibot. Ia tahu percuma melawannya, hal itu hanya akan membuatnya terluka dan terpaksa kembali kerumah. Namun menghindari boboibot bukan perkara mudah. Ia cepat secepat ahh... tidak lebih cepat dari Boboiboy yang asli. Terbang kekiri dan kekanan, naik keatas dan tiba-tiba menukik kebawah telah dilakukannya. Namun boboibot juga sangat gesit dan tetap bisa mengikuti Yaya.

"Sudah cukup." Ucap Yaya geram terhadap robot menyebalkan didepannya itu. ia melayangkan pukulannya kearah boboibot dan tentu saja dapat boboibot hindari dengan mudah. Ia terbang menghindar lagi. Namun sang robot sudah ada didepannya dan melayangkan gerudi Taufan yang cukup membuatnya terpental.

"Ughhh..."

Yaya jatuh disebuah gang kecil yang selalu menjadi jalan pulang baginya dan teman-temannya. Yaya mencoba berdiri dan sembunyi. Namun Boboibot menemukannya terlebih dahulu. Yaya bersiap untuk bertempur. Ia terbang kearah boboibot dan melayangkan sebuah pukulan padanya. Namun belum juga tangan Yaya menyentuh boboibot, sang robot mengangkat satu tangannya.

"Tunggu.." Ucap robot itu. Matanya fokus kearah belakang Yaya.

"..." Yaya yang melihatnya menghentikan gerakannya dan berbalik melihat apa yang robot itu lihat. Matanya terbelalak ketika tahu siapa orang itu. Boboiboy. Ia tergeletak ditengah jalan dan tak sadarkan diri. Melupakan Boboibot yang ada di depannya Yaya menghampiri Boboiboy. Namun belum sempat Yaya mendekatinya, boboibot sudah ada disamping Boboiboy. Berdiri dengan mode Halilintarnya. Yaya panik, ia langsung bersiap melayangkan serangannya pada robot itu. boboibot mengangkkat Boboiboy dan membawanya pergi. Yaya semakin panik.

"Aku akan membawanya kerumahnya. Jika kau mau ikut terserahlah." Kata boboibot. Yaya menghentikan serangannya dan terbang mengikuti boboibot.

Sesampainya di rumah tok Aba. Melihat ngeri dan tentu saja marah-marah pada boboibot. Namun boboibot tak merespons dan langsung pergi meninggalkan tempat ini. Yaya menunggui Boboiboy yang tertidur, sembari melihat tok Aba dan Ochobot membuatkan chocolate hangat.

"Yaya, kau harus pulang. Kau tak bisa disini tuamu bisa marah." Ucap Tok Aba lembut. Memang sejak tadi tok Aba memintanya pulang karena tahu orang tuanya selalu menarik dan membawanya pulang jika mereka tahu ia dekat dengan Boboiboy.

"Tidak tok. Aku ingin menemani Boboiboy." Ucap Yaya untuk sekian kalinya.

"Huhh.." Tok Aba hanya mendesah dan meninggalkan Yaya menjaga cucunya sendiri.

Dilihatnya Boboiboy yang mulai menggerakkan tangannya dan mulai tersadar. Yaya tersenyum cerah melihatnya. Boboiboy membuka kedua kelopak matanya dan menampakkan sepasang mata menyejukkan khas seorang bocah. Mata itu masih terlihat polos karena kebingungan dan dengan cepat berganti dengan tatapan kosong dan tertekan.

"Boboiboy?" Ucap Yaya lirih dan menggenggam tangan Boboiboy.

"Yaya?" jawab Boboiboy dengan pandangan Yang masih kosong. Yaya tak tega melihatnya. Ia meemas tangan Boboiboy lembut.

"Boboiboy, kita bisa melewati semuanya karena kita adalah teman." Ucap Yaya memberi semangat. Boboiboy hanya menatap Yaya dalam diam. Ia bingun mau mengatakan apa? Ini bukan situasi yang bisa dengan mudahnya dikuasai oleh anak kelas 5 SD. Yaya tetap menatap Boboiboy. Menatap mata kosongnya berharap dengan itu ia bisa memberikan sediki kehangatan baginya.

"Boboibo-"

"Yaya... kau disini kan! Kau harus pulang sekarang." Sebuah suara menginsterupasi perkataan Yaya. Mata Yaya membelalak tak percaya mendengar suara itu. Itu adalah suara ibunya. Yaya panik, namun juga tak ingin meninggalkan Boboiboy sendiri. tiba-tiba pintu kamar Boboiboy didobrak paksa. Dan disana berdiri ayah dan ibunya bersama Tok Aba dan Ochobot yang berusaha menenangkan mereka. Boboiboy memandang mereka masih dengan tatapan kosong.

"Yaya. sudah kami katakan untuk jangan pernah lagi dekat-dekat dengannya!" bentak sang ayah sambil menunjuk Boboiboy tak sopan.

"Ayah aku melihatnya tergeletak di jalan. Aku hanya menolongnya." Ucap Yaya menenangkan ayahnya. Sang ayah hanya mendelik tajam ke Yaya dan menarik tangannya membawanya pulang.

"Seharusnya kau biarkan saja ancaman seperti dia di sana. Lebih baik jika dia tak ada." Ucap ayah Yaya geram. Tok Aba yang mendengar itu menjadi sangat marah. Memang tok Aba sabar dan membiarkan mereka menghinanya tapi tidak dengan kata-kata itu. Ucapan ayah Yaya serti mendo'akan agar cucucnya mati saja. ohh... kakek mana yang tidak marah mendengar cucunya dikatai seperti itu. Boboiboy yang dari tadi diam pun tersentak dan semakin menundukkan kepalanya. bulir-bulir air mata turun dari kedua bola matanya.

"Sebaiknya anda keluar dari rumah saya dan kamu Yaya jangan dekati Boboiboy lagi." Ucap Tok Aba dingin.

"Siapa juga yang mau disini bersama ancaman itu." kata ayah Yaya dan menarik Yaya semakin kuat. Meski Yaya bisa melepaskan diri dengan mudah menggunakan kuasanya. Tapi ia tak bisa menggunakan kuasanya untuk itu, itu hanya akan menyakiti ayahnya dan semakin membuat ini semua menjadi rumit.

Yaya hanya pasrah dibawa pulang oleh orang tuanya. Tok Aba melihat mereka membawa Yaya dengan wajah dingin dan memendam amarah. tak ada senyum yang biasanya ditunjukkan tok Aba ketika mengantar orang pulang.

OoooooooooooO

Kata-kata ayah Yaya, pandangan orang-orang terhadapnya, dan semua caci maki yang di berikan seluruh masyarakat pulau rintis padanya membuatnya stres. Ia ingin melupakan semuanya. Ia ingin amnesia saja dan melupakan kejadia pahit disini.

"Amnesia?" Boboiboy ingat sesuatu dan dengan segera ia berubah menjadi Taufan dan meninggalkan kamarnya. Ia turun di sebuah hutan agak jauh dari pemukiman.

"Mungkin hanya ini satu-satunya cara. Boboiboy kuasa tiga."

Boboiboy memcah dirinya menjadi tiga. Sejarang terlihatlah 3 orang anak dengan wajah yang sama namun dengan aksen pakaian dan penggunaan topi yang berbeda-beda pula. Semua menunduk sedih bahkan si klon dari tawa hanya menundukkan kepalanya.

"Kita akan melakukannya." Ucap klon berpakaian merah hitam dengan nada yang dingin.

"Tapi apa kalian yakin? Kita akan berpencar dan menghilangkan ingatan kita?" Ucap Taufan ragu.

"Aku ragu. Tapi kita harus melakukannya. Kita kan semakin tertekan disini dan bisa membuat si Api keluar."

"Kenapa? Toh aku melakukannya tak sengaja." Ucap seseorang berjalan keluar dari balik pohon. Tidak seperti yang lain yang menunjukkan wajah sedih bahkan marah. Namun anak itu tetap tersenyum. Semua orang tersentak dan membalikkan badan mengahadap bocah itu. Halilintar mengepalkan tangannya kuat dan menggertakkan giginya untuk menahan amarah. Bagaimana bisa dia mengatakannya dengan begitu mudah setelah apa yang terjadi saat ini?

"Biarkan saja mereka bicarayang mereka suka toh aku hanya menghilangkan tekanan. Mereka juga sih yang membuat aku tertekan." Ucap Boboiboy Api tanpa merasa berasalah sedikitpun.

Halilintar semakin tak bisa menahan amarahnya. Karena memang tak ada yang melihatnya marah, maka tak ada yang menyadari dia bergerak cepat kearah si Boboiboy baru.

"Gerakan kilat."

BUAKKK...

Sebuah pukulan keras mendarat di pipi sang Boboiboy baru. Boboiboy api hanya bisa menerimanya karena memang dia tak mennyadari keberadaan sang Boboiboy pemarah itu.

"Halilintar, apa yang kau lakukan?" tanya Gempa panik.

"Kau? Berhenti bertindak kekanakan. Kau bisa bilang begitu mudahnya tapi apa kau tahu masalah ini takkan muncul jika kau tak ada. Kita semua bisa melawan alien-alien brengsek itu tanpa meninggalkan masalah. Tapi kau? Kau selalu membuat masalah. Kau seharusnya tau yang membuat ini menjadi rumit dan membuat Boboiboy tertekan adalah kau sendiri." ucap Halilintar dengan amarah yang amat sangat. Dia tak bisa menahan ini lagi. Dia sudah muak dengan semuanya.

BUAKKK...

Disisi lain Boboiboy Api menatapnya penuh amarah. ia berdiri dan melayangkan pukulannya pada Halilintar. Halilintar yang tak menyadari perbuatan Api tak bisa mengelak lagi.

"Aku hanya ingin menghilangkan tekanan saja. tau!" Halilintar bangkit dan berdiri didepan Api.

"Itu hanya menambah masalah pada kami. Kau tak bisa menngontrol kekuatanmu.. ahh.. sudah lah persetan dengan semuanya. cukup dengan membunuhmu kita akan hilang ingatan semuanya." desis Halilintar marah. Taufan dan Gempa tersentak mendengar keinginan Halilintar. Begitu pula Api, dia tak menyangka bagian dari dirinya berniat membunuhnya. Meski ia jahat.. ah tidak lebih tepat disebut nakal namun dia takkan mau membunuh bagian dari dirinya itu.

Halilintar mensummon dua pedang Halilintar ditangannya dan menatap Api dengan tatapan membunuh. Gempa dan Taufan berdiri di depan Api melindunginya.

"Halilintar tenangkan dirimu. Jangan membunuhnya. Kita berpencar saja. kita tak perlu saling membunuh." Ucap Gempa menenangkan Halilintar. Halilintar masih tetap berjalan kearah Api dengan aura membunuh yang masih sama.

"Halilintar aku mohon. Jangan ada pertumpahan darah disini." Ucap Gempa memohon. Halilintar menggenggam pedang Halilintarnya kuat-kuat untuk menahan amarahnya. Namun percuma amarahnya sudah sangat tinggi. Dengan kecepatan kilatnya dia bergerak kebelakan Api dan mencoba menebasnya.

"Tanah pelindung" teriak Gempa membentuk tanah pelindung untuk melindungi si Boboiboy Api. Api hanya mematung ditempat ketika ia melihat orang yang sama persis dengannya mengayunkan pedang kearahnya.

"Taufan, hentikan Halilintar!" perintah Gempa pada Taufan. Taufan mengangguk terbang mencoba menghalau serangan Halilintar. Namun percuma Haliointar bergerak dengan sangat cepat. Api yang melihatnya hanya menghindari serangan dan tak ada niatan untuk melawan. Gempa menatap Api. Sekarang ia tahu tentang Api. Api memang nakal dan kekanakan tapi dia tidak jahat. Dai tak ingin membunuh bahkan melukai Halilintar yang sekarang jelas-jelas mencoba membunuhnya. Dia memang baik namun sedikit ceroboh. Ya! hanya ceroboh tetapi tak ada keinginan untuk melukai.

Taufan masih terus menghalau semua keris petir yang dilemparkan oleh halilinntar dan mencoba membuatnya turun karena ia melompat lompat dari satu pohon ke pohon lain untuk menghindari tanah pencekam milik Gempa.

"Deruan ribut" seru Taufan mencoba memperangkan Halilintar. Halilintar yang melihat itu langsung melompat ke bawah. Hal itu tak disia-siakan oleh Gempa dan segera membentuk tanah pencekam untuk menahan Halilintar.

"Tanah pencekam."

Halilintar tak bisa menghidari tanah pencekam milik Gempa lagi. Tanah itu memperangkapnya dan membuatnya sulit bergerak.

"Halilintar.. Halilintar... Tenangkan dirimu. Kita tak bisa menyelesaikan masalah ini jika kau membunuh Api."

Halilintar tak menjawab dan hanya menatap Api geram. Ia masih ingin membunuh anak itu. Gempa menutup matanya dan mengambil keputusan.

"Kita akan berpencar sekarang. Api kau juga harus pergi dari sini. Usahakan untuk tidak bertemu dengan yang lain. Aku akan pergi ke utara lewat stasiun. Kalian bisa pergi dengan kapal, bus, atau Pesawat. Terserah saja. yang penting kita berpencar." Kata Gempa dengan murung. Taufan mengangguk dan tatapannya kembali dipenuhi rasa bersalah. Api juga ia tidak menyangka hal ini akan terjadi hanya karena kecerobohannya.

Gempa melepaskan tanah pencekamnya dari Halilintar. Halilintar tidak berkata apapun dan langsung berbalik pergi kearah barat. Gempa memandang Halilintar sendu, ketika sudah tak melihat Halilintar lagi. Ia berbalik dan menatap Api dan Taufan.

"Aku akan merindukan kalian bertiga. Jangan ceroboh di tempat baru kalian." Ucap Gempa lalu pergi ke utara menuju stasiun. Angin pun pergi dengan Hoverboardnya kearah selatan dan begitu pula Api yang masih menundukkan kepalanya mengingat semua niat Halilintar yang mencoba membunhnya namun dihalangi oleh kedua klonnya yang lain. Ia berjalan pelan kearah timur.

Mereka semua berat meninggalkan teman dan diri mereka sendiri namun apa daya masalah ini membuat mereka mengambil keputusan yang bodoh itu. akankan mereka bisa menyatu dan kembali menjadi Boboiboy semula?

To be continued

Huaaaa... ini apaan yang aku tulis...

Yahhh... saya bakalan melakukan apa yang Boboiboy lakukan jika menjadi dia.

Api OOC banget ya?

Mana nggak sama lagi sama cartoonnya. Ini hancur banget deh...

Hahhh... sudahlah.

Okay minna-sama saya akan lanjutkan kalau ada review :P

Hahahaha kurasa ini nggak bakalan panjang deh chapternya (semoga) dan bakalan lanjut setelah salah satu fic ku kelar. Tapi aneh ya saya kenapa nggak di publish nanti aja kalo salah satu fic saya sudah kelar?

Well... untuk meramaikan eps 17 jadi aku publish sekarang.

Saya pengen vote :

Sad ending : bakalan ketemu tapi bunuh-bunuhan di chapter akhir.

Happy ending : masalah bakalan selesai dan semua bakalan saling mengerti lalu bersatu jadi Boboiboy.

Jadi mind to review?