12 tahun yang lalu...

Sena sedang berjalan sendirian di taman dekat rumahnya. Ia bersiul-siul sendirian karena diperbolehkan oleh orang tuanya untuk jalan-jalan tanpa ditemani. Wajahnya pun terlihat syahdu. Tinggal setel musik kucek kucek berake, Sena pasti langsung joget-joget asoy sama tiang listrik terdekat.

Saat sedang asyik berjalan, tiba-tiba wajah syahdunya dihancurkan oleh suara orang merengek-rengek.

"Pokoknya, aku mau pisang coklat max! Pisang keju rasanya kayak garam!" teriak anak itu pada om-om penjual sambil menunjuk-nunjuk pisang keju yang tak berdosa itu dengan kakinya.

"Tapi nak, piscoknya abis. Kalo mau, pisju aja nih! Enak kok! Bergizi, lagi!" promosi si om-om. Sambil memamerkan gigi berliannya yang bikin silau. Anak kecil itu sempat memicingkan mukanya karena silau.

"Pokoknya tidak mau max! Permisi!" teriak anak itu ngotot sambil ngeloyor pergi. Om-om yang ditinggalkan hanya terpaku pada posisinya tanpa bergerak sesenti pun hingga lalat di dekatnya tertawa manyun.

Sena menghampiri anak itu.

"Hai..." sapa Sena malu-malu sambil mencolek pundak anak itu.

"MUKYAA!" teriak anak itu sambil melompat sadis bagai tersiram air panas.

"Maa-aaf..." kata Sena terbata.

"Ugh... tak apa," jawab anak itu setelah bangkit ke alam sadarnya. "Kamu siapa ya?"

"Ah, eh, ehm, aku Sena Kobayakawa. Salam kenal," kata Sena malu-malu sambil menggaruk-garuk rambutnya. Hal itu membuat kutu-kutu kupret di rambutnya terganggu, eh, nggak ding.

"Oh, hai Sena. Aku Monta," kata Monta sambil menjabat tangan Sena.

Setelah beberapa saat, mereka menghentikan acara jabat tangannya dan berjalan beriringan. Mereka pun saling bercerita dan tahu-tahu langsung jadi akrab.

Saat sedang asyik bercerita, tiba-tiba mereka mendengar erangan minta tolong.

"Tolong!" teriak orang itu yang ternyata adalah Yukimitsu.

Monta dan Sena pun menghampiri Yuki.

"Maaf, namaku Yuki. Apa kalian bisa menolongku turun dari pohon pisang ini?" pinta Yuki yang sedari tadi ternyata sedang berusaha untuk turun dari atas pohon, tapi tidak berani. Jadi, ia hanya gemeteran pasrah aja deh.

"Apa yang sedang Kak Yuki lakukan di atas?" tanya Sena.

"Tadi aku sedang belajar membaca di atas sini. Tapi, saat aku mau turun, tiba-tiba tangganya hilang tanpa bekas. Aku jadi tidak bisa turun. Aku takuutt," jelas Yuki.

"Oke, max!" kata Monta semangat sambil saling meninjukan kedua tangannya. "Aku akan menolongmu!"

"A-a-apa yang bisa kita lakukan, Monta?" tanya Sena.

"Fufufu," kata Monta sambil mengelus-elus jenggot, eh, dagunya. "Biarkan Master Monta beraksi!"

"Ma-Master Monta??" gumam Sena.

Monta pun berjalan dengan gagah. Kemudian, ia meregangkan ototnya kayak orang lagi senam hamil yang dilihatnya di tivi. Lalu, ia sepertinya sudah siap untuk melakukan aksi nekatnya.

"Tenang saja, Sena," katanya sebelum memulai aksinya. Sena yang digituin malah jadi gemetar (harusnya kan, si Yuki yang takut). Untung Sena nggak ngompol.

Hiyah! Monta mulai memanjat, memanjat dengan kakinya. Dan saat sampai di dekat Yuki, tiba-tiba dia berkata...

"Hai Sena, jadilah sepertiku yang macho dan guanteng ini! Lihat, aku bisa menyelamatkan Kak Yuki!" teriaknya bangga dari atas. Saking bangganya, dia sampai berpose segala.

"Oke! Kemarilah Kak Yuki~~ biar aku menolongmu~~~!" teriak Monta dengan slow motion.

Sena menutup kedua matanya dengan tangannya.

"Sena, aku udah selesai. Aku akan melompat max!" teriak Monta sambil melompat.

GU~BRAK!

Sena membuka matanya. Ia melihat Monta terjun dengan selamat dan sedang memasang pose. Tapi...

"MONTA!!" teriak Sena tiba-tiba.

Apakah yang sebenarnya terjadi??