Disclaimer : Naruto hanya milik Masashi Kishimoto
Warning : AU, OOC, Typo, dan sederet kesalahan lainnya
"Hei, kau lihat perempuan itu?"
"Oh, Si Lacur kah yang kau maksud?"
"Siapa lagi, cih, cantik-cantik kok jadi Lacur! Sampah masyarakat!" Wanita berusia empat puluh tahunan ini memandang Sakura dengan pandangan jijik.
Sakura tetap dengan wajah datar tanpa ekspresinya, dibiarkannya ibu-ibu itu menggosipkannya. Perempuan muda ini merasa terlalu sibuk, jika harus mengurusi suara-suara sumbang yang kerap mampir di indera pendengarannya. Sakura terus berjalan melewati kedua wanita yang menggosipkannya.
"Cuih!" Salah seorang dari keduanya meludahi Sakura, tepat saat Sakura melintasi keduanya. Sakura merasa terusik, apa lagi baju barunya harus menjadi sasaran "kotoran". Lain dengan Sakura, kedua wanita itu begitu puas melihat Sakura berhenti dari jalannya dan menundukkan kepalanya. Keduanya merasa telah berhasil melukai harga diri Sakura, yang menurut mereka terlalu angkuh untuk kategori perempuan hina.
Sakura mengibaskan rambutnya yang berwarna unik kemudian tertawa angkuh menatap ibu-ibu itu. Tawa Sakura semakin keras, melihat raut kebingungan di wajah keduanya. "Apa kau sangat menyukaiku? Sampai-sampai mendatangiku hanya untuk meludahiku…" Sakura memiringkan kepalanya, ditariknya rambut cokelat wanita yang telah meludahinya kemudian diciumi-rambutnya. Sakura menyeringai, "Kau jarang keramas ya, sayang? Rambutmu bau telur busuk, mungkin lain waktu aku akan mengheramasimu, bagaimana?"
Wanita itu langsung menarik rambutnya dan meninggalkan Sakura. Sakura memperlebar seringainya tatkala kata-kata "kelainan seks" dituduhkan padanya. "Oh, mungkinkah aku seperti itu?"
Kaki indah Sakura dihadapkan dengan tanah becek dan kumuh, setelah sebelumnya dimanjakan jalanan beraspal. Sakura tidak memedulikannya, dia terus menyusuri jalan yang lebih tepat jika disebut "gang tikus". Bau tidak sedap, senantiasa memenuhi indera penciumannya namun Sakura tetap pada cara berjalannya yang angkuh, bak seorang model yang melintasi catwalk.
TAKKK! Sebuah ranting kecil dilempar dari arah selatan ke arah Sakura yang berada di utara. Ranting kecil tersebut melukai dahi Sakura, ia mengaduh kesakitan namun dirinya menahan air matanya agar tidak tumpah. Sakura melanjutkan perjalanannya dengan memegangi dahinya yang berdarah. Tampaknya pelempar ranting itu belum puas dengan apa yang diperbuatnya, ia pun melempar batu kecil ke arah Sakura.
DUKK!
"Hei, siapa itu? Beraninya kau, keluar kau, hadapi aku!"
Hangat. Itulah kata yang terlintas di benak Sakura. "Sungguh aneh, bukankah seharusnya aku merasakan sakit karena terkena batu?," pikir Sakura, "Atau jangan-jangan aku telah berada di surga?"
"Sakura, kau baik-baik saja?" Sepasang safir memandangnya penuh kekhawatiran. Pipinya memanas tanpa sebab, Sakura merasa dirinya telah berada di surga. "Sakura, ini tidak sakit kan?"
"Baka! Tentu saja sakit, kau malah menekannya Naruto." Sakura kembali ke alam sadarnya, perbuatan Naruto merusak suasana romantis yang tercipta. Sakura melanjutkan perjalanannya tanpa menggubris lebih lanjut insiden tadi.
Baru beberapa langkah Sakura berjalan, tangan kanannya tertahan tangan Naruto yang menahannya. "Maaf, aku tidak bermaksud menyakitimu. Sebaiknya kita ke dokter, kurasa lukamu cukup parah."
Sakura membalikkan badannya kemudian berjalan mendekati Naruto, dikecupnya pipi Naruto, setelahnya Sakura mendekatkan bibirnya ke telinga kanan Naruto. "Terima kasih, maaf sudah membuatmu khawatir."
Akibat perbuatan Sakura, Naruto merasakan tubuhnya menegang. Suara Sakura yang begitu seksi terus terngiang-ngiang di telinganya, padahal Sakura sudah jauh dari pandangannya. "Kau harus lebih jujur Cherry."
.
.
.
"Honey, kau yakin hanya pesan mocktail? Kenapa kau pengecut sekali, pesan yang lain saja… cocktail misalnya, sesekali tenggorokanmu harus dilalui alkohol." Pria berkepala lima itu begitu asyik mengelus-elus leher mulus Sakura, berkebalikan dengan Sakura yang tidak menyukainya.
Perlahan-lahan Sakura menyingkirkan tangan besar itu, ia berusaha tersenyum semanis mungkin agar pelanggannya tidak kecewa, apa lagi marah. Perlahan demi perlahan Sakura menggeser posisi duduknya untuk lepas dari kungkungan pria mesum ini. "Bukankah mocktail sepertiku, Si Virgin yang Menawan?" Sakura mengedipkan sebelah matanya kemudian berlari menjauhi pria tersebut sambil cekikikan, "Vodka beralkohol sedang akan menantimu, honey."
Pria itu menyeringai menatap ke arah Sakura, "Awas kau ya! Aku akan mendewasakanmu dan mengubahmu untuk menyukai cocktail."
Sakura berlari menghindari pelanggannya tanpa melihat ke depan, ia tidak mengetahui jika di depannya tengah melintas seorang wanita berdandanan menor. Tabrakan pun tidak bisa dihindarkan, baju minim wanita itu tertumpahi cairan cocktail berwarna merah yang dipegangnya. Wanita itu berteriak histeris dan menjambak rambut Sakura. "Dasar pelayan bodoh! Kau tidak punya mata, hah?! Kau tahu, bajuku ini sangat mahal harganya dan hanya ada satu di dunia! Cih, orang sepertimu mana mungkin bisa memebelinya!"
Sakura benar-benar panas dan gerah dengan kelakuan wanita ini, hanya saja ia mencoba sabar. Sakura sadar posisinya tidak akan pernah mendapat pembelaan, ia pun memilih diam. Melakukan perlawanan hanya membuatnya lelah dan semakin bodoh. Beberapa menit berlalu namun wanita ini tidak henti-hentinya menjambaki rambut indahnya. Sakura mengutuki bisingnya suasana pub serta sikap orang-orang yang cenderung individualis, atau pun mereka yang menjadikannya sebagai bahan tontonan.
Rasa sakit menjalar ke seluruh tubuhnya, sejalan dengan semakin kencangnya tarikan wanita itu pada rambutnya. Sakura sudah tidak kuat menahan beban tubuhnya, matanya pun berkunang-kunang…
"SAKURA! Apa yang kau lakukan!" Sakura merasakan tubuhnya terangkat oleh seseorang, ia merasa ada perdebatan sengit antara seseorang yang membopongnya dengan wanita menyebalkan itu. Sakura sangat bersyukur kepada Tuhan, yang tampaknya masih bermurah hati mengirimkan penyelamat untuknya. Sekilas sebelum zamrud indahnya meredup, ia melihat kilatan indah dari sang pemilik safir.
"Pa… pangeran… ku…."
XXX
"Nggghh."
"Sakura, kau sudah sadar? Syukurlah, terima kasih Tuhan…" Naruto langsung menghambur hendak memeluk Sakura, sayangnya pintu yang terbuka membuatnya mengendalikan diri.
"Kau sudah sadar, Sakura. Baguslah, Tuan Danzou telah menunggu selama dua hari untuk kesadaranmu. Dasar menyusahkan!"
Sakura yang masih pucat hanya menundukkan wajahnya, dirinya berusaha untuk bangkit menemui majikannya. Kondisinya yang masih lemah membuat Sakura kesulitan untuk bangkit dan itu membuat bawahan utama Danzou kesal. Pria berwajah aneh itu langsung menghampiri Sakura dan menariknya dari ranjang dengan begitu kasar. Naruto yang melihat kejadian itu, tidak kuasa menahan amarahnya, dihentaknya tangan Kakuzu.
"Beraninya kau berbuat lancang padaku, bartender rendahan sepertimu bisa kuhancurkan begitu mudah."
Naruto menatap tajam Kakuzu, ia tidak memedulikan masalah yang akan mendatanginya nanti, ia hanya ingin Sakura tidak tersakiti. "Keh, sombong sekali kau, mentang-mentang mendapat kepercayaan Bos, lagakmu seangkuh itu. Kau pikir, aku akan takut, tentunya tidak. Bagaimanapun rahasia-rahasiamu ada di tanganku Kakuzu, kau yang suka …"
Kakuzu langsung membekap mulut Naruto, "Oke, fine, you're win."
"Minta maaf ke Sakura dan pergi dari sini, aku jengah melihatmu!"
Sakura memandang Naruto takjub, dirinya tidak menyangka Naruto bisa seberani itu melawan bawahan utama Danzou. Sakura bahkan tidak menyadari Kakuzu yang menundukkan kepala kepadanya, lalu berlalu meninggalkannya berdua dengan Naruto di ruangan sempit serta minim ventilasi —yang lebih cocok disebut gudang dari pada kamar—, dirinya terlalu fokus memandangi Naruto.
"Apa hari ini aku terlihat tampan, sampai-sampai dirimu tidak berkedip memandangiku?" Naruto tersenyum puas melihat rona merah yang timbul dari pipi Sakura.
"Jangan kepedean, aku hanya tidak menyangka kau bisa menahlukan Kakuzu." Sakura tersenyum penuh arti ke arah Naruto.
"Hahaha bahasamu aneh, seolah-olah aku ada main dengan si wajah aneh itu. Kau hanya baru tahu kehebatanku, semua bawahan Bos pasti akan bertekuk lutut terhadapku." Naruto melompat dari bangku rotan yang didudukinya dan berdiri tepat di hadapan Sakura. Ah, jangan lupakan senyuman riangnya dan tangan kanannya yang ditepuk-tepuk pada dadanya, penuh rasa bangga.
Sakura mengatupkan kedua tangannya pada wajahnya dan memandang Naruto dengan tatapan menggoda. "He'em, kurasa demikian, atau…"
"Kau baik-baik saja kan? Jaga dirimu baik-baik Sakura, jangan terlalu memforsir dirimu, akibatnya kan jadi seperti ini. Sudah dua hari kamu tidak sadarkan diri, kata dokter kamu terkena anemia." Naruto memandang Sakura dengan tatapan teduh, sarat dengan kekhawatiran. Naruto bahkan memberanikan dirinya membelai rambut Sakura, "Kau manusia, bukan robot bahkan robot pun butuh istirahat."
Sakura menatap sendu ke arah perginya Naruto, "Aku memang bukan manusia lagi, jiwaku telah terenggut, Naruto … semuanya!"
XXX
"Ah, siapa ini?"
Sakura memandang bosan pria paruh baya yang sangat ia inginkan kematiannya. Pria yang tidak lain adalah Bosnya berjalan menghampirinya yang masih berdiri tidak jauh dari pintu masuk. Jika Sakura adalah seorang cenayang, ia berjanji akan mencari berbagai cara untuk membuat pria gila itu mati.
"Jangan menerkamku dengan matamu, Manis." Pria itu membelai pipi Sakura yang tentu saja mendapatkan tatapan paling menusuk darinya, ia pun menangkis tangan pria itu. Pria itu tertawa keji mendapati penolakan Sakura, "Setidaknya dengan sikapmu yang seperti ini kau membuat hargamu semakin melambung."
"Jangan banyak basa-basi, aku kemari tidak untuk mendengar lelucon konyolmu, Danzou!" Pria itu —Danzou— tersenyum mengejek dan berjalan santai menuju bangku kebesarannya. "Cih, kau benar-benar tua bangka yang memuakkan!"
Danzou menggedikkan bahunya tak acuh, "Kali ini aku sedang sangat bahagia, jadi kau bebas bercicit sesukamu. Ya, kau benar, tentunya aku memanggil pelacur sepertimu karena ada perlu denganmu." Sakura menatap nyalang Bosnya, ia memang tidak peduli jika ada orang yang mengatainya pelacur atau semacamnya namun ia sangat tidak terima jika pria busuk di hadapannya mengatainya. "Well, kapan kau benar-benar menjadi seelegan cocktail?"
Sakura melangkahkan kakinya tergesa ke tempat duduk Bosnya yang hanya berjarak satu setengah meter dari tempatnya berdiri, digebraknya meja kayu tempat kepala Danzou bersandar dengan sebuah kotak besi. Danzou cukup terkejut dengan tindakan Sakura namun ia tidak ambil pusing, toh kemenangan akan selalu ada padanya.
"Jangan mengingau kau, selamanya aku akan tetap seperti ini dan orang busuk sepertimu tidak akan pernah bisa memaksaku! Kau pikir aku perempuan gila yang mau memberikan apa pun untuk orang gila sepertimu, hah?!" Sakura yang tersulut emosi menarik lengan baju Danzou, membuat pria bermata satu itu kesulitan bernapas.
"Lepaskan tangan kotormu, perempuan hina! Atau kau mau aku …" Sakura tidak memperdulikan ancaman Danzou, kebenciannya membuatakan segalanya, ia semakin menarik kerah baju Danzou. Walau sekuat apa pun Sakura melawan Danzou, ia hanyalah gadis lemah yang kekuatan fisiknya telah dilumpuhkan siksaan batin, jadi saat danzou murka, pria kejam itu membanting Sakura dengan mudahnya.
Sakura tersenyum mengejek ke arah Danzou, tidak memperdulikan tubuhnya yang sakit karena berbenturan dengan dinginnyan lantai juga kepalanya yang terantuk keras dengan lantai dan menimbulkan bunyi keras. Sakura memegang kepalanya yang membuat dunia serasa berputar layaknya bianglala, ia menyeringai ketika mendapati darah yang menetes dari kepalanya. Gadis berambut pirang tersebut menyeret tubuh lemahnya ke arah Danzou, mengakibatkan dinding putih itu tersemari darah yang menetes dari kepalanya. Setelah Sakura berada dekat dengan Danzou, ia mengarahkan tangannya, "Bagaimana, indah kan? Terima kasih ya, aku bebas hari ini atau mungkin selamanya." Sakura tersenyum sinis, berkebalikan dengan Danzou yang mendadak kaku, apa lagi ia telah menutup matanya.
TBC
Salam kenal semuanya, saya author baru di NaruSaku-pair. ^^ Fanfic ini saya dedikasikan untuk Kataokafidy-nee, yang telah member saya challenge untuk membuat NaruSaku. :D Saya harap Neechan suka, begitu pun para Senpai. ^^ Maaf untuk semua kesalahan di fanfic ini, saya masih sangat pemula merealisasikan NaruSaku dalam fanfic sebagai pair utama, terlebih lagi ini rated M pertama saya. Oh iya, mengenai rating, saya memilih M karena tema dan bahasa yang digunakan dewasa namun saya tidak akan membuat lemon, mungkin hanya adegan kekerasan yang melambangkan rating yang saya gunakan.
Terima kasih atas kesediaannya mampir di fanfic ini, saran dan kritik saya nanti untuk perkembangan yang lebih baik. Sampai jumpa… ^^
