Disclaimer: Hetalia: Axis Powers © Himaruya Hidekaz. Ending sentence diambil dari Marionette © Morgan Martin
.-.-.
Macabre Dance
sayang, kau ingat?
pendulum yang mendayu
jarum jam yang bergerak mundur
rol film hitam-putih yang tergulung
.
kau tidak ingat, sayang?
sayang, padahal aku masih mengingatnya
sejelas air kristal yang beriak di danau
tempat kau bermain denganku dulu
.
ketika merpati terbang
dengan sayap mengepak
suara-suara kaki berdentang
(yang sekarang rasanya tampak seperti kau yang menari macabre)
.
kemari, kemari, sayang, peluklah diriku
sayang, sayang, berikanlah aku lagi senyummu!
nanti akan kubalas dengan segala hal yang kupunya
apapun untukmu, hanya untukmu
.
kemari, kemari, sayang, sambutlah diriku
hei, sayang? mari kita pergi ke luar sana
bermain dalam genangan susu coklat bertepi pedang nyiur
sampai ketika gagak berkoak dan matahari tertidur
.
kemari, kemari, sayang, ciumlah diriku
aku kesepian, nyatanya
ah, sayang? kau juga, ternyata
tapi semuanya akan menjadi tidak apa, kalau kau bersamaku
.
kemari, kemari, sayang, angkatlah diriku
aah! jangan bermuka kaget seperti itu!
tidak apa-apa; ayo, angkat aku
atau seharusnya lebih baik aku yang mengangkat dirimu
.
(hey, ayo, berikanlah aku lagi senyummu yang lebar itu!)
(gelitiki aku lagi dengan tiap-tiap baris rumput yang kau pegang, sayang!)
(jangan tolak aku lagi, sayang; biarkan kupeluk dirimu sekarang)
(yang kuangkat sekarang hanyalah bedil yang tergores)
.
apakah rasa yang kuharap bersemayam di hatimu
juga tumbuh, sayang?
terkadang aku takut—akankah perasaan itu, bukannya tumbuh
malah menguap seperti abu?
.
dan yang ditinggalkan oleh abu itu,
bekas dari tarian macabre, hanyalah tanah tua
yang gosong tak bersisa
hilang sudah oleh sabit Waktu
.
tak bisa dipeluk
tak bisa disambut
tak bisa dicium
tak bisa diangkat
.
seperti sosok bayangan yang hilang oleh cahaya
pintu kayu lapuk yang tak pernah mengintip
bau gosong kue yang tak pernah lagi tercium
dan siksaan suara sengal napas yang hanya sendiri
.
hei, hei, sayang,
aku ingin berteriak:
"kenapa kulakukan ini,
kenapa!"
.
peluk aku lagi, sayang!
sambut aku lagi, sayang!
cium aku lagi, sayang!
angkat aku lagi, sayang!
.
jangan lempar permatamu dari permataku
jangan palingkan punggungmu dari wajahku
jangan biarkan aku tertutup jaring laba-laba
jangan tinggalkan aku dalam kegelapan
.
aku masih manusia, sayang
yang bisa merasakan emosi secara penuh
manusia yang mencintai orang yang mungkin tidak mencintainya balik
manusia yang mencintaimu
.
tapi aku tidak pantas mencintaimu, bukan, sayang?
ketika hal yang kupikirkan sekarang hanyalah cara bagi kita
(hey, apakah racun akan berguna?)
untuk bisa menari macabre bersama-sama denganmu, sayang
.
sehingga tidak ada lagi batas
antara kau dan aku
hanyalah genggaman tangan tarian macabre
yang memisahkanku dari bibir dinginmu
.
latar telah dibuka bagi kita untuk menari, sayang
lantai keramik yang terbuat dari batu tak rata berpoles tubuh yang bergelimpangan
gordin langit sore yang sehitam malam
dan atap-atap kelam yang sedang bermuram durja
.
mereka ada di belakang—
tetapi seakan mereka hanyalah grup penenun suara dari terompet dan harpa emas
dansa ini milik kami
dan hanya kami berdua
.
baju basah adalah gaun dan tuksedo bagi kami berdua
riasan merah terbaik telah dipoles ke wajah
mawar merah berduri juga berlaras sudah terkokang
dan aku siap menyambut untuk memulai pembukaan tarian macabre
.
ya, benar; aku bisa membunuhnya sekarang
satu tarikan di pelatuk bagai mengatupnya kerang
maka semuanya akan selesai
dan seperti yang aku mau, tarian macabre akan dimulai
.
tapi diriku yang masih kecil, meringkuk di balik bayangan gelap di lubuk hati, menangis
ia berteriak: "tarian itu terlalu menyeramkan, sayang!"
jangan pernah kau mainkan tarian itu
ayo, sayang, ayo, kita bermain saja, seperti dulu
.
"tidak akan kubiarkan kau bebas!"
(aku ingin berpikir, bahwa ia berkata: "tidak akan kubiarkan kau bebas!")
maju seperti kuda yang berderap cepat
dan bayonetnya yang mencium senapanku sampai terpelanting
.
ya, sayang; ayo cium dadaku dengan bayonetmu itu
aku terlalu penakut
biarkan dirimu yang memulai langkah pertama
lalu hantar aku menuju pelaminan kematian
.
tapi tarian tak kunjung mulai, sayang
guntur meledak, mewarnai ruangan itu saat, sayang,
mawar berduri itu jatuh dari tangannya
seperti air yang mengalir dari wajahnya
.
itu bukan hujan, sayang
mata hijau yang sayu
dan sayangku yang berkata:
"kenapa aku tidak bisa melakukan hal ini?"
.
ya, sayang, sudahkah kau ingat?
pendulum yang mendayung
jarum jam yang bergerak maju
rol film hitam-putih yang terlepas
.
sampai sekarang
tarian tidak pernah kunjung mulai, sayang!
tapi, sayang? kutunggu waktu
dimana kita bisa menari tarian macabre sampai hancur
.
~there's no ending without beginning~
.-.-.
Macabre Dance: tarian yang lebih dikenal dengan nama Danse Macabre (dari bahasa Prancis) adalah tarian yang katanya mempersatukan setiap 'orang' yang menari di dalamnya. Terjemahannya dalam bahasa Inggris adalah Macabre Dance/Dance of The Death.
A/N: gara-gara minggu depan saia bakal ada tes baca puisi di sekolah, entah kenapa hasrat saia untuk menimbun sampah di fandom ini dengan fic abal saia mendadak muncul. Nggak jelas banget, oui? -langsung dibakar massa- Uum, dan emang saia males pake rima ==a. -fail author orz- -digampar-
Yah, review plis, minna-san? Dan, sebenernya saia nggak terlalu bermasalah dengan flame, jika fic ini ada yang ingin ngeflame. Tapi, karena saia ini masih jarang membuat puisi, saia berharap sih ada yang mau memberikan saran atau kritik saja daripada flame? Okeh gag? Okeh? :D
