Forever Alone
Summary:
Jomblowati sejati selama 17 tahun, Lucy Heartfilia. Setiap hari mendapat kesialan. Ujian dari Tuhan, katanya, bisa datang dari guru, sekolah, teman, atau tetangga sialannya Natsu yang membuat 'ujian' menjadi lebih martabak spesial dengan telor dua. Gapapa, biar varokah. AU! Bahasa gaul.
Chapter 1
"LUCY!"
Gue menoleh heran ke arah sahabat gue yang lari sok indah ke gue di koridor sekolah.
"Apaan sih, Lev? Gak usah teriak-teriak gaje." Sahut gue, malu dengan teriakan cangaknya yang bikin office boy cengo.
"GUE PUNYA BERITA INDAH!"
"Lebay."
"Ih, beneran," Levy sok ngambek. "Nilai ujian tengah semester kita udah diumumin."
"BENERAN?!" sekarang gue yang teriak seneng. Iyalah, siapa yang gak mau lihat nilai ujian di SMA Magnolia yang elit dan bergengsi. Kalo dapet rangking bagus, kita bisa ditraktir baso segitiga Bang Hades. Dan sumpah, itu enak banget. Gue sering makan di situ. Gue punya loh, foto gue makan baso di situ sambil disuapin. Romantis banget.
Heh! Siapa itu yang nyebarin rahasia tangan Bang Hades yang gue bayar buat suapin gue!
Yah, btw, gue sedang berada di depan mading sekolah, tersenyum penuh percaya diri kalo seenggaknya gue masuk rangking 3 besar seperti biasa. Iya, seperti biasa hayalan gue memang tinggi.
Bukannya sombong, gue biasanya masuk 5 besar atau 10 besar. Termasuk pinter kan?! Tapi gue gak ngerti kenapa status gue masih j-jom-jom-jomplang. Nah, Levy tuh, yang biasanya 3 besar. Rangking 1 sih, sering. Sahabat gue lah!
Mata gue melebar saat melihat nama gue yang tidak lagi berada di 5 atau 10 besar. Ya ampun! Gue gak nyangka! Ternyata gue bisa!
Gue bisa berada di urutan paling terakhir angkatan gue! WHAT THE FAK!
"PAK SCORPIO, APA MAKSUDNYA SAYA NILAINYA SEGITU?!" gue langsung nuntut Pak Scorpio, suami Bu Aquarius yang tiba-tiba lewat dengan wajah polos.
"Lah, wong saya ndak tau tho," Pak Scorpio sweatdrop. "Saya lihat nilaimu gede kok. Ayo ikut ke ruangan guru."
Gue langsung meraih kertas ujian gue dengan penuh harapan setiba gue di sana. Wuidih, warna nilai gue tumben bukan item. Warna genjreng. Kayak ada merah-merahnya gitu. Lah, emang merah, ini siapa sih yang meriksa pake pensil warna. Dan emang bener, nilai gue gede.
"PAK, INI SIH GEDE DI UKURAN DOANG, TETEP AJA NOL BULET MENUHIN SEKERTAS!"
Pak Scorpio cuma garuk-garuk kepala dan menaruh tangannya di saku celana, nyembunyiin rambut-rambutnya yang nyangkut karena rontok. "Ah, seinget saya, kamu kan ujian susulan karena kegiles tanki air tetanggamu kan?"
"Jangan ngingetin gue sama si Natsu yang baru pindah dua minggu yang lalu," gue bergumam, udah niat dalem hati buat nonjok dia pulang nanti. "I-Iya pak." Gue menjawab lantang.
"Nah, waktu itu, yang nge-scan bukan Bu Virgo seperti biasanya, tapi Bu Aries yang nggak terlalu tau soal scanning." Nah, gue punya firasat buruk. "Pas mau nge-scan lembar jawabanmu, Bu Aries sibuk ngotak-ngatik scanner-nya karena gak nyala-nyala. Akhirnya dia sirem pake air panas."
"KENAPAAA?!" sumpah, baru pertama kali gue denger kasus sirem scanner pake air panas! DAN KENAPA PAS LEMBAR JAWABAN GUE?!
"Pas diselidiki, ternyata siang-siang bolong begitu lagi ada pemadaman listrik." Kata Pak Scorpio, menggeleng-geleng.
"A...a...a..." gue kehabisan kata-kata. "Pak, apa saya lulus ke semester berikutnya." Gumam gue pasrah.
"Kamu harus ikut ujian lagi sepertinya. Saya akan menanyakan ke pihak berwajib." Jawab Pak Scorpio enteng dengan kalimat aneh, seakan-akan bakal nanyain polisi. Ah, itu tak mungkin.
"Baik, Pak, terima kas—"
"Ah? Ya? Ini kantor polisi?"
"EH BENTAR PAAAK!"
Singkat cerita, gue berhasil menghentikan Pak Scorpio yang lagi miring itu karena belum minum Maizon. Eh, salah, bukan miring yang jalannya sampe miring. Mungkin beliau butuh Akua. Eh ini apaan lagi, gue yang lagi miring kali yak. Sekarang posisi gue sedang berada di luar ruang guru, menantikan hasil scan lembar jawaban ujian-ujian gue yang susah payah gue kerjain ulang dalam tiga hari. Dan pihak guru berjanji untuk mengumumkan hasilnya keesokan harinya.
Aduh, gue greget sekarang. Manalagi, si Natsu tadi pagi tiba-tiba nerobos apartemen gue (kita tetanggaan di apartemen btw) dan tidur seenak jidat di kasur gue. Udah gitu, enggak pake baju pula, alias shirtless. Dia pernah bilang dia sering nge-gym dan mengikuti bela diri, t-tapi gue gak tau dia sampe siks pek begitu. Gak mungkin! Pasti dia pake roti sobek di tempelin!
Tapi jujur, gue mandangin dia dengan muka merah sampe dia bangun dengan melotot ke arah gue kayak vampir China yang bangun dari kematian. Gue pikir dia melotot kaget karena malu karena ketahuan shirtless, taunya karena dia takut udah ketahuan mainin daleman gue buat kosplei supermen. Gak masuk akal amat?!
"Lucy," Bu Virgo membuka pintu ruang guru. "Saya sudah mendapatkan total hasil ujian anda."
"Iya, bu?" Gue berkata penuh harap.
"Hasilnya, kamu rangking 1. Selamat ya." Bu Virgo tersenyum samar, membuat hati gue melayang mendengar pengumumannya. Gue tersenyum lebar.
"Makasih bu! Makasih!"
"Virgoooo! Kau ini bagaimana sih, nge-scan aja nggak bener. Liat dong, nilai Lucy dengan rata-rata segitu, masuknya rangking 6!" teriak Bu Aquarius yang teliti.
What de.
KOK NURUN SIH AH UDAH SENENG-SENENG NGALAHIN LEVY JUGA, ALAY BANGET SIH SCANNER SEKOLAH GUE!
"Maaf, Lucy. Sepertinya begitu ya. Rangking 6 tidak buruk lho." Bu Virgo masih tersenyum samar, yang membuat gue berpikir ni guru niat senyum atau enggak.
Untung menghibur lara, kali ini, gue pulang lewat taman kota yang jarang gue lewatin karena membosankan. Tapi kok, rasanya kali ini lebih menarik ya. Ah, gue jadi inget kenangan romantis gue di sini bareng senior gue, Kak Zeref. Kakaknya Natsu emang sip banget, Natsu nya sih gak jelas. Saat itu, gue minta Kak Zer buat ngajarin gue matematika. Terus, tangan kita bersentuhan saat mau ngambil pensil buat nulis.
Gue blushing, "maaf Kak."
"Gapapa." Kak Zer senyum, "Kakak adek gapapa bersentuhan."
Gue tersenyum miris. Kakak adek zone...
"I-iya kak."
Kami ngelanjutin belajar, sembari Kak Zer yang ngebercandain gue. "Kamu lucu, kakak jadi inget kucing kakak."
Kamvret, ini Pet zone.
"A-aku selucu kucing kakak?" gue mulai ke geer an sih.
"Hm, boleh jujur dia lebih lucu ha ha."
Gak usah ngomong dari awal dong kak.
"Btw, kakak hanya bisa mengajarimu saat waktu senggang saja."
Miris, ini namanya time zone.
"Kakak ada janji?" tanya gue penasaran.
"Iyap," Kak Zer tersenyum. "Sama Mavis."
"Teman kakak?" gue bertanya sembari menutup buku tulis dengan suara PLAK lantaran merasa aura jomblowati gue keliatan banget. Kepo ini itulah, blushing, ke geer an, plis.
"Ha ha bisa aja dek Lucy. Pacar kok. Saking lamanya bisa 400 tahun yang lalu." Gue enggak tau harus fokus ke masa pacaran mereka yang entah mengapa terkesan nyata—400 ratus tahun cuk!—atau status Kak Mavis sebagai pacar Kak Zer.
"Beruntungnyaa.." gue hanya berkomentar begitu. Dan pada akhirnya, Kak Mavis dateng juga ke sini biar sekalian langsung pergi bareng Kak Zer, ceritanya sih ninggalin gue sendiri. Kami bertiga foto bareng terlebih dahulu, di samping Kak Zer dan belakang Kak Zer ada dua cewek rambut pirang. Cewek yang di belakang udah nyempil kayak upil aja, penampakan pula. Kasian dia, miris.
Dan inilah kisah cinta gue berfoto bersama Kak Zer. Gue cewek pirang loh.
Tapi jangan tanya gue yang mana.
.
a/n-ada yang berminat dengan fic ini? xD nanti saya lanjutin /yha. Kalo ga ada ya saya lanjutin sendiri /pundung
a/n2-ada yang nungguin fic Boyish Trouble (baca: chapter terakhir)? Duh, udah hampir setaun xD /belom. Saya udah tulis hampir setengahnya loh. Semoga gak lupa lanjutin xD /niatdong
a/n3-anyway, chap-chap selanjutnya bakal lebih panjang. Atau nggak. /oi
a/n4-krisar dan review di kotak di bawah hoho, jaa!
