Sweetest Morning

Story by Kim Jonghee

Jung Daehyun

Byun Baekhyun

Friendship

Disclaimer:

Para cast milik Tuhan, dirinya sendiri juga orang-orang yang mencintai mereka. Plot milik yang buat cerita.

Summary:

Menanti kebingungan yang berujung ketiduran. Nggak ada salahnya kok, sekali-kali boleh. Jadi, hanya pagi ini yang bisa kuperlihatkan untukmu yang diselimuti awan kelabu.

A/N:

Saya suka DaeBaek. S-U-K-A, just that.

Ini hanya sekelebat ide dari serangkaian asumsi-asumsi gila yang dalam pikiran saya. Biarpun isi cerita gak nyambung sama sekali sama judul yang saya pasang.. Kkk~

So, just enjoy the story~ ^_^

Sweetest Morning

Pagi ini berbeda dengan pagi-pagi sebelumnya. Kalau kemarin dia lebih senang berlama-lama bergulung dalam selimut, maka tidak dengan pagi ini. Apa yang membuatnya demikian? Kau akan terkejut karenanya. Cukup tidak masuk akal, namun yah, beginilah adanya.

Jung Daehyun, bangun lebih pagi dari biasanya. Asyik berkutat di dapur yang terbilang sempit namun cukup untuk ukuran pemuda usia sekolah sepertinya. Biasanya bukan dia yang melakukan serangkaian kegiatan pagi hari di dapur ini, melainkan roommates-nya, Byun Baekhyun. Tapi, gara-gara pemuda itu juga ia berada di sana sekarang ini. Jangan berpikir karena si Byun berisik, menurut Daehyun, itu ngambek lalu tidak mau menyiapkan sarapan untuk mereka berdua. Tapi, karena Daehyun ingin melakukannya, hanya itu.

Sebenarnya ada alasan lain. Byun Baekhyun yang biasa berisik, Byun Baekhyun dengan semua lelucon serta keceriaannya itu, Byun Baekhyun yang semalam diam seibu bahasa layaknya candi purba di Borobudur Indonesia. Lupakan yang terakhir itu. Yang pasti, Jung Daehyun tidak pernah menyukai itu semua.

Sesuatu di dalam dada Daehyun menghentak keras, menyempit lalu membuatnya sesak, sulit bernapas. Hingga rasanya udara juda ikut mendukung atas penyiksaan yang tiba-tiba di derita Jung Deahyun.

Byun Baekhyun yang dikenalnya, Byun Baekhyun yang selalu ada di sekelilingnya, bertingkah konyol namun sama seklai tidak pernah mengganggunya itu—Daehyun malah menyukainya, Byun Baekhyun si roommates-nya itu, tiba-tiba bungkam. Mengisolasi diri di teritorial yang menjadi bagiannya. Membenamkan wajah di antara bantal juga tempat tidurnya. Berusaha segalanya yang berkelebat di sekitarnya.

Menangis.

Mungkin itulah yang disembunyikannya. Namun tidak berhasil bagi Jung Daehyun yang jelas-jelas mendengar itu semua. Tentu saja karena pemuda itu terus berjongkok di samping tempat tidur Baekhyun dengan tatapan cemas. Bagaimana tidak? Tiba-tiba saja si berisik Byun datang menggebrak lalu membanting pintu cukup keras, yang sama sekali bukan kebiasaannya. Tanpa menyahuti sapaan basa-basi Daehyun nynag menanyakan bagaimana harinya atau kenapa ia bisa pulang terlambat, Byun Baekhyun langsung menenggelamkan diri dalam dunianya.

Sudah dua jam kejadian itu berlalu dan selam itu juga Daehyun menunggui Baekhyun dalam posisi yang sama, jongkok. Bukan bermaksud apa-apa. Hanya saja, Daehyun cukup bingung harus bagaimana. Belum lagi isakan-isakan cukup kencang yang berhasil lolos dari balik bantal. Jadi, ia memberikan waktu Baekhyun untuk sendiri. Mungkin itu yang dibutuhkan pemuda itu sekarang ini. Mungkin, kalau waktunya sudah tepat, ia akan menanyakannya pada pemuda itu.

Suara-suara isakan tidak lagi terdengar. Punggung Baekhyun juga tidak lagi berguncang. Yang ada hanya dengkuran halus juga tubuh Baekhyu yang melemas. Sepertinya pemuda itu sudah terlelap. Itu bagus. Jadilah Daehyun bisa bernapas lega lau pergi kepembaringan miliknya yang berjarak tidak lebih dua meter dari tempat tidur milik Baekhyun. Tentu saja setelah menutupi tubuh pemuda itu dengan selimut kesayangannya.

Dengan tubuh terbaring menyamping, Daehyun memandangi punggung Byun Baekhyun yang tidek tertutupi selimut sepenuhnya. Diam-diam ia meretas senyum miris setelah menghela napas. Apa yang bisa dilakukannya untuk pemuda yang satu tahun lebih tua darinya itu.

Maka, pagi inilah satu-satunya jalan, yang menurutnya, penebusan atas ketidakberdayaannya menolong Baekhyun semalam.

Kamar mereka tidaklah istimewa, namun cukup unutk dihuni dua orang pemuda yang tengah mengecap sekolah menengah atas itu. Satu kamar dengan dua tempat tidur yang langsung terhubung dengan ruang tamu merangkap ruang makan. Sekat pemisah hanya terdira dari dapur serta kamar mandi yang digunakan bersama. Sekeluarnya Baekhyun dari kamar mandi dengan pakaian lengkap tentunya, segala sesuatunya telah siap di atas meja. Matanya terlihat sedikit sembab, sisa menangis semalam sepertinya.

"Wah, ada acara apa ina Dae? Kau ulang tahun atau dapat nilai bagus?" serobot Baekhyun yang langsung duduk di sofa di samping Daehyun.

See? Pemuda itu sudah kembali pada dirinya yang biasanya.

Daehyun meretas senyum senang atas apa yang terjadi pada Baekhyun pagi ini. Itu berarti pemuda yang lebih tua darinya itu tidak terlarut pada masalah yang menimpanya, apapun itu.

"Bukan kok, hyung."

"Lalu apa?" tanya Baekhyun yang menyampirkan handuk di sandaran sofa lalu memasang kacamata yang biasa dikenakannya.

"Sudah, nikmati saja sarapannya," ujar Daehyun seraya melepas paksa kacamata yang bertengger di pangkal hidung Byun Baekhyun.

"Ish, kau ini main rahasia-rahasiaan segala," tukas Baekhyun setengah kesal setengah bercanda. Biarpun begitu, Baekhyun memakan lahap sarapn yang disiapkan Daehyun, diikuti Daehyun yang msesaat terdiam menunggui roommates-nya itu.

"Lain kali, jangan seperti semalam lagi. Memangnya aku patung bisu juga tuli yang bisa Hyung abaikan begitu saja," ungkap Jung Daehyun seraya menghapus sisa makanan yang menempel di sudut bibir Deahyun dengan ibu jarinya. Kemudian Jung muda meneruskan sarapannya. Gerakan Byun Baekhyun terhenti, ia menoleh ke arah Daehyun. Terdiam sesaat lalu meluncurkan sesuatu dari bibirnya.

"Kau mendengarnya?" pertanyaan retorik yang jelas-jelas sudah ia ketahui jawabannya. Tidak ada jawaban dari Jung Daehyun. Entah ia hanya pura-pura tudak mendengar pertanyaan Baekhyun atau ia cukup gugup setelah apa yang dilakukannya pada Baekhyun tadi. Yang jelas, Daehyun terus saja menunduk, berkonsentrasi pada makanannya.

"Maaf." Baekhyun kembali berucap.

"Untuk apa meminta maaf? Memangnya Hyung baru saja mencuri cemilan dariku yah?" Nah kan, Daehyun menyahut dengan lantang. Masih gugup sepertinya. Dari mana juga ia menemukan jawaban seperti itu.

Selengkung senyum indah terukir di wajah Baekhyun. Lantas pemuda itu kembali melanjutkan sarapannya yang sempat terhenti.

"Terimakasih," gumamnya lemah tapi cukup untuk didengar Jung Daehyun. Pemuda itu diam saja, padahal jelas-jelas ia tersenyum di balik lipatan kepalanya.

"Aku sudah selesai. Ayo cepat habiskan makananmu Hyung."

Iseng Daehyun mengacak rambut Baekhyun yang sudah ditata sedemikian rupa. Tak ingin mendapat semburan kemarahan Byun Baekhyun, cepat-cepat Daehyun meraih tas sekolahnya kemudian berlalu dari hadapan Baekhyun. Tak dinyana, Byun Baekhyun senang-senang saja diperlakukan begitu. Lantas ia berteriak minta ditunggui.

FIN